Ada Apa dengan Kazakhstan?
KABARINDO, NUR-SULTAN – Meskipun protes massal yang sedang berlangsung di berbagai penjuru Kazakhstan disulut oleh kenaikan harga LPG, pengamat menduga ada alasan yang lebih besar di balik itu.
Kerusuhan terbesar di negara itu mengguncang kepemimpinan Presiden Kassym-Jomart Tokayev yang baru berkuasa dua tahun lebih, dan berdampak diumumkannya keadaan darurat di tiga kota besar negara itu, serta mundurnya kabinet pemerintahan Kazakhstan.
Kemarahan warga terutama dipicu oleh naiknya harga LPG hingga lebih dari dua kali lipat setelah pemerintah mencabut pembatasan mulai 1 Januari.
Sebelumnya, penduduk Kazakhstan banyak yang telah mengganti kendaraan berbahan bakar bensin mereka agar dapat memanfaatkan subsidi harga LPG itu.
Pemerintah menyatakan pentingnya kenaikan harga yang selama ini diatur karena telah menyebabkan kerugian bagi produsen, selain juga perlunya penjualan LPG diliberalisasi. Namun, Tokayev mengakui langkah itu telah gagal.
Dia memerintahkan pejabat Kabinet dan gubernur provinsi untuk mengembalikan kontrol harga pada LPG, dan memperluasnya ke bensin, solar, dan barang-barang konsumen "penting secara sosial" lainnya.
Selain itu, ia juga memerintahkan pemerintah untuk mengembangkan undang-undang kebangkrutan pribadi dan mempertimbangkan untuk membekukan harga utilitas dan menyubsidi pembayaran sewa untuk keluarga miskin.
Berita terkait: Kabinet Pemerintah di Kazakhstan Mundur, Unjuk Rasa Tetap Berlangsung
Setelah menggantikan perdana menteri, Tokayev juga menunjuk seorang wakil kepala pertama yang baru dari Komite Keamanan Nasional untuk menggantikan Samat Abish, keponakan Nazarbayev.
Nazarbayev adalah mantan presiden Kazakhstan yang berkuasa selama 280 tahun 330 hari, dan saat ini masih memegang kendali yang cukup besar sebagai ketua partai yang berkuasa dan ketua dewan keamanan.
Hingga berita ini diturunkan, ia belum mengadakan rapat dewan keamanan atau mengomentari kekerasan minggu ini.
Kazakhstan telah bergulat dengan meningkatnya tekanan harga. Inflasi mendekati 9% tahun-ke-tahun akhir tahun lalu - level tertinggi dalam lebih dari lima tahun - memaksa bank sentral menaikkan suku bunga menjadi 9,75%.
Faktor Lain
Beberapa analis politik beranggapan bahwa protes di negeri Asia Tengah itu menunjukkan masalah yang lebih mengakar.
Koresponden BBC di Rusia, Olga Ivshina, mengatakan, “Di negara tanpa demokrasi elektoral - orang perlu turun ke jalan untuk didengar, dan keluhan mereka hampir pasti tentang masalah yang jauh lebih luas daripada harga bahan bakar.”
Pemilu di Kazakhstan kebanyakan dimenangkan oleh partai yang berkuasa dengan hampir 100% suara dan tidak ada oposisi politik yang efektif.
Senada dengan Ivshina, ahli strategi pasar berkembang di BlueBay Asset Management Tim Ash berkata, "Saya pikir ada arus bawah frustrasi di Kazakhstan atas kurangnya demokrasi.”
"Orang-orang muda Kazakh yang paham internet, terutama di Almaty, mungkin menginginkan kebebasan yang sama seperti orang Ukraina, Georgia, Moldova, Kirgistan, dan Armenia, yang juga telah melampiaskan rasa frustrasi mereka selama bertahun-tahun dengan rezim otoriter," tambahnya.
Telah dilaporkan sebelumnya oleh Netblocks, pada saat darurat ini, pemerintah Kazakhstan sepertinya memutus sambungan internet dalam skala nasional. ***(Sumber dan Foto: Reuters dan BBC)
Comments ( 0 )