Puluhan Hangus Terbakar dan Staf Badan Amal Hilang di Myanmar

Puluhan Hangus Terbakar dan Staf Badan Amal Hilang di Myanmar

KABARINDO, KAYAH – Badan amal Save The Children dalam pernyataan resminya hari Sabtu (25/12) mengabarkan bahwa dua anggota stafnya menghilang dalam serangan yang setidaknya membunuh 38 orang, termasuk anak-anak dan perempuan, di negara bagian Kayah, Myanmar.

Foto-foto yang dibagikan oleh Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni, media lokal dan media sosial menunjukkan sisa-sisa tubuh yang hangus di atas bak truk yang terbakar.

"Kami ngeri atas kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa dan staf kami, yang berdedikasi untuk kemanusiaa dan mendukung jutaan anak yang membutuhkan di seluruh Myanmar," kata kepala eksekutif Save the Children, Inger Ashing.

Badan amal yang berbasis di London itu mengatakan telah menangguhkan operasi di Kayah dan beberapa bagian negara bagian Karen yang berdekatan dan di wilayah Magway.

Kedua staf tersebut sedang melakukan perjalanan ke desa asal mereka untuk liburan akhir tahun ketika mereka terjebak dalam kekerasan di negara bagian timur.

"Kami mendapat konfirmasi bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar," kata pernyataan itu.

Belum Pasti Siapa yang Bertanggung Jawab

Kelompok oposisi pada hari Sabtu menyalahkan militer atas pembantaian pada hari Jumat (24/12) di dekat desa Mo So di kota Hpruso.

Sementara, Juru Bicara Junta Jenderal Zaw Mun Tun, tidak menjawab teleponnya pada hari Minggu. 

Laporan serangan hari Sabtu itu belum dapat diverifikasi dari penduduk setempat, laporan media atau kelompok hak asasi manusia lokal.

Awal bulan ini, Junta Militer Myanmar dituding berada di balik pembakaran belasan penduduk desa dekat kota Moynwa setelah milisi lokal menyerang konvoi tentara yang sedang lewat dengan dua bom.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer pada 1 Februari menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi.

Menurut penghitungan Asosiasi Bantuan Tahanan Politik, setidaknya 1.375 orang telah tewas, serta lebih dari 8.000 dipenjara dalam tindakan keras terhadap protes dan oposisi bersenjata sejak kudeta.

Pemerintah militer membantah angka-angka itu dan mengatakan tentara juga tewas dalam bentrokan. ***(Sumber: Reuters, BBC; Foto: AP, Washington Post)