FTMM Unair Lebarkan Kerja Sama ke Jerman

FTMM Unair Lebarkan Kerja Sama ke Jerman

FTMM Unair Lebarkan Kerja Sama ke Jerman

Surabaya, Kabarindo- Prestasi Unair yang meraih ranking World Class University QS 308 mendorong dosen, prodi dan fakultas untuk memperbanyak hubungan luar negeri dalam meningkatkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Terbaru, FTMM (Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin) Unair memberangkatkan empat delegasinya ke Jerman. Mereka akan melakukan ekspansi kerja sama dengan Jerman sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja sama dengan Eropa yang selama ini sudah dilakukan oleh kedua dosen yang ditugaskan.

Empat delegasi yang ditugaskan dan telah tiba di Berlin sejak Selasa, 6 Agustus 2024, adalah Dekan FTMM Prof Dr Apt Dwi Setyawan MSi, Wakil Dekan 3 FTMM Prof Dr Ir Retna Apsari MSi, IPM, dan 2 dosen FTMM yaitu Tahta Amrillah MSi, PhD, dan Ilma Amalina MSi, PhD.

Kunjungan pertama dilakukan ke KBRI di Berlin yang disambut oleh Deputy Chief of Mission / Wakil Dubes Fajar Wirawan Harijo serta konselor Satriyo Pringgodhany, Koordinator Fungsi Pensosbud dan Staf Atikbud KBRI Berlin, Birgit dan Desca.

Diskusi menarik terjadi terkait pembahasan student dan staff mobility program serta prospective students untuk master dan PhD dari Indonesia. Fajar berharap akan lebih banyak kerja sama U to U antara universitas di Indonesia dengan universitas di Jerman melalui pilar pendidikan, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat, khususnya dengan Unair.

Dalam kesempatan itu, Fajar mengajak Unair juga bergabung dalam membangun konsorsium semi-konduktor dunia. “Jerman bisa menjadi host kegiatan ini,” katanya dalam rilis yang diterima pada Kamis (8/8/2024).

Sebagai fakultas termuda di Unair, Prof Dwi Setyawan menegaskan dengan kompetensi sains dan engineering yang dimiliki dosen-dosen muda FTMM, maka FTMM Unair siap berkontribusi dalam konsorsium semikonduktor dunia.

“Kerja sama dengan fakultas lain yang linear misalnya Fakultas Sains dan Teknologi, pasti akan semakin memperkuat tim semi-konduktor Universitas Airlangga,” katanya.

Prof Dwi Setyawan berharap inisiasi kerja sama yang telah dilakukan melalui kunjungan ini selanjutnya dapat diimplementasikan dan harus ada langkah yang nyata seperti kolaborasi riset, student mobility, kuliah tamu, kuliah praktisi industri, pertukaran budaya melalui kegiatan pengabdian masyarakat.

“Perlu juga diimplementasi dengan kegiatan non akademis, seperti pembinaan soft skill untuk membangun semangat dan daya juang yang tinggi, jika ingin melanjutkan pendidikan di Eropa, khususnya Jerman,” katanya.

Tak kalah pentingnya bahwa pelaksanaan kegiatan di KBRI Berlin ini merupakan salah satu perwujudan dari implementasi realisasi SDG's poin 7 (Affordable and Clean Energy), poin 9 (Industry, Innovation and Infrastructure) serta poin 17 (Partnership for the Goals).

FTMM siap mengimplementasikan hasil-hasil riset dan produk dosen dalam bidang energi, renewable energy, nanotechnology, artificial intellegence dan robotics untuk mendukung kerja sama lanjutan antara Unair dan Jerman.

Sementara Prof Retna menambahkan, kerja sama U to U tidak akan berhasil jika tidak ada langkah yang nyata seperti adanya mahasiswa atau dosen yang datang ke Jerman untuk studi lanjut dan melaksanakan kerja sama penelitian.

Lebih lanjut dari diskusi ini, lanjutnya, akan diimplementasi kegiatan kuliah praktisi dan kerja sama pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat bersama KBRI dan komunitas di Berlin dan sekitarnya.

“Saya sangat mendukung dosen-dosen muda di FTMM dan dosen di fakultas lain untuk menjalin banyak kerja sama dengan universitas di Jerman,” katanya.

Prof Retna berharap kunjungan ini menjadi langkah awal yang membuka pintu peluang kerja sama yang lebih berkualitas di skala global selain dengan negara Malaysia dan Jepang, sesuai dengan kebijakan Rektor Unair.

Sementara Atdikbud KBRI Jerman, Birgit, berharap Unair dapat menjalin kerja sama dengan institusi di Jerman. Sebagai wakil pemerintah Indonesia, Atdikbud Jerman siap untuk menjembatani kerja sama Unair dengan institusi manapun di Jerman.

Kerja sama yang akan dilakukan di langkah awal adalah dengan Max Planck Institute di Dresden, yang sudah diinisiasi dengan kerja sama penelitian dan publikasi oleh Tahta Amrillah MSi, PhD.

Foto: istimewa