Doni Monardo: Menjaga Alam Harus Jadi Perilaku, Bukan Slogan
KABARINDO, JAKARTA - Sekitar 500 an mahasiswa baru antusias mengikuti acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Krisnadwipayana Senin 5 September 2022.
Acara yang berlangsung di Kampus Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat itu menghadirkan pembicara Letjen TNI Purn DR (HC) Doni Monardo. Tokoh nasional yang dijuluki “jenderal pohon” dan penggiat lingkungan itu adalah Kepala BNPB 2019 – 2021 itu kini menjabat Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) dan Komisaris Utama BUMN tambang MIND ID.
Doni mengucapkan terima kasih kepada Civitas Akademika Universitas Krisnadwipayana yang mengundangnya pada acara penting itu. “Saya selalu menyebut nama Universitas Krisnadwipayana dengan penuh hormat. Sebab, inilah salah satu perguruan tinggi yang dirintis oleh para pejuang ’45,” ujarnya.
Doni mengusung materi “Sinergi Patriot, Lestari Budaya”. Doni membuka ceramahnya dengan menanyakan kepada semua mahasiswa baru, berapa orang yang menggunakan/membawa tumbler?
Doni mengatakan bahwa ia sudah berhenti menggunakan botol minum plastik sekali pakai sejak tahun 2017. Kemana pun ia pergi pasti selalu membawa tumbler.
"Supaya ceramah saya pagi ini langsung ada manfaatnya maka saya minta pada panitia dan civitas akademika Unkris mewajibkan semua anak didik dan juga para pengajar untuk berhenti menggunakan botol plastik kemasan sekali pakai dan beralih ke tumbler," kata Doni tegas yang disambut tepuk tangan hadirin.
Doni mengingatkan, mahasiswa baru yang hadir harus menjadi teladan dalam menjaga alam. Mantan pangdam Pattimura itu menantang dan meminta, seusai acara ini, para mahasiswa diminta meninggalkan tempat acara tanpa satu potong pun sampah yang tertinggal. "Budaya menjaga alam harus jadi perilaku, bukan sekedar slogan," tegas Doni.
Bagi Doni, generasi muda adalah tumpuan bangsa menuju tata kehidupan yang lebih adil dan makmur.
Doni menekankan tujuan mencetak Indonesia Emas 2045 jangan sampai mengabaikan budaya merawat alam. “Indonesia emas akan menjadi Indonesia cemas jika alam negeri kita rusak,” tegasnya.
Dampak kerusakan lingkungan adalah ancaman nyata yang dihadapi generasi sekarang. Hampir semua sungai tercemar. "Bayangkan, jika padi mengandung logam berat akibat air yang tercemar. Bahkan, tidak sedikit ikan di sungai mengandung mercuri dan formalin. Padahal, untuk mewujudkan manusia berkualitas tidak cukup dari bangku sekolah atau bangku kuliah saja. Manusia berkualitas juga ditentukan oleh asupan gizi, makan dan minum yang bebas racun, serta udara yang bersih dari polusi,” tegas Danjen Kopassus 2014 – 2015 itu.
Menurut Doni, generasi muda dihadapkan pada ancaman nyata yang menghadang di depan mata. Ancaman bisa berupa potensi dan yang sudah terjadi. Disebut potensi ancaman, antara lain terjadinya perang atau konflik antarnegara. Bisa terjadi kapan saja.
Sebaliknya, ada ancaman nyata yang sudah dan sedang kita hadapi. “Ancaman nyata itu adalah, _climate change_ dan atau kerusakan lingkungan,” tambahnya.
Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tahun 2021 terjadi 5.402 bencana sepanjang tahun. Sedangkan, hingga Agustus tahun 2022 sudah terjadi 1.926 bencana. Hampir semua bencana diakibatkan oleh kerusakan alam dan perbuatan manusia.
Di akhir acara, Doni menyingung prinsip-prinsip demokrasi (kedaulatan di tangan rakyat). Selain demokrasi, Doni menitipkan pula pesan idealisme yang lain, yakni ecocracy (kedaulatan lingkungan hidup).
“Ecocracy merupakan gagasan yang tak jauh beda dengan paham-paham lain yang sudah dikenal sebelumnya. Misalnya, teokrasi (kedaulatan Tuhan), demokrasi (kedaulatan rakyat), nomokrasi (kedaulatan hukum),” pungkas Doni.
Comments ( 0 )