Industri Musik Indonesia Harus Siapkan Strategi Era Hibrida 2022

Industri Musik Indonesia Harus Siapkan Strategi Era Hibrida 2022

KABARINDO, JAKARTA - Aplikasi streaming musik sosial pertama di Indonesia, Resso, mendorong industri musik Tanah Air melakukan kolaborasi dan mengatur strategi dalam menghadapi era hibrida tahun 2022.

Resso belum lama ini menyelenggarakan Breakfast with Resso (BwR) seri keempat di tahun 2021 yang dihadiri perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan pemangku kepentingan industri musik.

Selama dua tahun, industri musik di Indonesia mengalami perkembangan positif, salah satunya dengan naiknya jumlah pemakai aplikasi streaming musik, banyak musisi yang sadar akan platform digital, dan meningkatnya produktivitas musisi.

Direktur Musik, Film, dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mohammad Amin mengatakan bahwa pandemi memang tidak menyurutkan proses kreatif dalam berkarya, mendistribusikan, maupun mengonsumsi musik.

Baca Juga: 2 Cara Erick Thohir Tekan Impor Bahan Baku Obat

"Tantangannya terletak pada bagaimana mengedukasi masyarakat untuk mengadopsi teknologi yang terus berkembang. Pemerintah akan mengupayakan produk hukum untuk melindungi pelaku industri musik yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi," ujar Amin dalam forum bertajuk "Industri Musik Indonesia 2022: Ayo Hadapi Tantangan dan Raih Peluang-peluang di Era Hibrida" itu, dikutip dari siaran pers, Senin (27/12/2021).

Berdasarkan data dari Anugrah Musik Indonesia (AMI) tahun ini, mereka menerima 4.645 karya.

Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya yang menerima 2.971 karya.

Tak hanya itu, pada Juni 2020, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki nilai pasar streaming musik terbesar di dunia, menduduki posisi ke-18.

Amin kemudian juga mengatakan bahwa layanan streamiing berperan dalam penyelenggaraan acara hibrida yang mampu menjangkau tak hanya daring, tapi juga luring.

Berharap Segera Ada Acara Luring

Di samping itu, Country Director Believe Indonesia, Dahlia Wijaya, berharap pada 2022 ada acara musik yang diselenggarakan secara luring.

"Pasti ada euforia pra dan pasca-konser yang membuat orang ingin mendengarkan lagi lagu-lagunya, sehingga akan meningkatkan streaming. Menyimpan kenangan dari kehadiran di konser dan membaginya melalui media sosial juga memberikan dampak yang akhirnya, akan memberikan pendapatan lebih bagi para artis," ujar Dahlia.

Senada dengan Dahlia, CEO Juni Records, Andryanto, megatakan konser luring dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.



"Adanya pertunjukkan offline di masa depan akan memberikan manfaat bukan saja bagi para artis, tapi juga memberikan pendapatan bagi seluruh elemen dalam ekosistem industri musik," katanya.

Sedangkan Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia dan CEO Berlian Entertainment Dino Hamid yang belum lama ini menyelenggarakan Drive-in Concert mengatakan bahwa adaptasi, inovasi, dan kolaborasi merupakan kunci untuk menerapkan cara baru dalam melakukan usaha di masa pandemi seperti sekarang ini.

"Sayangnya, model bisnisnya masih belum ideal mengingat perlu investasi besar untuk menyertakan anggaran protokol kesehatan. Selain itu, pihak sponsor juga belum bisa memberikan kepastian," imbuh Dino.

Sementara itu, Resso yang hadir di awal pandemi pada bulan Maret 2020, mendapatkan dukungan dari pengguna di saat banyak orang diharuskan untuk mengadopsi digitalisasi teknologi, termasuk cara mereka menikmati musik.

"Sejalan dengan peningkatan jumlah pengguna Resso, kami juga melihat peningkatan di beberapa sektor, di antaranya jumlah lagu yang di-pitch dan variasi genre musik di platform kami. Berbagai inisiatif yang telah kami luncurkan pada tahun ini, termasuk acara Breakfast with Resso, akan menjadi landasan kerja kami untuk tahun depan," kata Matthew Tanaya, Artist Promotion Lead, Resso Indonesia.

"Misi kami masih tetap sama yaitu untuk mendukung industri musik tanah air. Jadi, mari tetap optimis dan melangkah maju bersama untuk industri musik Indonesia yang lebih baik," lanjutnya.

Sumber Berita: Antara

Foto: Antara