Kolaborasi Dindik Jatim-FJPI Jatim Dukung Literasi Cek Fakta
Kolaborasi Dindik Jatim-FJPI Jatim Dukung Literasi Cek Fakta
Diskusi diikuti 100 pelajar beserta guru pendamping dari Surabaya, Sidoarjo, Krian dan sekitarnya
KABARINDO, SURABAYA - Kolaborasi media dengan sekolah sangat penting dalam memberikan literasi dan informasi terkait bagaimana melawan hoaks dengan literasi cek fakta. Untuk itu, Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur mengapresiasi program dari Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Jawa Timur.
Apresiasi tersebut disampaikan Sekretaris Dindik Jawa Timur, Suhartono, mewakili Kepala Dindik Jawa Timur, Aries Agung Paewai, saat membuka Diskusi Interaktif "Cerdas Bermedia: Lawan Hoaks dengan Literasi Cek Fakta" di Aula Sabha Nugraha Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Rabu (3/12/2025).
Pada kegiatan yang diikuti 100 pelajar beserta guru pendamping dari wilayah Surabaya, Sidoarjo, Krian dan sekitarnya, Suhartono menegaskan, kolaborasi Dindik dan FJPI Jawa Timur bisa ditindaklanjuti dengan program-program yang mendukung generasi muda dalam memanfaatkan media sosial dengan bijak. Ia optimis, jika edukasi literasi cek fakta ini diberikan sejak dini, bisa mendukung terwujudnya Generasi Emas 2045.
“Kegiatan diskusi interaktif ini sangat bermanfaat dalam mengatasi permasalahan berita-berita hoaks di tengah gencarnya informasi yang masuk di era digital saat ini, Jadi anak-anak kita, anak-anak di SMA, SMK, termasuk guru-gurunya dilibatkan. Apalagi diskusi ini menghadirkan para narasumber yang berkompeten di bidangnya. Minimal guru dan siswa akan mendapatkan informasi-informasi terhadap pemanfaatan media saat ini yang begitu luar biasa dengan strategi cerdas bermedia," papar Suhartono.
Pada kegiatan tersebut, narasumber Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Akhsaniyah, mengatakan generasi muda, khususnya remaja dan perempuan, menjadi kelompok paling rentan terhadap tsunami informasi dan ancaman misinformasi. Akhsaniyah menekankan bahwa media sosial tak hanya memengaruhi pola konsumsi informasi, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental.
Tekanan sosial, standar kecantikan, hingga paparan konten negatif menjadikan perempuan sebagai salah satu kelompok yang paling terdampak. “Hoaks dapat memicu kecemasan, memecah belah masyarakat, bahkan menghambat pengambilan keputusan rasional. Karena itu, literasi cek fakta harus menjadi gaya hidup digital,” ujarnya.
Sedangkan Sekjen FJPI, Tri Ambarwatie, mengingatkan remaja adalah pengguna internet paling aktif sekaligus target terbesar penyebaran hoaks. Mengutip data APJII dan Mafindo, ia menyebutkan 54% remaja pernah menyebarkan informasi tanpa verifikasi.
“Konten palsu seperti pengumuman sekolah libur, video tawuran lama, hingga editan yang memicu perundungan sering kali viral, karena emosi dan minimnya kemampuan verifikasi,” jelasnya.
Tri menambahkan, hoaks terus berkembang karena algoritma media sosial mendorong konten pemicu emosi, sementara masyarakat terbiasa membagikan informasi tanpa pengecekan. Kominfo sendiri mencatat lebih dari 11.000 hoaks berhasil dibersihkan sepanjang 2023.
Dalam upaya menangkal penyebaran informasi palsu, peserta dibekali metode lateral reading, pemanfaatan kanal resmi cek fakta seperti Cekfakta.com dan Turnbackhoax.id serta 5 langkah anti-hoaks. Di antaranya, jeda sebelum membagikan informasi, cek sumbernya, uji gambar, verifikasi melalui situs resmi dan membandingkan dengan media kredibel. Dengan kata lain saring dulu informasi sebelum share.
Tri menekankan, generasi muda memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam membendung arus misinformasi. “Satu klik verifikasi dapat menyelamatkan banyak orang dari kepanikan,” ujarnya.
Kegiatan diskusi tersebut mendapat respon luar biasa dari para peserta. Ini terlihat saat sesi tanya jawab berlangsung dengan beragam pertanyaan. Mulai dari hobi menulis artikel hingga pertanyaan apakah materi seperti dalam kegiatan ini bisa dimasukkan dalam kurikulum.
Foto: istimewa
Comments ( 0 )