BMKG: 30 Ribu Rumah Rusak Berat Akibat Gempa Bumi Cianjur, Ini Faktornya!

BMKG: 30 Ribu Rumah Rusak Berat Akibat Gempa Bumi Cianjur, Ini Faktornya!

KABARINDO, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan dari hasil monitoring dan survei, banyaknya rumah tanpa besi yang menjadi salah satu faktor banyaknya rumah rusak akibat guncangan gempa dengan magnitudo (M)5,6 di Cianjur, Jawa Barat.

Per 2 Desember 2022, tercatat 29.985 rumah warga rusak akibat gempa yang terjadi pada 21 November 2022. Rinciannya, sebanyak 6.754 rumah rusak berat, 8.978 rumah rusak sedang, dan 14.253 rumah rusak ringan.

“(Penyebab) struktur yang tidak aman gempa, rumah tembok tanpa besi,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers secara virtual, Jumat (2/12/2022).


Selain itu, Dwikorita mengatakan struktur kolom yang lemah juga menjadi penyebab banyaknya rumah-rumah masyarakat ataupun bangunan infrastruktur mengalami kerusakan parah. Tercatat sejumlah bangunaan infrastruktur juga mengalami kerusakan. Sebanyak 520 sekolah, 264 tempat ibadah, 14 fasilitas kesehatan, serta 14 gedung kantor rusak.

“Kemudian, bagaimana pengaruh efek atau efek tanah lunak mengakibatkan itu rumah itu apa jumpalitan ya, saling dia terserak ya, itu terangkat,” katanya.

“Bahkan (bangunan) menunjukkan struktur kolom dan balok yang lemah jadi pengaruh struktur, dari tingkat kerusakan ini sangat juga dipengaruhi dan pengaruh struktur bangunan. Kemudian kolom dan balok kuat, tapi dindingnya lemah. Kolomnya kuat tapi dindingnya lemah sama saja,” tutur Dwikorita.

Dwikorita mengatakan kemiringan lereng juga mempengaruhi parahnya kerusakan bangunan sehingga tanah ini bergerak turun hingga menimbulkan juga rekahan-rekahan.

“Juga akibat rumah itu ikut longsor bersama longsoran juga terjadi. Ada juga kerusakan akibat kena runtuhan batuan. Nah, ini umumnya pada lereng-lereng atau pada kondisi topografi miring.”

“Itu semua yang menjadi faktor penyebab kenapa kerusakannya begitu dahsyat ya. Meskipun dari hasil survei kondisi tanahnya secara umum sebagian besar tanah sedang hingga keras. Namun ada yang secara spot-spot terisolasi itu kluster-kluster tanah lunak pada klaster itulah terjadi kerusakan yang parah,” tuturnya.

Foto: Orie Buchori/Kabarindo.com