OLIMPIK atau OLIMPIADE?

OLIMPIK atau OLIMPIADE?

oleh rawanku

KABARINDO, JAKARTA - Satu medali emas seolah mewakili satu ratus juta orang warga negara. Dua keping ibarat perolehan untuk dua ratus juta sekian rakyat. 

Begitu bernilai logam mulia sebagai tanda pemenang pertandingan final bagi negara berpopulasi lebih dari 200 juta jiwa manusia.

Tentu medali lebih berharga bagi atlet yang telah bersiap selama minimal empat tahun untuk tanding di pesta olahraga antarbangsa.

Merunut sejarah, nama turnamen mengacu pada Olympia yang merupakan area festival pertandingan olahraga di Yunani masa kuno.

Olympic ialah kejuaraan beragam cabang olahraga antarnegara kota yang berlangsung sekali dalam empat tahun (quadrennial).

Dalam pelaksanaan "olympic", rentang "empat tahun" kemudian jadi unit waktu kronologi sejarah dengan istilah "olympiad".

Sejak zaman Yunani kuno hingga era modern, "olympic" berjalan secara "olympiad"; olimpik bersifat olimpiad(e), empat tahun sekali.

Mulai tahapan modern yang melibatkan atlet internasional, Olympic 1896 di Yunani (juga) memakai sebutan Games of the Olympiad.

Sebagai bagian dari olimpik pula, cabang sepakbola kelak menggelar kejuaraan sendiri dengan sifat olimpiad(e), yakni World Cup.

Piala Dunia lahir karena tuan rumah olimpik Los Angeles 1932 tidak mempertandingkan cabang sepakbola yang tak populer di USA.

IOC (International Olympic Committee) dan FIFA (Fédération Internationale de Football Association) pun tak akur soal status pemain.

Maka sebagai pembanding olimpik bagi atlet amatir, FIFA menggelar World Cup 1930 yang membolehkan pemain profesional bertanding.

Kecuali edisi 1942 dan 1946 yang tak terwujud karena Perang Dunia II, World Cup berjalan tiap empat tahun atau periode olimpiad(e).

FIFA World Cup bersifat olimpiad(e) tapi bukan olimpik karena mempertandingkan hanya satu cabang olahraga (sepakbola).

Kalau senang merujuk pada etimologi, kita akan menyadari bahwa olimpiad(e) bukan istilah tepat untuk jadi nama kejuaraan.

Alih-alih "olimpiad(e)", sebutan "olimpik" lebih dekat dengan nama resmi kejuaraan, seperti juga nama organisasi penyelenggara.

Selaku negeri asal kejuaraan terbesar sejagat, Yunani memakai kata "Olympiakos". Belanda dan Jerman mengadaptasi jadi "Olympisch".

Negeri Melayu, yakni Malaysia dan Brunei Darussalam, menyebut "Olimpik" sebagai transliterasi dari bahasa Inggris, "Olympic".

Timor Leste mengikuti cara Portugal, juga dua negeri Latin, Italia dan Spanyol, mengucapkan "Olimpico". Filipina memilih "Olympic".

Bangsa Arab melafalkan "Uwlimbiyah" atau "Uwlimbik" di beberapa negara Asia Tengah.

Mungkinkah pilihan nama "Olimpiade" bersumber inspirasi dari "Olimpiyat" (Türkiye) atau "Olimpiadalyq" (Kazakhstan)?

Kini Komite Olimpiade Indonesia (berdiri pada 1947, mendapat pengakuan IOC pada 1952) justru acap menyebut diri NOC (of) Indonesia.

Pada surat 1947, National Olympic Committee (of) Indonesia malah memakai nama Comité Olympique de la République Indonésienne.

Jadi: Olimpik atau Olimpiade?

Ayo, tambah medali! Masih ada waktu miminal selama olimpiad(e) untuk terus memperbaiki prestasi atlet dalam partisipasi di Olimpik! 

Foto: PBSI/Miakel Ropars