Bentrokan di Myanmar Sebabkan 2500 Penduduk Desa Mengungsi ke Thailand 

Bentrokan di Myanmar Sebabkan 2500 Penduduk Desa Mengungsi ke Thailand 

KABARINDO, BANGKOK – Pertempuran antara pasukan pemerintah Myanmar dan gerilyawan etnis telah menyebabkan sekitar 2.500 penduduk desa, termasuk ratusan anak-anak, melarikan diri melintasi perbatasan ke Thailand, kata seorang perwira militer Thailand, Jumat (17/12).

Somchai Kitcharoenrungroj, wakil gubernur provinsi Tak Barat, mengatakan pada konferensi pers bahwa para pengungsi yang menyeberangi sungai Moei, penanda perbatasan Myanmar-Thailand, membanjiri kota Mae Sot di Thailand setelah pertempuran dalam beberapa hari terakhir antara Persatuan Nasional Karen (KNU) dan tentara Myanmar. 

Myanmar jatuh ke dalam kekacauan ketika militer menggulingkan pemerintah sipil yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, memicu protes di kota-kota dan bentrokan sporadis di pedesaan antara milisi anti-junta dan tentara.

Selain itu ada juga pertempuran intensif antara tentara dan pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan, seperti KNU, pasukan pemberontak tertua Myanmar.

Somchai menyebutkan jumlah pengungsi di sisi perbatasan Thailand adalah 2.503. Pejabat sebuah kelompok migran Myanmar yang berbasis di Thailand, Komite Aliansi Bantuan, Ye Min mengatakan bahwa totalnya termasuk 545 anak-anak.

"Kami memberikan bantuan makanan bekerja sama dengan pihak berwenang Thailand," kata Ye Min melalui telepon, menambahkan sebagian besar pengungsi berasal dari Lay Kay Kaw dan desa-desa lain.

Lay Kay Kaw menikmati status unik sebagai pemukiman yang didirikan untuk mempromosikan rekonsiliasi. Dibangun pada tahun 2015 dengan dukungan keuangan dari Nippon Foundation Jepang untuk menampung dan mendidik orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran selama beberapa dekade, terutama para pengungsi yang kembali dari Thailand.

Eksodus itu adalah yang terbesar sejak April, ketika beberapa ribu penduduk desa dari negara bagian Karen di Myanmar timur melarikan diri ke Thailand menyusul serangan udara oleh pasukan pemerintah Myanmar di wilayah yang dikuasai oleh etnis minoritas Karen. Mereka diizinkan untuk tinggal selama beberapa hari sebelum kemudian kembali ke Myanmar.

Otoritas provinsi Tak mengatakan ada bentrokan antara tentara dan KNU pada hari Kamis (16/12) sekitar 500 meter dari perbatasan Thailand.

Gugus tugas tentara Thailand yang bertanggung jawab atas keamanan perbatasan mengeluarkan peringatan pada Kamis melalui Komite Bersama Perbatasan Thailand-Myanmar bahwa mereka siap untuk membalas jika peluru artileri nyasar mendarat di tanah Thailand.

Dikatakan sebuah peluru telah jatuh di sisi perbatasan Thailand meskipun tidak menyebabkan kerusakan atau kerusakan, dan pasukan Thailand telah mengintensifkan patroli di daerah tersebut. ***(Sumber: AP & Reuters; Foto: UCA News)