Kemenkraf Dorong Penguatan Brand DNA dan Perlindungan HAKI Jenama Fesyen Lokal

Kemenkraf Dorong Penguatan Brand DNA dan Perlindungan HAKI Jenama Fesyen Lokal

KABARINDO, JAKARTA - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) mendorong puluhan jenama lokal untuk memperkuat identitas merek (brand DNA) dan melindunginya melalui Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Identitas dan ciri khas membuat sebuah produk menjadi unik dan berbeda dari pesaingnya. Namun, tanpa perlindungan HAKI, potensi plagiasi menjadi besar, sehingga peluang pasar produk pun dapat menurun,” ujar Direktur Fesyen Romi Astuti pada hari kedua Bootcamp 1 Inkubasi Fesyen Jabodetabek, di Bogor, Jawa Barat, Minggu, 2 November 2025.

Bootcamp 1 Inkubasi Fesyen Jabodetabek digelar Kementerian Ekraf/Badan Ekraf untuk pendampingan pengembangan identitas merek dan peningkatan kesiapan produk menuju pasar global.

"Pelatihan dari Kementerian Ekraf ini sangat menjawab kebutuhan kami untuk meningkatkan nilai jual produk agar meningkatkan perekonomian para ibu di rusun,"

"Kami juga sangat terbantu dengan fasilitasi pendaftaran HKI, karena setelah dijelaskan, kami semakin memahami pentingnya memiliki merek yang terlindungi,” ungkap Ketua Yayasan Batik Marunda, Irmanita lewat siaran persnya Senin (3/11/2025). 

Sementara itu, Eti Yuniarti, pemilik PT Schon Craft Indonesia, merasa sesi mentoring keuangan memberi pemahaman baru yang sangat praktis, terutama dalam menentukan harga produk. 

Ia mempelajari bahwa penetapan harga bukan hanya soal biaya produksi, tetapi juga harus memperhitungkan segmentasi pasar, tingkat kerumitan teknik pembuatan, dan kualitas hasil karya agar nilai jualnya tepat.

Selain aspek keuangan, beberapa peserta juga merasa penguatan karakter brand menjadi manfaat utama yang mereka dapatkan. 

Jumirah, salah satu peserta yang juga pemilik jenama fesyen pakaian Mierto menilai pendampingan ini membantunya menemukan ciri khas yang lebih tajam tanpa meninggalkan identitas yang sudah dibangun sejak awal.

Subsektor fesyen menjadi penyumbang terbesar ekspor ekonomi kreatif Indonesia, dengan nilai mencapai sekitar 7 juta dolar AS pada 2025

Selain menjadi penyumbang terbesar ekspor dengan nilai sekitar 7 juta dolar AS, data BKPM menunjukkan subsektor fesyen menempati posisi kedua tertinggi dalam nilai investasi ekonomi kreatif, dengan total mencapai Rp9,43 triliun.

“Selama ini kami memproduksi pakaian batik dengan pola pada umumnya, dan kami sempat bingung ke mana arahnya brand kami ini, ciri khasnya yang paling menarik apa. Disini kami mendapat banyak sekali insight dan diminta langsung praktik untuk meng-upgrade brand DNA kami, tapi tetap mempertahankan identitas Mierto sebelumnya,” tutup Jumirah. (Karmila