Zara Rutherford, Gadis Remaja Pertama Pecahkan Rekor Penerbangan

Zara Rutherford, Gadis Remaja Pertama Pecahkan Rekor Penerbangan

KABARINDO, WEVELGEM – Zara Rutherford, 19 tahun, menjadi pilot perempuan termuda yang berhasil terbang solo mengelilingi seluruh dunia dalam waktu lima bulan, memecahkan beberapa rekor penerbangan sekaligus.

Dalam pendaratannya di bandara Kortrijk-Wevelgem di Belgia hari Kamis (20/1), Rutherford menerbangkan pesawat Shark UL ditemani oleh empat pesawat dari kelompok penerbang aerobatik Setan Merah Belgia.

(Foto: Momen sebelum pendaratan Zara Rutherford di Belgia setelah keliling dunia -Reuters)

Dimulai pada 18 Agustus 2021, penerbangan Rutherford meliputi lebih dari 60 pemberhentian di lima benua, dengan total jarak sekitar 51.000 km, dan berlangsung dua bulan lebih lama dari rencananya akibat cuaca buruk.

Gadis pemegang lisensi terbang pribadi (Private Pilot Licence) dari Amerika Serikat (FAA) dan Inggris, serta lisensi pilot pesawat ultraringan (microlight) Slovakia dan Prancis itu telah menjadi anggota Honorable Company of Air Pilots sejak 2019.

Pecahkan Beberapa Rekor

Di situs resminya, Fly Zolo, ia mengatakan, kesenangannya bukan hanya karena ia  mencatat Guinness World Record sebagai wanita termuda yang terbang solo keliling dunia, tetapi juga karena ia berhasil mempersempit usia kesenjangan gender antara penerbang wanita dan laki-laki termuda di kategori itu.

Pemegang rekor pilot wanita termuda yang mengelilingi dunia sebelumnya, Shaesta Waez, berusia 30 tahun ketika dia menyelesaikan misinya, "Dreams Soar", di tahun 2017. Sementara itu pada tahun 2021, Travis Ludlow menjadi pilot pria termuda yang menyelesaikan misi serupa di usia 18 tahun.

Selain menjadi wanita termuda yang menyelesaikan tantangan tersebut, Rutherford juga menjadi perempuan pertama yang mengelilingi dunia dengan pesawat ultraringan, dan orang Belgia pertama yang mengelilingi dunia sendirian melalui udara.

(Peta rute terbang solo Zara Rutherford -Fly Zolo)

Penuh Tantangan

Selama perjalanan, Rutherford menghabiskan satu bulan terjebak di Nome, Alaska, dan 41 hari di Rusia, menyebabkan visa Rusia-nya kedaluwarsa sementara musim dingin Siberia makin mendekat pada saat itu.

"Bagian yang tersulit adalah terbang di atas Siberia. [Di sana] Luar biasa dingin, dan jika mesin mati, akan membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelamatkan diri. Saya tidak yakin akan selamat [bila itu terjadi]," katanya.

Saat ia di Siberia suhu terendah mencapai -35C di darat dan -20C di udara, sehingga seorang mekanik memblokir beberapa saluran masuk udara di pesawatnya untuk menjaga mesin tetap hangat di cuaca yang sangat dingin.

(Foto: Zara terjebak di Ayan, Rusia, selama sebulan -Fly Zolo)

Cuaca buruk juga memaksanya berhenti di luar jadwal di Bandar Udara Rahadi Oesman, Kalimantan Barat. Di sana, dia tidur di terminal selama dua malam karena tidak memiliki dokumen yang diperlukan untuk meninggalkan bandara.

Senantiasa ceria dalam pembaruannya di Instagram, ia berkata, “Saya mulai merasa seperti Tom Hanks di film The Terminal.” Ia akhirnya tiba di Jakarta, Selasa, 21 December 2021.

(Foto: Saat di Jakarta ia disponsori oleh mantan menteri Susi Pudjiastuti -Fly Zolo)

Tantangan lain yang ia hadapi termasuk terbang menembus asap kebakaran hutan di California dan kabut asap di Delhi; tidak berfungsinya instrumen pesawatnya karena tabung pitot (dibaca ‘Pitou’, alat ukur kecepatan pesawat) tersumbat saat di New Mexico; serta ban kempes yang membuatnya terdampar di Singapura selama Natal.

Saat berada di Veracruz, Meksiko, ia mengalami gempa bumi di kamar hotel lantai enam.

Tentang ini dia berkata, "Tiba-tiba bangunan mulai bergoyang. Saya pikir saya tidak pernah berlari secepat itu menuruni tangga. Saya benar-benar mengharapkan bagian paling berbahaya dari perjalanan ini berada di udara."

Ditanya tentang hal terbaik dalam penerbangan, ia menjawab dengan humor, “Mendarat!”

Hal itu menurutnya benar terutama setelah penerbangan Trans-Atlantik. Ia kemudian menambahkan, “Lepas landas dan pemandangan yang luar biasa.”

(Pembaruannya di Instagram saat di Indonesia

Keluarga Penerbang

Keturunan Inggris-Belgia, Zara Rutherford lahir di tengah keluarga penerbang. Katanya, “Saya beruntung memiliki panutan yang hebat pada orang tua dan kakek-nenek saya. Saya ingin membangun warisan ini dan menginspirasi orang lain.”

Berlatih secara profesional sejak usia 14 tahun, ia berharap dapat menginspirasi gadis-gadis lain untuk masuk ke pekerjaan STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika). Dengan gemas ia menyatakan, “Pilot komersial yang wanita hanya 5%, dan ilmuwan komputer wanita 15% saja! Itu jumlah yang sangat rendah.”

(Foto: Zara Rutherford saat bayi, di pangkuan ibunya yang pilotnya. -Fly Zolo)

Jane Gandee, kepala sekolah SMA St Swithun, almamater Zara yang ikut mensponsorinya, mengatakan bahwa para murid dan staf mengikuti perjalanannya "dengan penuh minat dan kekaguman". 

"Lima puluh siswa kami telah terinspirasi oleh Zara untuk mencoba terbang, dan saya yakin bahwa teladannya akan menjadi inspirasi bagi lebih banyak wanita muda di seluruh dunia," ungkap Gandee.

Rutherford sudah tak sabar untuk memberi tahu orang-orang tentang pengalamannya dan mendorong orang-orang untuk mewujudkan impian mereka.

"Jika Anda memiliki kesempatan - lakukanlah," katanya sambil tersenyum. ***(Sumber dan foto: Fly Zolo, BBC, Instagram)