KH. Said Aqil Siradj, Petahana Kembali Calonkan Diri di Muktamar Ke-34 NU

KH. Said Aqil Siradj, Petahana Kembali Calonkan Diri di Muktamar Ke-34 NU

KABARINDO, JAKARTA – Sosok KH.Said Aqil Siradj tidaklah asing didengar oleh kalangan Nahdlatul Ulama (NU).  Ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama dua periode, yakni 2010-2015 dan 2015-2020.

Hingga tahun ini, Said juga tetap menjabat sebagai Ketua Umum lantaran muktamar baru diadakan pada akhir 2021. Nama Said kembali digadang-gadang menjadi calon kuat untuk kembali melanjutkan kepemimpinannya di PBNU periode 2021-2026.

Dilansir dari Kompas.com, menjelang Muktamar ke-34, pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu telah mendeklarasikan diri untuk siap menjadi calon ketua umum PBNU periode selanjutnya. Pada muktamar kali ini, Said disebut-sebut bakal berkontestasi dengan Yahya Cholil Staquf yang merupakan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur sekaligus Khatib Aam PBNU.

KH. Said Aqil Siradj, calon ketum PBNU yang merupakan petahana yang biasa sapa akrab Kyai Said ini dilahirkan di Desa Kempek, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, pada 3 Juli 1953. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara, pasangan KH Aqil Siradj dan Hj Afifah binti KH Soleh Harun, pendiri Pondok Pesantren Kempek.

Pada Oktober 2021, Kyai Said mengaku mendapat dukungan dari banyak pihak untuk mencalonkan diri kembali memimpin PBNU. Kemudian, pada Rabu (8/12/2021), Said mengumumkan bahwa dirinya siap menerima permintaan sejumlah kiai sepuh untuk kembali memimpin PBNU.

Sejumlah kiai yang memintanya itu yakni Habib Luthfi, Tuan Guru Turmudzi, KH Muhtadi Dimyati, KH Dimyati Rois, KH Agoes Ali Masyhuri, dan Kiai Bustomi.

"Saya terima permintaan atau perintah dari para kiai sepuh," kata Kyai Said dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu.

Menang dua kali dalam Muktamar Kyai Said mengikuti kontestasi Ketua Umum NU untuk kali pertama pada muktamar ke-30 di Kediri. Saat itu dia kalah. Kemudian ketika mengikuti muktamar ke-31 di Boyolali, Said Aqil kembali gagal. Hingga akhirnya pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, Said terpilih menjadi Ketua Umum PBNU periode 2010-2015. Ia mengalahkan Slamet Effendi Yusuf yang memperoleh 201 suara. Sementara, Said berhasil mengumpulkan dukungan 294 suara.

Kandidat lain gagal dalam penjaringan calon karena tidak memenuhi 99 suara sebagai syarat minimal dukungan dalam pemilihan tahap pertama. Mereka adalah Salahuddin Wahid, Masdar F Masudi, Ahmad Bagdja, Ali Maschan Moesa, dan Ulil Abshar Abdalla. Kemudian, periode berikutnya yaitu 2015, Said kembali menang dengan perolehan suara 412. Atas perolehan itu, dirinya lanjut menjabat Ketum PBNU periode 2015-2020.

Keluarga Kyai  Said memiliki seorang ayah yang merupakan kiai di Cirebon. Ayahnya juga merupakan ulama di kota udang tersebut. Atas hal itu, Said menjadi tak asing didengar di kalangan NU.

Kyai Said diketahui beristri Nur Hayati Abdul Qodir. Dari pernikahannya, Said dan Nur Hayati dikaruniai empat buah hati. Keempat anaknya dinamai Muhammad Said Aqil, Nisrin Said Aqil, Rihab Said Aqil, dan Aqil Said Aqil.

Dikutip dari rminubanten.or.id, Kang Said disebut telah berkiprah di NU sejak 1994. Saat itu, dirinya sebagai wakil Khatib Aam PBNU periode kepemimpinan Gus Dur. Jika dirunut, tahun ini merupakan tahun ke-27 Said berkiprah di NU.

Hingga kemudian, pada 2010 ia terpilih secara demokratis sebagai Ketum PBNU masa khidmat 2010-2015 dan kembali terpilih periode 2015-2020 hasil muktamar di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Situs tersebut mengungkapkan bahwa Kyai Said merupakan figur kiai yang jujur, istikamah bersikap tawadlu', qona'ah, karismatik, dan sesekali terkadang kontroversial. Baca juga: Maruf Amin

Gus Dur bahkan disebut menjuluki Kyai Said adalah 'kamus berjalan' dikarenakan ia mampu menulis disertasi dengan daftar pusaka 1.000 kitab dan buku. Disertasi itu berjudul "Shilatullah bi Al Kauni fi Al Tashawwufi Al Falsafi".

 

Kyai Said juga disebut satu di antara banyak ketum PBNU yang cukup berhasil memimpin NU dengan banyak terobosan di bidang kemajuan Nahdliyyin (warga NU).

Kyai Said memiliki latar belakang pendidikan di Madrasah Tarbiyatul Mubtadi'ien Kempek, Cirebon. Kemudian, ia melanjutkan di Hidayatul Mubtadi'en Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 1965-1970.

Selanjutnya, Kyai Said melanjutkan pendidikan di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, pada 1972-1975. Ia menempuh strata 1 (S1) Ushuluddin dan Dakwah di Universitas King Abdul Aziz pada 1982 serta S2 perbandingan agama di Universitas Umm al-Qura, Mekkah, pada 1987. Kyai Said juga menempuh S3 Aqidah dan Filsafat Islam di Universitas Umm al-Qura, Mekkah, pada 1994. Foto : Rivan Awal Lingga