Petani Milenial Merauke Jadi Andalan Mentan, Ini Sebabnya

Petani Milenial Merauke Jadi Andalan Mentan, Ini Sebabnya

KABARINDO, DEPOK - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, memberi perhatian khusus terhadap pelatihan petani milenial yang ada di wilayah Merauke, Papua.

"Salah satu andalan saya itu kalian di Merauke," kata Mentan saat membuka pelatihan sejuta petani milenial dengan judul Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim yang digelar secara virtual, Rabu.

Menurut Mentan, anak-anak Merauke punya kemampuan yang luar biasa dalam mengembangkan potensi pertanian di sana, sehingga ke depan wilayah tersebut bisa menjadi salah satu lumbung pangan nasional.

Mentan mengatakan dengan kemampuan yang dimiliki, maka seharusnya petani milenial di Papua bisa mengeluarkan ide, terutama dalam membuat inovasi. Mereka misalnya bisa membuat pupuk organik sehingga ke depan tidak lagi bergantung pada penerimaan pupuk subsidi.

"Jangan lagi mengandalkan pupuk subsidi karena kita bisa membuat pupuk organik. Kalau ada syukur, tapi kalau tidak ada ya jalan saja terus. Saya janji saya akan datang lagi ke Merauke untuk melihat perkembangan yang ada. Saya yakin kalian adalah harapan baru bagi pertanian Indonesia," katanya.

Mentan menjelaskan, masalah pupuk selama ini bukan hanya menjadi tanggungjawab kementan karena mulai dari lini 1 sampai kios ada di tanah BUMN dalam hal ini Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC). Kemudian masalah keuangan ada di ranah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Uangnya itu tidak ada di Kementan. Adanya di menteri keuangan. Oleh karena itu kalau ada distributor yang main main di sana (Merauke) sampaikan sama saya. Dan pupuk itu tidak langka, yang ada jumlahnya tidak cukup atau kurang," katanya.

Meski demikian,  pemerintah sudah menyiapkan akses pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bisa menjadi fasilitas utama dalam memulai usaha. Bantuan ini diharapkan mampu menjadi pemicu tumbuhkembangnya sektor pertanian di tanah Papua.

"Pertanian itu kan skala ekonominya ada. Katakanlah satu hektare kalau menghasilkan 6 ton berarti hasilnya Rp30 juta. Kaliam pake pupuk dll masih punya untung Rp9 juta. Lalu kalian masih ada Rp20 juta bisa digunakan untuk mencicil alsintan atau pembuatan pupuk. Oleh karena itu kita tidak lagi bergantung pada pupuk subsidi. Kita punya akses KUR sebagai modal," katanya.

Untuk diketahui, Pelatihan ini melibatkan kelompok Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S), Ikatan Alumni Magang Jepang (IKAMAJA), Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA), Perhimpunan Penyuluh Pertanian (PERHIPTANI) dan insan pertanian lainnya yang akan dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis (UPT) lingkup BPPSDMP.

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, menambahkan bahwa pelatihan ini merupakan program reguler maksimum yang dilaksanakan Kementan dalam rangka meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Adapun tujuan pelatihan ini diharapkan mampu mendorong anak muda bisa beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim.

"Sasaran peserta ditargetkan sekitar 1.568.483 orang bahkan lebih, yang terdiri dari petani dan insan pertanian lainnya," ujarnya.

Sumber: Antara