Embran Nawawi Gelar Fashion Show Batik, Gandeng Perajin dari 5 Kota di Jatim

Embran Nawawi Gelar Fashion Show Batik, Gandeng Perajin dari 5 Kota di Jatim

Embran Nawawi Gelar Fashion Show Batik, Gandeng Perajin dari 5 Kota di Jatim

Peringati Hari Kopi Internasional dan Hari Batik Nasional

Surabaya, Kabarindo- Minum kopi dan memakai batik bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Batik menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Kopi Indonesia telah menjadi komoditas yang tumbuh sejak zaman kerajaan, penjajahan hingga saat ini. Kopi Indonesia juga termasuk salah satu kopi terbaik dunia. Hebatnya kopi membuat komoditas ini diresmikan menjadi Hari Kopi Internasional pada 1 Oktober 2015, yang berarti sudah 8 tahun.

Menurut Yuanita Rachma, salah seorang ahli kopi Jawa Timur dan founder House of Coffee & Barista ID, kopi Jawa timur adalah kopi yang paling banyak varian-nya dan paling banyak diminta oleh coffee shop kekinian.

“Alam Jawa Timur yang luas dan beragam mulai dari pegunungan, daratan dan pesisir menjadikan kopi sebagai pilihan minuman keluarga yang akhirnya menjadi suguhan untuk para tamu,” tuturnya.

Batik juga telah ditetapkan menjadi Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2009. Batik Indonesia memicu pertumbuhan ekonomi kerakyatan, ekonomi kreatif dan menjadi salah satu devisa bagi negara.

Selama ini batik selalu disebut sebagai warisan budaya. Embran Nawawi, desainer yang menggeluti dunia batik, khususnya dari Pamekasan, mengatakan batik diperkirakan sudah ada sejak abad ke 5 di tanah Jawa.

Untuk merayakan Hari Kopi Internasional dan Hari Batik Nasional, Embran menggelar fashion show di Hotel Harris Gubeng pada Minggu (1/10/2023) dengan mengusung tema Cerita Batik & Kopi Jawa Timur. Ia menggandeng para perajin batik dari Lamongan, Tuban, Probolinggo, Banyuwangi dan Sumenep.

Embran menuturkan, Banyuwangi memiliki lebih dari 30 motif asli suku Osing. Keindahan batik Banyuwangi diperkenalkan oleh Rizkyesa, perajin batik muda dengan nama Godho Batik. Dari Probolinggo, Nico Sawiji dengan Batik Poerwa-nya mengangkat peninggalan motif Mojopahit. Sementara Taufan, pemuda asal Sumenep yang melestarikan batik asli kabupaten di Madura ini, mengkhususkan batik Keraton Sumenep yang tergolong langka di Jawa Timur. Kemudian Mas Sriwidodo dari Tuban menampilkan batik Tuban yang dianggap memiliki kekuatan khusus dan sering dipakai dalam uparaca ritual potong gigi di Bali. Sedangkan Nusa Amin dari Jombang menampilkan batik dengan pewarnaan alam.

Embran sendiri pada tahun lalu berkolaborasi dengan kota Perth di Autralia dan Gyongnam di Korea Selatan. Ia bersama Cassandra Lee, warga Perth yang juga seniman Aborigin, membuat batik Potehan Kambarang. Ini merupakan batik Pamekasan dengan motif flora fauna Australia Barat, hasil sketsa Cassandra Lee yang kemudian dirancang oleh Embran. Untuk kolaborasi dengan Gyongnam, Embran mengajak Nico Sawiji untuk mengolah Jinju, sutra asli untuk Hanbok, busana tradisional Korea, dengan mengaplikasikan ornamen Mojopahit dan Korea dalam sebuah karya batik yang luar biasa.