Di Harlah ke-100 Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, KH Ma'ruf Amin Gaungkan Gerakan Kiai dan Santri Bersatu
KQBARINDO, PLOSO - Wakil Presiden Republik Indonesia ke-13 dan mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Ma'ruf Amin mengadiri peringatan 100 tahun berdirinya Pondok Pesantren (Ponpes) Al- Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur.
KH. Ma'ruf Amin menyampaikan Pondok Pesantren Al-Falah Ploso yang didirikan Almaghfurlah KH Djazuli Usman adalah madrasah terbaik sebagai mesin produksi lahirnya kiai-kiai hebat. Bahkan, para santrinya juga banyak yang sudah melahirkan kiai-kiai di daerahnya mengabdi.
"Saya bersyukur bisa silaturahmi di Pondok Pesantren Al-Falah yang telah melahirkan banyak kiai terkenal. Dari sini banyak ulama dilahirkan," kata KH. Ma'ruf dalam sambutan.
KH. Ma'ruf juga menyampaikan bahwa tugas para ulama adalah menyiapkan orang-orang yang paham agama. Lewat madrasah, majelis taklim, kajian maupun pondok pesantren. Pasalnya, ulama terdahulu menyadari tidak hidup abadi. Regenerasi menjadi tugasnya untuk melanjutkan dakwah kepada umat. Kiai adalah pewaris para nabi (warasatul anbiya).
Tugas para ulama atau kiai adalah memberi warna ketuhanan (shibgatullah) dalam tatanan kehidupan. Shibgoh ilahiyyah dan imaniyyah untuk melawan kejahiliyahan.
"Kiai harus memberi warna jangan sampai yang diberi warna. Mencelupkan shibgatallah rabbaniyah, imaniyah, dan ilahiyah melalui dakwah, pendidikan, ekonomi, hingga politik," kata KH. Ma'ruf Amin.
Menghadapi zamanul iltibas atau post thruth tugas ulama dan kiai semakin berat. Zaman global yang banyak menghadirkan distorsi. Yang benar jadi salah dan yang salah bisa jadi kebenaran. "Di sinilah tugas kiai untuk meluruskan. Utamanya menghadapi hoax yang merajalela dan membuat banyak yang gagal paham. Kiai harus menjadi penuntun mina adz-dzulumati ila an-nuur (dari kedzaliman ke jalan yang penuh cahaya kebenaran)," kata KH. Ma'ruf Amin.
Sayangnya, saat ini kiai dibuat terpecah belah. Terkotak-kotak. Tidak bersatu sehingga tidak kompak dalam menghadapi tantangan zaman. "Karena itu saya mengajak semua masyayikh dan umat untuk mengelorakan gerakan kiai dan santri bersatu," ucap KH. Ma'ruf Amin. "Kiai harus jadi fa'il (subyek), bukan maf'ul bih (obyek) dalam segala sendi kehidupan. Termasuk dalam pengambilan keputusan penting dalam berbangsa dan bernegara," KH. Ma'ruf Amin menambahkan.
Santri dan kiai bersatu dalam pergerakan sibghoh robbaniyyah. Santri dan kiai harus bergandeng tangan dalam pengambilan keputusan terkait kepentingan umat. Termasuk dalam pengambilan keputusan politik. "Kiai dan santri harus bersatu menjaga keutuhan NKRI dan kemaslahatan negeri," kata KH. Ma'ruf Amin.
Comments ( 0 )