Kecil-Kecil Cinta Indonesia; Inilah 9 Poin Pendidikan Damai Bagi Anak Indonesia

Kecil-Kecil Cinta Indonesia; Inilah 9 Poin Pendidikan Damai Bagi Anak Indonesia

Koalisi Anak Madani Indonesia Bersama ICRP Gandeng Kampus UNJ

bersama Organisasi lainnya Launch 9 Poin Pendidikan Damai Bagi Anak Indonesia.

Cempaka Putih Barat, ICRP, Jakarta, Kabarindo- Sontak semuanya sumringah dan setuju untuk disapa Kakak.

Tidak saja karena hadir Kak Seto sebagai Tokoh Anak Nasional juga menjadi pembina di Koalisi Anak Madani yang malah di awal kalimatnya menyapa para peserta Dialog Publik di ICRP bertajuk, "Pendidikan Damai Bagi Anak Indonesia".

Redaksi pun memprediksi akan fenomena bangsa yang sedang krisis keberagaman apalagi carut marut politik identitas malah terpicu jelang pelantikan para wakil rakyat dengan sukses terlaksana dan presiden terpilih, Ir.H.Joko Widodo 20 Okt mendatang.

"Saya dukung pendidikan damai dengan keberagaman sebagai anak bangsa, Indonesia terbukti berprestasi dengan banyak Rudi, mulai dari Rudi Hartono, lalu Rudi Hadisuwarno, Rudi Salam dan lainnya dengan latar belakang etnis, agama dan keahlian berbeda tapi dengan semangat Pancasila terikat satu dalam Kebinekaan. Anak-anak Indonesia laiknya taman bunga dengan warna, jenis dan semerbak yang berbeda harusnya raih panutan yang tepat dan salah satunya menjadi Sahabat Anak," papar pria yang selalu senyum dan mengaku sebagai babysitter bangsa yang mengawali karir sebagai Guru TK milik Pak dan Bu Kasur dmana tahun depan 2020 akan genap berusian 50Tahun pengabdian di dunia anak.

Sementara Rektor UNJ terpilih mengaku pernah berPramuka dan suka disapa Kakak, "Semua dari filosofi pendidikan KiHadjar Dewantara dengan Taman Siswanya menjadi konsep yang jelas sehingga saya yakin pak dan bu Kasur pun pasti terinspirasi dari Bapak Pendidikan KiHadjar. UNJ siap mendukung dan membina keilmuan calon-calon pendidik dari sejak usia dini dengan keberagaman dan pendidikan damai. Mereka harus tahu Indonesia dengan kebinekaannya dan menjadi SATU walau berbeda-beda, " ucap Kak Komar.

Sebelum ke paragraf berikutnya, ada baiknya menyimak 9 Poin Deklarasi Pendidikan Damai Bagi Anak Indonesia.

Digagas oleh ICRP bersama WowSaveID, SAI, KAMI, Generasi Literate, Sekar Nusa, Tangan Pengharapan, Majelis Lucu Indonesia dan lainnya.

1. Mewujudkan SDM unggul yang berawal dari keluarga harmonis.
2. Seluruh elemen dalam lingkungan bersama-sama melakukan pengasuhan dan pengembangan karakter anak.
3. Seluruh elemen masyarakat menjadi sahabat anak
4. Lembaga agama harus aktif membangun budaya damai, khususnya di jamaahnya masing-masing.
5. Pemerintah dan semua elemen sekolah bersama orang tua harus membangun sistem pendidikan yang berorientasi budaya Damai.
6. Memperkuat sinergi antara pemerintah dan masyarakat sipil dalam mengembangkan budaya Damai
7. Pemerintah dan masyarakat sipil bersama-sama memperbanyak kesepahaman damai yang setara dan melindungi kepentingan minoritas berbasis budaya lokal.
8. Mengedepankan kearifan lokal sebagai basis pendidikan Damai dmana semua orang mempunyai hak untuk belajar dengan kondisi yang tenang, nyaman, berada dalam lingkungan yang menghargai perbedaan, mengajarkan adab perilaku dan memberikan kebebasan berpendapat dan berpikir bagi pembelajarnya.
9. Memastikan media (online dan offline) ramah anak.

Lalu berlanjut ke penulis literasi anak kak Mila dari Generasi Literate yang mendekati deradikalisasi khusus pada anak-anak yang dipulangkan dari Suriah dengan buku-buku yang ia mengaku tidak mudah masuk dalam kelompok mereka karena sadar diri walau muslim dan hijabers tapi cara berjilbab saja beda apalagi yang mereka minta itu buku-buku Sirah Nabi atau sejarah Rasulullah SAW.

Dalam diskusi hal ini memang faktual terjadi, Kak Achmad Nurcholish dari ICRP saja heran dan bertanya pada suatu acara ada guru saat sesi menyanyikan lagu Indonesia Raya mereka keluar dengan alasan ke toilet dan baru kembali saat sudah selesai. Apalagi dibeberapa sekolah memang tidak ikut upacara bendera karena menganggap Thaghut yang tidak boleh dihormati sama sekali kareba bisa berdosa.

Anak-anak menjadi rentan dan akhirnya terombang-ambing padahal dalam kesatuan NKRI sudah memiliki Pancasila yang harusnya menjadi pemicu untuk mencintai Indonesia.

Tampak hadir juga Kak Eko dari Gramedia, Kak Jojo dari Tangan Pengharapan yang harus pulang kembali dari zona nyamannya di Australia ke Indonesia untuk beri beasiswa ke ribuan anak-anak agar bisa bersekolah dan mereka berdua setuju dengan Pendidikan Damai malah usulan ICRP dengan PeaceSantren menjadi Sekolah Damai dimana santri-santrinya dari lintas agama dan kepercayaan yang diawali dengan program Kecil-Kecil Cinta Indonesia.

Tiap PauD atau TK tiap pekan berbeda akan dihadiri oleh pak RT atau RW, pak Lurah sampai Camat, pimpinan SKPD sampai bulanan melibatkan pucuk pimpinan daerah dan nasional seperti bupati sampai Walikota dan Gubernur sehingga para Menteri dan RI1 yakni Presiden berkesempatan pegang buku dan bercerita dihadapan anak-anak dengan narasi kebangsaan, nusantara dan kearifan lokal (budaya).

Sambut Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2019 bersama Guru PAUD 5 Wilayah di UNJ akan raih pengalaman dan motivasi bertajuk *"Wujudkan Pendidikan DAMAI Bagi Anak Sejak Dini".*

Dari para Panelis;
1. Kang Farhan
(Anggota DPR RI)
2. Kak Seto
(TokohAnak Nasional)
3. Dosen Senior UNJ
4. Kak Arie Hastuari
(Sekar Nusa)
5. Kak Yenny Wahid
(Wahid Foundation)
6. Kak Achmad Nurcholish (ICRP)
7. Kak Junaedy (Kabid PAUD Dikmas DKI Jakarta)

8. Kak Karnadi (UNJ)

Keynote Speaker;
Rektor UNJ- Kak Komarudin dengan host; AruL KAMI

Redaksi membayangkan kedekatan orang tua menjadi sahabat anak menjadi StoryTeller atau Pendongeng yang dalam 2bulan sekali atau 6bulan sekali datang ke Taman Kanak-Kanak atau Taman Kota didepan anak-anak Indonesia.


Pasti Bisa......!