Menbud Fadli Zon: Buku Sejarah Indonesia akan Diluncurkan pada Oktober Mendatang

Menbud Fadli Zon: Buku Sejarah Indonesia akan Diluncurkan pada Oktober Mendatang

KABARINDO, JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan bahwa buku Sejarah Indonesia akan diluncurkan pada Oktober mendatang.

"Penulisannya sudah selesai tapi peluncurannya nanti kita harapkan Oktober," ujar Fadli saat ditemui usai gelaran diskusi publik yang digelar di Jakarta, Kamis.

Fadli menjelaskan bahwa buku sejarah Indonesia yang ditulis ulang telah mendapatkan berbagai masukan lewat diskusi publik yang digelar di beberapa lokasi, termasuk Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Padang, dan Universitas Hasanuddin (Makassar).

Ke depan, ia mengatakan bakal digelar sebuah diskusi grup dengan para pemerhati sejarah yang tidak termasuk dalam tim penulisan buku atau di luar dari tim editor.

"Kemudian kita ingin ada public expose dari buku tersebut," katanya lagi.

Fadli mengakui bahwa kendala dalam pembuatan buku ini sehingga belum dapat diluncurkan tepat pada perayaan HUT ke-80 RI adalah proses editing yang memakan waktu cukup lama, ditambah lagi adanya masukan-masukan lain.

Diketahui, Kementerian Kebudayaan menargetkan penulisan buku sejarah Indonesia yang diperbarui selesai pada Agustus 2025.

Menteri Kebudayaan mengatakan bahwa upaya pembaruan buku sejarah Indonesia melibatkan 113 penulis, 20 editor jilid, dan tiga editor umum dari kalangan sejarawan serta akademisi bidang ilmu arkeologi, geografi, sejarah, dan ilmu humaniora lainnya.

Fadli Zon juga menyampaikan bahwa pemerintah mengalokasikan dana sekitar Rp9 miliar untuk memperbarui buku sejarah Indonesia.

"Saya lupa anggarannya berapa, enggak banyak sih. Kalau tidak salah catatannya Rp9 miliar," katanya.

Ia menyampaikan bahwa pembaruan buku sejarah akan dilakukan secara inklusif dengan mengedepankan perspektif Indonesia sentris mulai dari sejarah awal Indonesia, masa penjajahan, perang kemerdekaan, era reformasi, sampai era pemilu.

"Jadi, kita ingin sejarah ini ditulis secara inklusif dengan Indonesia sentris jadi perspektif Indonesia, kalau perspektif Belanda tidak ada penjajahan ya (di Indonesia), mereka melihatnya berbeda," katanya.