MATAKIN Gelar Perayaan Imlek Nasional 2575 Kongzili di Kelapa Gading, Ini Pesan Budi S Tanuwibowo!

MATAKIN Gelar Perayaan Imlek Nasional 2575 Kongzili di Kelapa Gading, Ini Pesan Budi S Tanuwibowo!

KABARINDO, JAKARTA - Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yakut) hadiri perayaan Hari Raya Imlek Nasional 2575 Kongzili di Balai Samudra, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (12/2/2024).

Perayaan yang diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Khongkhucu Indonesia (MATAKIN) bekerjasama dengan Pusat Bimbingan dan Pendidikan  Khongkhucu Kementerian Agama Republik Indonesia ini mengusung tema "Malu Bila tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang tidak Menanggung Malu".

"Sebelumnya saya menyampaikan salam dari Presiden RI Bapak Joko Widodo yang seharusnya hadir bersama kita di sini karena satu dan lain hal beliau berhalangan pada perayaan Imlek tahun ini. Tahun ini adalah tahun ke 25 Perayaan Imlek yang dilaksanakan secara nasional dan pertama kalinya difasilitasi oleh Kementerian Agama RI, mudah-mudahan di tahun berikutnya akan seperti ini terus," papar Gus Yaqut mengawali sambutannya.

Hakikat perayaan tahun baru Imlek 2575, lanjut Gus Yaqut, merupakan perayaan yang penuh makna ritual, spiritual dan juga sosial budaya. 

"Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam menyambut tahun baru Imlek meliputi kegiatan sosial, ritual dan spiritual  tentu saja yang dilaksanakan oleh Kemenag RI bersama MATAKIN seperti bakti sosial pada hari persaudaraan, sembahyang syukur pergantian tahun Kongzili, kegiatan kemerihan sambut Imlek dan lainnya," terangnya lagi.   

Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) MATAKIN, Budi S Tanuwibowo dalam sambutan mengungkapkan bahwa perayaan Hari Raya Imlek telah digelar 25 kali secara nasional tepatnya pertama kali digelar pada era Presiden RI ke 4, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tepatnya 17 Februari tahun 2000.

"Moment 24 tahun lalu begitu membekas, Foto yang ditampilkan dilayar merupakan foto 24 tahun yang lalu. Mengapa perayaan Imlek itu begitu penting, kita tahu perayaan Imlek pertama kali dirayakan pada tahun 2205  di masa dinasti yang pertama yang dikenal dengan wilayah Tiongkok yaitu Dinastisia yang kaisarnya keturunan Proto Melayu yang sekarang menjadi nenek moyang bangsa Melayu termasuk bangsa Indonesia," papar Budi.

Budi melanjutkan hal Inilah yang harus diangkat bahwa Imlek melintasi sekat budaya, sekat etisitas bahkan suku bangsa maupun bangsa itu sendiri. Ini yang harus menjadi moment untuk kebersamaan seperti halnya  bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri, Natal, Waisak, Nyepi, maupun 1 Syuro. Itulah moment-moment yang harus dipelihara sebagai wujud persatuan dan kesatuan.

"Bangsa Indonesia memiliki harta yang sangat berharga ialah persatuan. Jika sekarang banyak orang was-was karena persaingan dalam kontestasi pilpres yang terlihat keras adalah hal yang wajar. Maka MATAKIN secara sadar mengangkat tema 'Malu Bila tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang tidak Menanggung Malu'. Kita semua terutama para Paslon dan para calon wakil rakyat diingatkan agar selalu ingat dan mawas diri dengan kekuasaan, ongkos persatuan akan sangat mahal jika kita tidak hati-hati. Maka malu rasa malu harus menjadi rem, bahwa betapun nikmatnya kekuasaan yang lebih penting adalah persatuan dan kesatuan bangsa itu sendiri, " terang Budi lagi mengingatkan 

Diketahui Tahun Baru Imlek merupakan salah satu dari 14 hari besar/ hari raya Agama Khonghucu. Perayaan Tahun Baru Imlek  mempunyai multi makna, di samping merupakan awal dari sebuah sistem penanggalan - dalam hal ini penanggalan Imlek, Yinli, Yinyangli atau Kongli, Imlek mempunyai makna agamis - dalam hal ini agama Khonghucu atau Ru Jiao, makna sosial, ekonomi, budaya - dalam hal ini budaya Tionghoa, dan berbagai makna lainnya.

Berkaitan dengan Agama dan Budaya maka selain dirayakan oleh umat Khonghucu, Tahun Baru Imlek juga dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat Tionghoa di dunia.


Dengan mengusung tema “Malu bila Tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang Tidak Menanggung Malu” bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa harus senantiasa mawas diri dalam melakukan segala perbuatan, apakah perbuatan tersebut akan membuat malu bagi diri sendiri atau tidak, karena dengan senantiasa mawas diri untuk menghindari perbuatan – perbuatan yang akan membawa malu bagi diri sendiri akan menjadikan kita terhindar dari menanggung malu. Mengzi mengatakan bahwa “rasa malu besar artinya bagi manusia”, karena yang menjadikan manusia sebagai manusia adalah dia yang menggunakan rasa tahu malunya. 

Perayaan Imlek Nasional tahun 2024 bertepatan dengan masa tenang Pemilu, dalam hal ini masyarakat di Indonesia dan khususnya umat Khonghucu diimbau untuk dapat berpartisipasi dan mensukseskan Pemilu 2024 dengan mengedepankan asas Pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (LUBER JURDIL) sehingga bisa tercapai Pemilu yang beretika dan bermartabat serta mewujudkan transformasi menuju Indonesia emas dengan terpilihnya Wakil Rakyat, Presiden dan Wakil Presiden terbaik yang berintegritas dan dapat dipercaya.    

Maka dengan diawali tahun yang baru ini, mari kita semua turut  berpartisipasi mensukseskan dan menyongsong terciptanya Pemilu Damai Tahun 2024, serta senantiasa mengembangkan diri dan mawas diri dalam setiap perbuatan untuk menghindari perbuatan yang akan membawa malu bagi diri sendiri, keluarga maupun bangsa dan negara.

Hadir pula pada perayaan ini, Wakil Menteri Agama RI, Saiful Rahmat Dasuki, Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie,SH, MH, (Anggota DPD RI 2019-2024), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Annisa Pohan, Komisaris Jenderal. Pol. Drs. Agus Andrianto, S.H., M.H. (Wakapolri), Letnan Jenderal TNI Bambang Ismawan, S.E., M.M (Kasum TNI) dan sebagainya. Foto: Ist