Kekeringan di Timur Afrika Tewaskan Satwa Liar dan Hewan Ternak
KABARINDO, Wajir – Ratusan satwa liar dan 70% hewan ternak di Kenya Utara, sebagian besar Somalia dan Ethiopia bagian selatan mati karena kekeringan yang panjang. BBC melaporkan dalam kurun waktu sebulan, 11 jerapah mati di konservasi satwa liar Sabuli, Kenya. Kematian satwa liar dan hewan ternak tersebut disebabkan oleh hilangnya padang rumput dan sumber air.
Semenanjung Afrika bagian timur yang disebut Tanduk Afrika itu mengalami kondisi kekeringan yang diperkirakan akan bertahan hingga setidaknya pertengahan 2022, mengancam nyawa 26 juta orang yang berjuang untuk mendapatkan makanan setelah berturut-turut mengalami musim hujan yang jauh dari harapan.
Kondisi iklim ekstrim ini menyulitkan penduduk setempat yang pada umumnya adalah peternak atau penggembala. Berternak adalah sumber kehidupan dan kekayaan mereka hingga fenomena alam ini terjadi.
Kepala area Dabley, Kenya, Shukri Mohammed mengatakan,”Kini [di sini] hanya tersisa 30 ekor sapi. 140 ekor telah mati, sedangkan ternak yang tersisa tidak bisa merumput di mana-mana.”
Selain kerugian yang terus bertambah setiap harinya, satwa liar yang haus sekarang merambah ke desa-desa. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar.
Saadiye Mahadgare, seorang penggembala, mengatakan, “Kami mengandalkan hewan-hewan kami, tetapi mereka sekarang mati karena kekeringan. Saya percaya Tuhan mencukupi [kebutuhan kami], tetapi kami sudah di ambang kematian akibat kelaparan.”
Dampak kekeringan di Ethiopia dan Somalia lebih sulit lagi untuk ditaksir mengingat kedua negara masih sedang dalam konflik. *** (Foto: BBC)
Comments ( 0 )