OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil, Kredit Investasi Tumbuh 12,53%

OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil, Kredit Investasi Tumbuh 12,53%

OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil, Kredit Investasi Tumbuh 12,53%

Diikuti Kredit Konsumsi tumbuh 8,49%, Kredit Modal Kerja tumbuh 4,45% yoy

Surabaya, Kabarindo- Kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga, yaitu kredit tumbuh 7,77% yoy pada Juni 2025 (Mei 2025: 8,43%) menjadi Rp.8.059,79 triliun.

Data tersebut disampaikan oleh Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), M. Ismail Riyadi, dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bulan Juli 2025.

“Optimisme terhadap perekonomian Indonesia dan kondisi perbankan ke depan didukung oleh kesepakatan tarif impor AS terhadap produk Indonesia, penurunan BI Rate, percepatan belanja pemerintah, serta beberapa program pemerintah yang diyakini akan mendorong penyaluran kredit, menjaga stabilitas pangan dan membantu daya beli masyarakat,” ujarnya.

Riyadi menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga. Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 12,53%, diikuti oleh Kredit Konsumsi 8,49%, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 4,45% yoy. Ditinjau dari kepemilikan, kredit dari bank umum swasta nasional domestik tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 10,78% yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 10,78%, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,18% di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM.

Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit ke beberapa sektor tercatat tumbuh tinggi secara tahunan mencapai double digit. Sektor pertambangan dan penggalian tercatat tumbuh 20,69%, sektor jasa tumbuh 19,17%, transportasi dan komunikasi tumbuh 17,94%, serta sektor listrik, gas dan air tumbuh 11,23%.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 6,96% yoy (Mei 2025: 4,29% yoy) menjadi Rp.9.329 triliun, dengan giro, tabungan, deposito masing-masing tumbuh sebesar 10,35%, 6,84% dan 4,19% yoy.

Riyadi menambahkan, penurunan BI Rate diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan. Dibandingkan tahun sebelumnya, rerata tertimbang suku bunga kredit tercatat turun 11 bps menjadi 8,99%, utamanya didorong oleh penurunan suku bunga kredit produktif. Dari sisi penghimpunan dana, rerata tertimbang suku bunga DPK juga mulai menurun dibandingkan bulan lalu.

Likuiditas industri perbankan pada Juni 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing 118,78% (Mei 2025: 110,33%) dan 27,05% (Mei 2025: 24,98%), masih di atas threshold masing-masing 50% dan 10%. Sedangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 199,04%.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,22% (Mei 2025: 2,29%) dan NPL net 0,84% (Mei 2025: 0,85%). Loan at Risk (LaR) menurun, tercatat 9,73% (Mei 2025: 9,93%). Rasio LaR tercatat stabil seperti di level sebelum pandemi.

Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,81% (Mei 2025: 25,48%), menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk mengantisipasi kondisi ketidakpastian global.

Selanjutnya, porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat sebesar 0,29% dari total kredit perbankan dan terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Juni 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 29,75% yoy (Mei 2025: 25,41% yoy) menjadi Rp.22,99 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 26,96 juta (Mei 2025: 24,79 juta).