Dokumenter A Distant Call; Berjaya Di Ajang Cannes
Film Ko-Produksi Indonesia "Tiger Stripes" dan Film Dokumenter Indonesia
"A Distant Call" Bawa Pulang Penghargaan Dari Cannes Film Festival 2023.
KABARINDO, Jakarta- Film “Basri and Salma in a Never-Ending Comedy” turut tayang dan berkompetisi dalam gelaran
Cannes Film Festival 2023
Film koproduksi Indonesia “Tiger Stripes” meraih penghargaan Grand
Prize dalam gelaran Semaine de la Critique Cannes 2023. Film “Tiger Stripes” adalah film asal
Malaysia yang di ko-produksi oleh delapan negara. Disutradarai oleh Amanda Nell Eu asal Malaysia, dan diproduseri oleh produser asal Indonesia, Yulia Evina Bhara.
Selain kemenangan
“Tiger Stripes”, kemenangan lain juga diraih oleh proyek film dokumenter Indonesia “A Distant Call”.
Disutradarai oleh Andrea Suwito dan diproduseri oleh Mandy Marahimin, “A Distant
Call” meraih penghargaan “Documentary Association of Europe Award” salah satu penghargaan dalam gelaran Cannes Docs Marche du Film. Judul-judul tersebut adalah dua dari tiga film yang
dibawa oleh delegasi Indonesia ke Cannes Film Festival 2023.
“Film kolaborasi bersama ini berujung manis di Festival Film Cannes dan ini kabar gembira
untuk sinema Asia Tenggara. Kemenangan ini adalah kemenangan kita semua,”. Ungkap Yulia Evina Bhara setelah pengumuman “Tiger Stripes” meraih Grand Prize.
Selain “Tiger Stripes” dan “A Distant Call”, film pendek “Basri and Salma in a Never-ending
Comedy” turut dibawa ke Cannes Film Festival 2023.
Film arahan sutradara Khozy Rizal &.Produser John Badalu ini tayang perdana sekaligus berkompetisi dalam kompetisi utama Cannes Film Festival 2023.
Film “Basri and Salma in a Never-Ending Comedy” tayang di Cannes Film Festival pada hari Jumat, 26 Mei 2023 lalu bersama dengan sepuluh film pendek lainnya dalam
kategori Short Films in Competition. Hal ini menjadi sejarah baru bagi film Indonesia, karena “Basri and Salma in a Never-ending Comedy” menjadi film Indonesia pertama yang berhasil menembus kompetisi utama Cannes Film Festival.
Delegasi Indonesia yang berangkat ke Cannes Film Festival tidak hanya membawa karya-karya sineas Indonesia. Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi, Nadiem Makarim, yang menjadi salah satu peserta delegasi Indonesia,
Mengumumkan program pendanaan “Matching fund” Dana Indonesiana. Program Dana Indonesia adalah skema pendanaan film yang memungkinkan para sineas Indonesia untuk membuat proyek ko-produksi dengan sineas dari mancanegara.
Selain pengumuman tentang Dana Indonesiana, delegasi Indonesia juga menandatangani
kerjasama dengan BIFAN (Bucheon Fantastic Film Festival), Korea dan Focus Asia, Far East Film Festival, Udine, Italy.
Dalam rangka memperkuat berbagai penyelenggaraan festival film di Indonesia, delegasi dari Festival Film Indonesia (FFI), Jakarta Film Week dan Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF) serta Badan Perfilman Indonesia (BPI) mengikuti serangkaian program di Cannes, untuk membuka peluang kerja sama.
Tujuan keikutsertaan delegasi Indonesia adalah membuka peluang lebih besar untuk berbagai proyek kolaborasi maupun pendanaan film yang akan memajukan perfilman Indonesia seperti dilansir dari rilis yang di akses redaksi.
Comments ( 0 )