FW de Klerk, Penamat Rezim Apartheid di Afrika Selatan Meninggal Dunia
KABARINDO, CAPE TOWN – Frederik Willem de Klerk, presiden apartheid terakhir Afrika Selatan meninggal dunia pada usia 85 tahun Kamis (11/11) pagi ‘setelah berjuang melawan kanker mesothelioma di rumahnya di daerah Fresnaye di Cape Town,’ konfirmasi juru bicara Yayasan FW de Klerk. Sekitar delapan bulan yang lalu, ia didiagnosis penyakit yang memengaruhi jaringan yang melapisi paru-paru itu.
Bersama Nelson Mandela, de Klerk dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian pada 15 Oktober 1993 atas usaha mereka mengakhiri rezim apartheid (sistem segregasi ras yang dilembagakan oleh negara) dan membangun fondasi baru bagi Afrika Selatan yang menandai berakhirnya kekuasaan minoritas kulit putih di negara itu. De Klerk juga dianggap berhasil mengubah kepemimpinan tangan besi di negara itu menjadi system demokrasi.
Presiden yang berkuasa sejak 1989 hingga 1994 itu, melalui pidatonya di depan parlemen Afrika Selatan pada 2 Februari 1990, mengumumkan bahwa tokoh anti-aparteid Mandela akan dibebaskan dari penjara setelah 27 tahun menjadi tahanan politik. Ia juga menghentikan larangan aktifnya partai oposisi seperti ANC (Kongres Nasiona Afrika) dan memberikan hak memilih kepada penduduk Afrika Selatan ras kulit hitam yang merupakan mayoritas di sana.
Perannya dalam transisi demokrasi di negara yang dipimpinnya itu sempat dikecam karena banyak yang menudingnya sebagai pihak di balik kekerasan yang menimpa banyak tokoh kampanye anti aparteid. Namun demikian, Nelson Mandela sempat memujinya di perayaan ulang tahun ke-70 de Klerk. “Anda menunjukkan keberanian dalam situasi yang hanya sedikit orang berani melakukannya,” katanya.
Keputusan melepaskan Mandela memang menggemparkan tidak saja Afrika Selatan, tapi juga dunia karena negara tersebut sudah lama dicemooh dan diberi sanksi oleh sebagian besar dunia karena sistem diskriminasi rasialnya yang brutal.
Mandela sendiri menulis dalam otobiografinya bahwa tidak ada apa pun di masa lalu de Klerk yang "tampaknya mengisyaratkan semangat reformasi". Presiden de Klerk memang sempat merahasiakan keputusan untuk melepaskan Mandela karena khawatir akan reaksi buruk dari sayap kanan kulit putih Afrika Selatan.
Comments ( 0 )