Peringatan World Sight Day 2025: 4 Tahun JEC Lanjutkan Inisiatif Operasi Mata Juling Gratis, Bantu Lebih dari 100 Pasien
KABARINDO, JAKARTA - Penyandang mata juling (strabismus) masih mendapatkan stigma sosial sebagai kelompok yang ‘berbeda.’ Tak hanya rentan mengalami tekanan mental, secara medis, penyandang strabismus juga berpotensi terganggu fungsi penglihatannya. Kualitas hidup pun terancam!
Memahami urgensi kondisi tersebut, JEC Eye Hospitals and Clinics selaku eye care leader di Indonesia melanjutkan langkah proaktifnya: “Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC.” Pelaksanaan tahun keempat inisiatif ini bertepatan dengan Peringatan World Sight Day 2025 dipusatkan di RS Mata JEC @ Menteng dengan target 30 pasien mata juling akan mendapatkan operasi korektif secara gratis, Sabtu (25/10).
“Mata juling bukanlah kondisi yang terkait estetika semata, penyandangnya bisa terdampak lebih jauh, yakni ketidakpercayaan diri. Padahal, setiap individu berhak memiliki penglihatan optimal guna memungkinkannya belajar, bekerja dan berinteraksi dengan lebih leluasa. Sejalan dengan tema World Sight Day 2025 #LoveYourEyes, ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ kembali kami laksanakan untuk mendukung para penyandang strabismus agar tak berkecil hati atas kondisinya, sekaligus mengedukasi masyarakat luas bahwa mata juling bisa ditangani dan dikoreksi,” ujar Dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMedEdu, Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics.

Diperkirakan, prevalensi global mata juling mencapai 1,93 persen. Atau, penyandang strabismus setidaknya berjumlah 148 juta orang di seluruh dunia. Strabismus terjadi akibat terganggunya/lemahnya kontrol otak terhadap otot mata yang menyebabkan posisi kedua bola mata menjadi tidak sejajar. Risikonya, penyandang mata juling sering mengalami pandangan kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, dan kelelahan saat beraktivitas.
Lebih mengkhawatirkan lagi, studi menyebut penyandang strabismus riskan terserang gangguan mental 10 persen lebih tinggi. Di antaranya, depresi, ansietas, fobia sosial, hingga skizofrenia. Temuan lain mendapat, 80 persen penyandang mata juling merasa malu atau terhina dalam berbagai situasi sosial, 89% mengalami kesulitan mempertahankan kontak mata saat berbicara, dan 75% bahkan mengadopsi postur atau perilaku tertentu untuk menyembunyikan kondisi mata mereka.
Solusi penanganan berupa operasi korektif terbukti bukanlah sekadar prosedur kosmetik, melainkan intervensi medis yang memberikan dampak positif jangka panjang. Riset di Jepang menunjukkan bahwa tiga bulan setelah operasi mata juling, para pasien mengalami peningkatan signifikan dalam fungsi penglihatan, kesehatan fisik, dan kesehatan mental mereka. Yang menarik, penelitian ini juga mengukur seberapa "berharga" operasi tersebut dari sudut pandang ekonomi. Hasilnya mengesankan: investasi untuk tindakan operasi mata juling jauh lebih ekonomis ketimbang kerugian finansial apabila kondisi tersebut dibiarkan.
“Mata juling tidak seharusnya membuat hidup penyandangnya terhenti secara psikososial. Mereka harus termotivasi agar bangkit. Harapan kami, operasi yang kami fasilitasi mampu memulihkan fungsi penglihatan serta mengembalikan kepercayaan diri mereka. Dengan demikian, mereka bisa kembali berinteraksi dan berkontribusi di tengah masyarakat, tanpa perlu mendapatkan stigma apapun,” imbuh DR. dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K) selaku Direktur Medik & Keperawatan Rumah Sakit Mata JEC @ Menteng.
Perdana digagas pada 2022, program tahunan “Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC” telah membantu lebih dari 100 pasien strabismus dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun ini, RS Mata JEC @ Menteng menjadi tuan rumah penyelenggaraan telah berpengalaman menangani kesehatan mata anak termasuk penderita mata juling. Dengan menyasar 30 penerima manfaat, operasi mata juling gratis akan digelar sepanjang bulan Oktober-November 2025.
JEC @ Menteng sendiri telah menjalankan lebih dari 450 tindakan selama 5 tahun terakhir hingga penghujung 2024 lalu. RS Mata JEC @ Menteng diperkuat dengan layanan pemeriksaan dilengkapi berbagai fasilitas modern, mulai dari chart mata yang menggunakan gambar, alat pemeriksaan refraksi khusus anak, hingga autorefraktometer yang mudah ditenteng oleh dokter.
Selain intervensi medis gratis, ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ dalam rangka World Sight Day 2025 juga dibarengi kegiatan pengayaan wawasan mengenai mata juling (strabismus). Aktivitas berupa rangkaian kegiatan edukasi mengenai mata juling melaluichannel offline dan online (Podcast, Youtube, Sosmed) untuk masyarakat telah dilangsungkan dengan melibatkan partisipan dari kalangan tenaga kesehatan, sekolah, serta orang tua agar lebih memahami pentingnya deteksi dan penanganan strabismus sejak dini. “Dengan pendekatan edukasi dan pelayanan medis yang berjalan berdampingan, JEC juga berupaya membangun ekosistem kesehatan mata di Indonesia yang lebih peduli dan responsif,” lanjut DR. dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K).

Hal manfaat dari bakti sosial mata juling gratis dirasakan oleh Muhammad Zaky Arbain (12 tahun) warga Kunciran, Ciledug, Tangerang. Sebelum Zaky menjalani operasi mata juling, ia selalu merasa pusing dan selalu jadi bahan olokan oleh teman-temen sebayanya.
"Al hamdulillah sekarang saya tidak pusing lagi setelah dioperasi dan tidak merasakan sakit. Terima kasih banyak kepada JEC yang telah memberikan fasilitas operasi gratis," ungkap Zaky yang didampingi Ibundanya, Dara.
Guna lebih menggaungkan tema #LoveYourEyes World Sight Day 2025, JEC akan menggelar kegiatan lari bertajuk JEC Charity Run 2025 pada 26 Oktober 2025 di RS Mata JEC @ Kedoya. Berkolaborasi dengan Lions Club International, Lions Club Indonesia, dan Lions Eye Bank Jakarta (LEBJ), JEC Charity Run 2025 akan diikuti 1500 peserta dari berbagai kalangan.
Ajang lari amal ini menggabungkan olahraga, gaya hidup sehat, dan kepedulian sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan mata sekaligus mendukung akses transplantasi kornea. Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk mendukung program kebutaan kornea melalui LEBJ.
Comments ( 0 )