Kemenkeu Klaim Pembatasan Mobilitas Masyarakat Selama Nataru Melalui PPKM Bisa Bantu Tekan Inflasi

Kemenkeu Klaim Pembatasan Mobilitas Masyarakat Selama Nataru Melalui PPKM Bisa Bantu Tekan Inflasi

KABARINDO, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan inflasi masih berpotensi menguat secara bertahap seiring dengan perkembangan positif mobilitas masyarakat pascapelonggaran PPKM. Natal dan Tahun Baru (Nataru) diperkirakan menjadi momen peningkatan konsumsi sehingga dapat mendorong kenaikan inflasi. 

"Namun, potensi tekanan inflasi lebih tinggi diperkirakan akan relatif minimal seiring dengan kebijakan Pemerintah menghapus libur Nataru serta penerapan kebijakan pengetatan PPKM di seluruh wilayah Indonesia,” kata Kepala BKF dalam rilis yang dikeluarkan Kementerian Keuangan. 

Febrio menjelaskan naiknya inflasi November terutama disumbang oleh inflasi inti dan harga yang diadministrasikan atau administered price seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan mobilitas masyarakat karena pandemi yang mulai terkendali. Hal ini terjadi di tengah inflasi komponen makanan bergejolak atau volatile food yang sedikit melambat.

Pemerintah sendiri memperkirakan inflasi tahun 2021 berada pada kisaran 1,9 persen (year on year/yoy). Prediksi tersebut melihat laju inflasi November sebesar 1,75 persen (yoy), meningkat dari angka Oktober 1,66 persen (yoy).

Secara bulan ke (month to month/mtm), terjadi inflasi sebesar 0,37 persen pada November 2021, sehingga inflasi kumulatif Januari hingga November mencapai 1,30 persen. Sementara, inflasi inti terus melanjutkan tren meningkat, mencapai kisaran 1,44 persen (yoy), naik dari angka Oktober sebesar 1,33 persen (yoy). 

Naiknya mobilitas masyarakat pascakebijakan pelonggaran PPKM secara bertahap berdampak pada peningkatan permintaan masyarakat secara umum. Selain itu, tekanan harga di tingkat produsen diperkirakan mulai diteruskan pada harga konsumen meskipun masih terbatas. 

Inflasi volatile food mengalami penurunan mencapai 3,05 persen (yoy), lebih rendah dari Oktober 3,16 persen (yoy). Meski demikian, jika dibandingkan secara bulan ke bulan (mtm), harga beberapa komoditas mengalami peningkatan karena peningkatan demand, masuknya musim penghujan, serta harga komoditas global. 

"Pemerintah berkomitmen untuk menjaga akses pangan masyarakat miskin dan rentan dengan tetap melakukan penyaluran bantuan sosial pangan serta melakukan stabilisasi harga pangan pokok, terutama beras. Pemerintah pusat dan daerah juga terus memantau potensi kenaikan harga pangan di akhir tahun mengingat faktor masuknya musim penghujan dan momen perayaan Nataru," ujar Kepala BKF. 

Sumber Berita: Kementerian Keuangan
Foto: Pixabay