Pembelajaran Trilingual & Pedagogi STEAM di Sampoerna Academy Dukung Pola Pikir Global & Pemahaman Cakrawala Budaya

Pembelajaran Trilingual & Pedagogi STEAM di Sampoerna Academy Dukung Pola Pikir Global & Pemahaman Cakrawala Budaya

Pembelajaran Trilingual & Pedagogi STEAM di Sampoerna Academy Dukung Pola Pikir Global & Pemahaman Cakrawala Budaya

Surabaya, Kabarindo– Sebagai penyelenggara pendidikan berbasis interkultural dan pionir STEAM di Indonesia, Sampoerna Academy merayakan Lunar New Year 2024 secara serentak di seluruh kampusnya di Jakarta, BSD, Sentul, Medan dan Surabaya.

Acara tersebut mengundang para orang tua melalui berbagai kegiatan yang melibatkan para siswa dalam menerapkan hasil pembelajaran di sekolah.

Sampoerna Academy menghadirkan berbagai kegiatan di antaranya student performance, cultural booth dan workshop serta bazar. Melalui student performance, siswa memiliki kesempatan untuk mengekspresikan dan memperdalam pemahaman tentang kesenian budaya Asia. Sementara di cultural booth dan workshop, siswa dapat terlibat dalam aktivitas yang memperkaya pengetahuan mereka tentang berbagai aspek budaya Asia sekaligus memperkenalkan kepada para orang tua dan pengunjung. Sedangkan bazar menjadi sarana bagi siswa untuk berinteraksi melalui pengalaman langsung dengan berbagai produk dan kegiatan yang mencerminkan keberagaman budaya.

Academic Director Sampoerna Academy, Dr. Mustafa Guvercin, mengatakan Lunar New Year 2024 merupakan bagian dari upaya Sampoerna Academy untuk menanamkan nilai-nilai budaya Asia kepada para siswa.

Acara tersebut mengusung tema “The Descendant of The Dragon” yang menunjukkan komitmen Sampoerna Academy dalam menumbuhkan apresiasi multi budaya dan mengembangkan pola pikir global di kalangan siswa.

Tema tersebut merupakan simbol yang memiliki makna mendalam. Dalam budaya Tiongkok, naga adalah simbol yang dihormati yang mewakili kekuatan dan keberuntungan. Naga kayu merupakan shio pada 2024, melambangkan kepemimpinan visioner, kemampuan beradaptasi dan kemauan menghadapi tantangan dengan pola pikir global.

Dengan mengusung tema ini, Sampoerna Academy berupaya untuk menanamkan rasa bangga pada siswanya terhadap warisan budaya dan identitas mereka untuk memiliki nilai-nilai pada simbol naga kayu. Tema "The Descendant of the Dragon" tidak hanya menyimbolkan nilai-nilai budaya Asia, namun juga menggaris-bawahi pentingnya memupuk pola pikir global di kalangan siswa untuk memiliki pandangan dunia yang lebih luas.

Menurut Dr. Guvercin, tema tersebut menunjukkan dedikasi untuk menumbuhkan apresiasi terhadap budaya asing serta menumbuhkan pola pikir global di antara pada siswa. Kami menyadari bahasa merupakan pintu untuk membuka pemahaman cakrawala budaya dan pola pikir global. Pendekatan pembelajaran trilingual yang mencakup keterampilan dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin, mencerminkan komitmen kami untuk memperkaya pemahaman dan apresiasi siswa terhadap keragaman budaya melalui bahasa,” ujar.

“Sampoerna Academy ingin memupuk apresiasi budaya dan pola pikir global di kalangan siswa dengan keterampilan dan perspektif yang diperlukan untuk dapat bersaing di era globalisasi. Dengan mengenalkan warisan budaya, kami ingin memberikan perspektif pandangan dunia yang lebih luas untuk membekali siswa dengan keterampilan dan perspektif yang diperlukan agar dapat bersaing di era globalisasi,” ujarnya dalam rilis yang diterima pada Kamis (15/2/2024).

Perayaan tersebut sesuai dengan filosofi pengajaran Sampoerna Academy kepada para siswa untuk mengeksplorasi, berinovasi dan berkomunikasi dengan pembelajaran STEAM. Melalui penekanan pada pengembangan holistik dari 5C yaitu Critical Thinking (Berpikir Kritis), Communication (Komunikasi), Collaboration (Kolaborasi), Creativity (Kreativitas) dan Character (Karakter), Sampoerna Academy mempersiapkan siswa untuk menavigasi kompleksitas dunia yang saling terhubung.

“Harapannya, agar siswa dapat mengembangkan pola pikir global melalui pembelajaran yang diterapkan, penguasaan bahasa asing, dalam hal ini Mandarin, sambil tetap memelihara nilai-nilai luhur Asia, tempat mereka lahir atau tempat mereka tinggal. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mengambil peran aktif dan menjadi agen perubahan di masa depan dalam skala lokal maupun global,” ujar Dr. Guvercin.

Salah satu ciri mencolok dari globalisasi adalah dampak multibahasa dan fenomena multikulturalisme yang terkait. Untuk menjawab tantangan global terhadap peningkatan kualitas SDM ini, Sampoerna Academy menerapkan kurikulum dengan pembelajaran trilingual (Indonesia, Inggris, Mandarin).

Menurut riset yang dilakukan oleh Rosetta Stone, Inc. pada 2020, diperkirakan hanya 13% orang di dunia yang memiliki kompetensi trilingual. Hal ini menunjukkan bahwa keahlian multilingual masih merupakan kompetensi yang jarang ditemui secara global. Namun, dengan pertumbuhan globalisasi dan meningkatnya keterhubungan antar budaya, penting bagi lembaga pendidikan untuk mengadopsi pendekatan trilingual dalam kurikulum mereka guna mempersiapkan generasi masa depan agar menjadi pemimpin yang mampu berkontribusi dalam skala global.

Psikolog Anak dan Remaja LivWell Clinic Medan, Ita Novita br Purba, M.Psi., mengatakan pentingnya pembentukan pola pikir global pada anak sejak dini. Pembentukan pola pikir manusia sejak usia dini selalu dimulai di lingkungan terkecil, yaitu keluarga dan sekolah yang kemudian akan membentuk karakter anak di masyarakat.

“Peran sekolah sangat penting, karena akan membantu dalam pembentukan pola pikir anak. Seperti halnya penerapan kompetensi trilingual serta metode pembelajaran di Sampoerna Academy yang dapat menjadi salah satu senjata awal untuk berinteraksi dan mengenal banyak hal serta membuka pikiran terhadap budaya lain. Keterampilan multi-bahasa yang baik akan efektif dalam mengenali dan memahami budaya lain yang mendukung pengembangan pola pikir global pada anak,” papar Ita.