Jusuf Kalla: Megawati Soekarnoputri Sosok Presiden Paling Demokratis Sepanjang Sejarah Indonesia

Jusuf Kalla: Megawati Soekarnoputri Sosok Presiden Paling Demokratis  Sepanjang Sejarah Indonesia

KABARINDO, JAKARTA - Wakil presiden ke-10 dan ke-12 Muhammad Jusuf Kalla memuji sikap demokratis Megawati Soekarnoputri. Sikap demokratis Megawati Soekarnoputri itu diperlihatkan saat menjadi petahana di Pilpres 2004.

Saat itu kata pria yang karib disapa JK itu, Megawati Soekarnoputri bertindak sebagai pemimpin yang adil lantaran membiarkan Paslon SBY-JK menang.

Hal itu diungkapkan Jusuf Kalla dalam acara Habibie Democracy Forum di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Menurut JK sapaan Jusuf Kalla, kekalahan Megawati memiliki arti Presiden ke-5 itu tidak menggunakan kekuasaannya untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004.

"Ibu Mega sebenarnya di antara semuannya yang paling demokratis sepanjang sejarah Indonesia. Karena pada saat dia berkuasa, dia tak memakai kekuasaan untuk berkuasa tahun 2004," kata JK dikutip dari YouTube Kompas.com

Diketahui, pada 2004 lalu, Megawati yang berduet dengan Hasyim Muzadi kalah dalam pilpres dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.

JK meyakini, hasil Pilpres 2004 dapat berbeda apabila Megawati menggunakan kekuasaannya untuk tidak bersikap demokratis. Nyatanya pasangan SBY-JK bisa mengalahkan pertahana yakni Megawati Soekarnoputri.

"Sehingga saya dan Pak SBY bisa mengalahkan Bu Mega. Sekiranya memakai kekuasaan pasti kita kalah, tapi dia tidak," ujar JK.

JK juga memuji sikap Megawati yang mengizinkan dirinya mengikuti kontestasi Pilpres 2004 meski ia berstatus sebagai anak buah Mega di Kabinet Gotong Royong.

"Saya menteri sebelumnya dan dia hargai saya untuk melawan dia karena dia memegang teguh prinsip-prinsip itu," kata dia.

Dalam kesempatan ini, JK pun memberikan penilaian terhadap proses demokrasi di masing-masing pemerintahan presiden Republik Indonesia.

JK menyebutkan, Presiden Soekarno dan Soeharto sama-sama lengser karena mengalami krisis politik dan ekonomi secara bersamaan.

Presiden Habibie, kata JK, justru dijatuhkan karena mekanisme demokrasi itu sendiri lewat proses di parlemen, padahal Habibie adalah sosok yang membangun demokrasi pasca-Orde Baru.