Hari Paling Mematikan dari Pandemi Covid-19 di Korsel

Hari Paling Mematikan dari Pandemi Covid-19 di Korsel

KABARINCO, SEOUL – Dilansir dari harian New York Times, Korea Selatan menghadapi hari paling mematikan dari pandemi pada Sabtu (26/2), dengan melaporkan 112 kematian Covid-19 dalam periode 24 jam, ketika negara itu memerangi lonjakan virus corona yang dipicu oleh varian Omicron.

Otoritas kesehatan melaporkan bahwa ada 643 pasien dirawat di rumah sakit dalam kondisi parah atau kritis pada hari itu, naik dari 408 pasien seminggu sebelumnya.

Lonjakan di Korea Selatan, yang saat ini merupakan salah satu yang terburuk di dunia, meningkat selama seminggu terakhir, mencapai rekor 171.452 kasus dalam satu hari pada hari Rabu (23/2).

Sejak itu, jumlah kasus tetap tinggi, dengan pemerintah melaporkan 166.207 kasus pada hari Sabtu.

Lebih dari AS

Korea Selatan, negara berpenduduk sekitar 50 juta orang, kini melaporkan lebih banyak kasus setiap hari daripada Amerika Serikat, suatu perkembangan yang dulu tak terbayangkan.

Meskipun 86 persen penduduknya telah divaksinasi penuh, menurut Our World in Data, Korea Selatan telah mencatat peningkatan 201 persen dalam jumlah rata-rata kasus harian selama dua minggu terakhir.

Menurut pejabat kesehatan senior Lee Ki-il, yang berbicara pada taklimat pada hari Jumat (25/2), pemerintah memiliki rencana untuk mengamankan tempat tidur rumah sakit tambahan pada bulan Maret.

Dia menambahkan bahwa pemerintah dan komunitas medis melakukan yang terbaik untuk "tidak memberikan ketidaknyamanan kepada publik".

Dia mengatakan bahwa Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea siap untuk menerima dan merawat hingga 2.000 pasien dengan kasus Covid-19 yang parah.

Hidup dengan Virus

Pemerintah Korea Selatan juga telah menanggapi lonjakan dengan berfokus pada deteksi virus pada kelompok berisiko tinggi, yaitu mereka yang berusia 60-an dan lebih tua, serta orang-orang dengan komorbid, dan hanya merawat kasus yang paling kritis.

Mayoritas orang yang dites positif diminta untuk menjaga diri mereka sendiri di rumah, sedangkan mulai Maret, mereka yang tinggal dengan orang yang dites positif tidak lagi diharuskan untuk dikarantina, terlepas dari status vaksinasi mereka.

Semua itu adalah bagian dari pendekatan baru pemerintah untuk belajar hidup dengan virus.

***(Sumber: New York Times; Foto: AFP)