Gema Citra Nusantara dan Papatong Artspace Gelar Teater Musikal Keumalahayati, Laskar Inong Bale

Gema Citra Nusantara dan Papatong Artspace Gelar Teater Musikal Keumalahayati, Laskar Inong Bale

KABARINDO, JAKARTA - Gema Citra Nusantara dan Papatong Artspace menggelar teater musikal Keumalahayati, Laskar Inong Bale bekerjasama dengan TNI Angkatan Laut.

Cerita kepahlawanan Keumalahayati dimulai saat memimpin lebih dari 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Atas kepemimpinannya, Sultan Aceh Darussalam memberikan gelar Laksamana untuk keberaniannya sehingga kemudian Keumalahayati lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.

"Kami TNI Angkatan Laut menyambut baik pementasan ini. Cerita Keumalahayati ini bukan fiksi. Beliau adalah pahlawan nasional dan panglima perang perempuan pertama bukan hanya di Indonesia tapi dunia. Kami mengapresiasi prakarsa GCN dan Papatong Artspace. Kami berharap pementasan ini akan menjadi inspirasi generasi penerus untuk meneladani ketokohan, kegigihan serta nasionalisme dalam mempertahankan Nusantara dari penjajahan melalui seni pertunjukan," ungkap Laksamana Muda Wiwin Dwi Handayani mewakili KASAL kepada wartawan saat Gladi Bersih sebelum pementasan, Jumat (18/3/2022).

Mira Marina Arismunandar selaku Executive Produser pentas teater musikal mengatakan pentas Laksamana Mahalayati akan berlangsung pada 19 Maret 2022 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat. "Pementasan pada Sabtu 19 Maret, sesi pertama mulai pukul 15.00-17.00 WIB dan sesi kedua pukul 19.00-21.00 WIB. Alhamdulillah semua tiket sold out," ungkap Mira.

Mira menjelaskan pertunjukan ini merupakan sarana sosialisasi dan edukasi atas kisah perjuangan pahlawan nasional. Kepahlawanan Keumalahayati dimulai setelah suaminya Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief gugur dalam peperangan, Malahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan. Permintaan itu dikabulkan. Ia diangkat sebagai pemimpin pasukan Inong Balee.

"Gema Citra Nusantara kini berusia 17 tahun dan kami menyumbangkan apa yang kami miliki untuk negara dengan pementasan ini. Sosok Keumalahayati  memiliki nilai-nilai positif dengan penuh karakter. Tangguh dalam menghadapi masalah kehidupan dan tantangan dunia modern," ujar Mira.

Laksamana Malahayati gugur saat melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin Laksamana Martim Afonso De Castro dan beliau di makamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Majid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 35 kilometer dari ibu kota Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam atau pusat Kota Banda Aceh. Makam laksamana Malahayati berada di puncak bukit kecil sebelah utara Desa Lamreh

"Sejak sedari kecil saya sudah terinspirasi dengan perjuangan dan pengorbanan kepahlawanan Keumalahayati. Saya pernah ziarah ke makamnya. Keumalahayati bukan cerita rakyat fiksi belaka. Oleh karena itu ketika Teh Mira menyampaikan rencana ini saya langsung semangat untuk bersama-sama mewujudjkan teater musikal ini agar pengorbanan dan kepahlawan beliau menjadi contoh bagi generasi sekarang," ujar Yeni Fatmawati Fahmi Idris, penggagas acara yang juga pendiri Papatong Artspace dan managing partner dari firma hukum ICLaw.

Tak hanya piawai dalam memimpin pasukan serta memainkan pedang dan rencong, Keumalahayati juga seorang diplomat ulung, Komandan Protokol Istana Darut Dunia, Kepala Badan Rahasia Kerajaan serta mendapatkan julukan sebagai Guardian of The Aceh Kingdom.

Pemeran utama Keumalahayati dipercayakan kepada Karissa Soerjanatamihardja, anggota sanggar yang terpilih melalui proses casting oleh tim Sutradara dan pelatih vokal.

"Saya senang sekali bisa terpilih memerankan Laksamana Malahayati dalam pentas ini," ungkap Karissa.

Sutradara pertunjukan, Teuku Rifnu Wikana berjanji meskipun pertunjukan bercerita tentang peperangan namun penonton akan disajikan pagelaran yang enak ditonton. "Karena ini drama musikal jadi kita tampilin yang manis-manisnya. Jadi gak ada adegan fighting yang kayak di film-film," tutur Teuku Rifnu Wikana.