Jaga Keberagaman dan Majukan Bangsa, Romiana Sumadi Pimpin Bunda Merah Putih Sumsel

Jaga Keberagaman dan Majukan Bangsa, Romiana Sumadi Pimpin Bunda Merah Putih Sumsel

KABARINDO, PALEMBANG- Gerakan positif dari relawan Indonesia, Bunda Merah Putih (BMP), terus meluas. Kali ini, BMP resmikan kepengurusan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Di bawah pimpinan Romiana Hidayati Sumadi, BMP Sumsel berkomitmen menjaga keberagaman di Indonesia, dan juga kegiatannya sosial seperti pengentasan stunting, serta pemberdayaan perempuan dan anak.

Adik kandung Menteri Perhubungan (Menhub) RI Budi Karya Sumadi ini berharap dapat merajut keberagaman yang ada di Sumsel. Sebagai catatan, Romiana dibantu Sekretaris Sariwulan Hendramingtyas dan Bendahara Rieka Setyowati dalam kepengurusan BMP.

"Komunitas Bunda Merah Putih semua ini dimulai kegiatan saya, dengan teman- teman sekitar 60 orang. Komunitas ini terdiri dari beragam bunda-bunda dari berbagai etnis dan kepercayaan dengan latar belakang berbeda, untuk mendukung program pemerintah terkait perlindungan anak dan perempuan. Terutama menyangkut pengentasan stunting," kata Bunda Ana- sapaan Romiana- di Kebon Gede Venue 35 Ilir, Palembang.

Masih di tempat yang sama, Ketua BMP Pusat Adriana Angela Brigita atau akrab disapa Bunda Gita, mengungkapkan jika komunitas ini sudah ada sekitar tujuh hingga delapan tahun lalu, yang punya kepedulian terhadap kedaulatan negara dengan terus menjaga keberagaman yang ada.

"Kami peduli dengan anak- anak, masa depan anak- anak yang terus tinggal di Indonesia, jangan sampai terpecah- pecah dan itulah salah satu tujuan Bunda Merah Putih. 

Dengan kepedulian ini Bunda Merah Putih DKI Jakarta bisa berlanjut ke daerah termasuk di Sumsel," ucapnya.

Masih diungkapkan Bungit- panggilan Bunda Gita- BMP merupakan relawan independen, dan bukan ada hanya saat pembagian nasi bungkus. Bahkan BMP, diutarakannya, memiliki peran besar dalam keluarga dan bangsa.

"Kami memang relawan, tapi bukan sebagai relawan nasi bungkus atau relawan bagi-bagi kaos seperti itu baru ramai, tapi kami bekerja untuk bangsa, NKRI, yang bekerja untuk negeri, NKRI, yang hadir dengan berbagai program dengan tujuan memajukan bangsa mulai dari kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan perempuan," paparnya.

Program-program sosial tersebut, dijelaskannya lagi, mengoptimalkan bunda-bunda sebagai tonggak di lingkungan terdepan keluarga, untuk melahirkan pemimpin yang berakhlak dan nasionalis.

"Jadi ibu-ibu dalam rumah tangga peran ibu luar biasa nomor satu, karena mempengaruhi suami dan anak- anaknya berakhlak, moral dan nasionalisme yang berdasarkan nila-nilai Pancasila sehingga kelak anak-anak kita menjadi pemimpin hebat yang berjiwa nasionalisme Pancasila dimanapun ia kelak berada. Oleh karena itu berbanggalah kita semua yang tergabung dalam keluarga besar Bunda Merah Putih penjaga NKRI," tandasnya.

Sementara Ketua Pembina BMP Budi Karya Sumadi menilai jika keberagaman masyarakat Indonesia, khususnya di Sumsel sudah ada sejak dulu dan perlu dipertahankan.

"Sumsel jelas banyak keberagaman mulai gending Sriwijaya, songket dan tempoyak, yang merupakan pemersatu. Nah, Bunda Merah Putih ini diharapkan terus merajut keberagaman itu dengan terus mempersatukan perbedaan," ungkapnya.


Pria yang menjabat Menhub ini pun menilai Indonesia adalah negara besar dan tidak jauh berbeda dengan negara Amerika Serikat, sehingga persatuan harus terus dijaga.

"Ke Aceh dan Papua sama saja enam jam, sama cak di AS, artinya sama saja kita dengan negara besar dan jangan mau dipecah belah. Saya bersama Darmansyah Djumala mantan duta besar Austria mengkampanyekan keberagaman yang ada, melalui satu kelompok Bunda Merah Putih, " tandasnya.


Sementara Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Darmansjah Djumala yang pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Austria, menyatakan meski ada anggapan Pancasila tergerus saat ini khususnya dikalangan milenial, namun nyatanya hal itu tidaklah benar.

"Jika bicara soal Pancasila luntur khususnya bagi anak millenial, saya rasa tidak juga. Sebab nilai- nilai Pancasila selama ini selalu diterapkan masyarakat Indonesia, " paparnya.

Salah satu contohnya, meski masyarakat di Jakarta jarang berfoto dengan Monas dan masyarakat Palembang jarang berfoto di latar belakang Jembatan Ampera yang selama ini menjadi ikon masing- masing, namun hal itu tidak menghilangkan nilai- nilai yang ada.

"Termasuk masyarakat Indonesia membantu korban gempa, itu karena nurani Pancasila, jadi jangan kecilkan dan Pancasila memang abstrak tapi nilai- nilainya selalu kita terapkan," pungkasnya. Foto: Istimewa