Yayasan BMC Surabaya Jalin Kerja Sama Bisnis dengan Pengusaha Fujian, Tiongkok

Yayasan BMC Surabaya Jalin Kerja Sama Bisnis dengan Pengusaha Fujian, Tiongkok

Yayasan BMC Surabaya Jalin Kerja Sama Bisnis dengan Pengusaha Fujian, Tiongkok

Surabaya, Kabarindo- Perkumpulan warga keturunan Tionghoa marga Tjio/Jiang yang tergabung dalam Yayasan Bina Marga Canggih (BMC) Surabaya menjalin kerja sama bidang pengembangan teknologi industri dan investasi dengan para pengusaha asal Provinsi Fujian, Tiongkok.

Sebagian besar dari pengusaha Tiongkok tersebut bermarga Jiang, yang menangani bermacam kegiatan industri, antara lain memproduksi pempers dan pembalut, solar cell dan mesin pabrik.

Delegasi tersebut berjumlah 32 orang yang menangani berbagai sektor usaha. Mereka datang ke Surabaya pada Minggu (9/6/2024), kemudian pada Senin (10/6/2024) mengadakan pertemuan dengan sejumlah asosiasi pengusaha di Jawa Timur. Pada kesempatan ini dilakukan penanda-tanganan memorandum of understanding (MOU) kerja sama di bidang perdagangan antara perwakilan pengusaha dari Fujian dengan BMC Surabaya.

Ketua Yayasan BMC, Peter S. Tjioe, mengatakan kedatangan delegasi asal Tiongkok membahas secara serius beberapa peluang bisnis, di antaranya menarik investor asal negara itu untuk berinvestasi di Jatim dengan mendirikan industri manufaktur berbasis teknologi terbaru. Dengan demikian para pengusaha lokal bisa melakukan alih teknologi.

Menurut ia, visi dan misi Yayasan BMC adalah membangun dan meningkatkan perekonomian daerah Jatim. Upaya ini dilakukan antara lain melalui kerja sama ekonomi dengan pengusaha asal Tiongkok yang mencakup bidang teknologi industri dan investasi serta perdagangan.

“Kami ingin menarik pelaku industri dari Tiongkok untuk mendirikan pabrik di Jatim, sehingga bisa membuka lapangan kerja di sini. Bukan sekedar barang mereka saja yang dipasarkan di Jatim,” ujar Peter, yang juga pelaku usaha batu marmer/granit dengan bendera MM Galleri.

Ia menjelaskan, saat ini telah ada investor asal Tiongkok yang mendirikan pabrik benang dan kain di Nganjuk. Diharapkan investor lainnya akan menyusul.

Di sisi lain, para pebisnis dari Jatim bisa membuka peluang ekspor ke Tiongkok berupa aneka komoditas pertanian. Sejauh ini telah berlangsung ekspor komoditas pertanian dari Jatim ke Tiongkok, antara lain sarang walet dan krupuk udang. Masih banyak potensi komoditas dari Jatim yang dapat diekspor ke Tiongkok seperti kopi, merica dan kakao.

“Banyak peluang bisnis yang bisa digarap kedua pihak, pengusaha asal Tiongkok dan pengusaha Jatim. Karena itu, kami memfasilitasi pertemuan mereka dengan mengundang para pengusaha yang tergabung beberapa asosiasi, di antaranya Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jatim, Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (FORKAS) Jatim, dan asosiasi lainnya agar bisa membangun hubungan bisnis saling menguntungkan” ujarnya.

Ketua delegasi pengusaha dari Tiongkok, Huang Hui Can, mengapresiasi pertemuan tersebut. Ia berharap pertemuan ini dapat memberikan manfaat positif bagi kedua pihak dan terjalin hubungan yang lebih erat.

“Kami berharap pertemuan ini dapat meningkatkan peluang investasi dari Tiongkok ke Surabaya dan sebaliknya,” ujarnya.

Ketua Umum FORKAS Jatim, Mochammad Turino Junaedy, menambahkan Indonesia merupakan negara yang sangat besar dan luas serta kaya sumber daya alam yang mencakup sektor pertanian, pertambangan dan lain-lain.

“Jumlah penduduk Indonesia sekitar 280 juta yang merupakan market yang sangat potensial. Hal ini bisa menjadi peluang investasi bagi para pengusaha Tiongkok dan kami siap membantu dengan menyiapkan mitra lokal,” ujarnya.

Yayasan BMC dibentuk pada 1912 dan saat ini diketuai oleh Peter. Yayasan BMC telah memiliki gedung pertemuan di Jl. Nias Surabaya yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. Juga memiliki aset lahan seluas 645 m2 yang diwujudkan oleh para donatur pada 2006.