LPAI Puji Lokapala; Sarat Pesan Budaya
LPAI Dukung Pembentukan Karakter Anak Melalui Lokapala
KABARINDO, Salemba, Jakarta- Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mendukung Anantarupa Studios dalam aspek pembentukan karakter anak melalui gim esports Lokapala.
Budaya bermain gim sudah menjadi hal yang semakin lumrah di masyarakat Indonesia.
Sejumlah data mengungkapkan bahwa 90 persen populasi Asia Tenggara bermain gim.
Indonesia mengisi 54,7 persen dari populasi pemain gim di Asia Tenggara di tahun 2020, dan terus berkembang pesat tiap tahunnya. Pemain gim Indonesia mencapai angka kurang lebih 145 juta, yang artinya sepertiga penduduk Indonesia bermain game, baik itu orang dewasa maupun anak-anak.
Gim menjadi salah satu produk yang secara aktif dikonsumsi oleh generasi muda, terlebih gim yang dipertandingkan dalam pertandingan kompetitif atau esports. Tidak main-main, dibutuhkan beberapa kemampuan tertentu untuk bisa unggul dalam gim-gim kompetitif ini, seperti kemampuan strategis, kritis, juga komunikasi dan kerja sama dalam tim yang baik. Tidak hanya itu, partisipasi pemain dalam kompetisi-kompetisi esports ini juga mengasah karakter anak seperti sportivitas, disiplin, dan kegigihan.
Di tengah maraknya gim-gim esport luar, Anantarupa Studios bertekad untuk membentuk budaya bermain yang kompetitif namun positif melalui gim yang mereka kembangkan, yakni Lokapala. Dalam pembuatan gim ini, Anantarupa terinspirasi dari ukiran pelindung (pala) jagad (loka) yang terpahat pada panel Balustrade lantai 1 Candi Borobudur. Konsep ini juga diadaptasi pada Candi Prambanan, yang disebut juga sebagai Astadikpala, atau delapan pelindung mata angin. Konsep Astadikpala ini diterjemahkan lagi menjadi delapan nilai kepemimpinan yang dikenal juga sebagai Astabratha, yang dulunya delapan nilai ini wajib dimiliki oleh para pemimpin agar bisa menjadi sosok pemimpin yang sempurna.
Melihat pentingnya konsep kepemimpinan ini, Anantarupa turut mengadaptasi konsep nilai-nilai ini menjadi Nilai Keksatriyaan dan menyematkannya dalam gim Lokapala.
“Ksatriya kami (karakter dalam Lokapala, red.) pasti memiliki salah satu nilai dari 8 Nilai Keksatriyaan. Harapannya, para pemain Lokapala bisa mencontoh dan menjunjung nilai-nilai tersebut, baik ketika bermain maupun ketika bersosialisasi di dunia nyata. Karenanya, kami juga memanggil para pemain Lokapala sebagai Ksatriya,” jelas COO Anantarupa Diana Paskarina.
Sebagai contoh, Lokapala menciptakan Ksatriya Nanjan yang terinspirasi dari suku Dayak, Kalimantan, dan ia mempunyai nilai kesetiaan dan dedikasi pada desa dan rakyatnya, atau Ksatriya Lando yang terinspirasi dari suku Bajo, mempunyai nilai kejujuran dan kelapangan hati.
Sebagai gim esports, Lokapala juga turut mengajak para pemain untuk bermain secara strategis dan kooperatif melalui implementasi fitur-fitur terkait di dalam game, seperti fitur Karma dan MVP yang membiasakan pemain untuk berkompetisi dengan sikap sportivitas serta kerja sama yang baik. Tidak hanya itu, Lokapala juga mengatur larangan berkata kasar secara otomatis agar percakapan di dalam permainan tetap positif dan tertib.
Inilah yang memantapkan LPAI untuk mendukung Anantarupa, melalui Lokapala sebagai game ramah anak.
“Dengan adanya Lokapala sebagai game ramah anak, kami harap ini juga bisa menjadi unsur penambah ketertarikan anak terhadap budaya Nusantara, terutama nilai-nilai berkarakter yang mereka angkat.” jelas Kak Seto sebagai ketua LPAI saat beberapa waktu lalu disambangi tim Lokapala.
Di tengah maraknya tren gim esports luar yang sarat akan nilai-nilai Nusantara, LPAI yakin Lokapala mampu menjadi sumber inspiratif bagi para pemainnya, terlebih dalam aspek pembentukan karakter generasi muda bangsa.
Comments ( 0 )