Perusahaan Migas Global Desak Kebijakan yang Hati-Hati terhadap Industri Migas

Perusahaan Migas Global Desak Kebijakan yang Hati-Hati terhadap Industri Migas

KABARINDO, JAKARTA - Sejumlah CEO dari perusahaan minyak dan gas (migas) berskala internasional, yaitu Chevron, ExxonMobil dan Saudi Aramco, mendesak adanya kebijakan transisi yang hati-hati terkait peralihan konsumsi dari energi fosil ke energi hijau. Mereka mengatakan kelangkaan bahan bakar yang menghantui beberapa belahan dunia yang baru-baru ini terjadi itu disebabkan oleh investasi di industri bahan bakar fosil yang makin menyusut.

Reuters melaporkan bahwa kekurangan gas alam, batu bara, dan listrik di Eropa dan Asia didorong oleh penurunan produksi yang menyebabkan harga komoditas tersebut meroket mencapai rekor.

"Masa depan energi adalah karbon yang lebih rendah dari penemuan dan produksi eksplorasi," kata Wakil Presiden Eksplorasi Global Chevron, Liz Schwarze.

Sementara Amin Nasser, CEO Saudi Aramco, produsen minyak terbesar di dunia, mengatakan asumsi peralihan konsumsi sumber energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) memberikan gambaran yang salah.

Orang-orang "berasumsi bahwa strategi transisi yang tepat sudah ada. Padahal tidak. Keamanan energi, pembangunan ekonomi dan keterjangkauan jelas tidak mendapat perhatian yang cukup,” katanya. (Sumber berita: Reuters) (Sumber Foto: Pertamina)