Menikmati “Kereta Api Terakhir” di Pekan Film Restorasi

Menikmati “Kereta Api Terakhir” di Pekan Film Restorasi

Masih ingat film Kereta Api Terakhir? Ya, film yang salah satu adegannya menampilkan kepahlawanan para pegawai kereta api, terutama kondektur Bronto. Dikisahkan pula asmara Firman dan dua Retno yang tidak dinyana gadis kembar.

Film adaptasi novel Kereta Api Terakhir ke Jogjakarta: Roman Revolusi '45 karya Pandir Kelan itu rilis tahun 1981, disutradarai oleh Mochtar Soemodimedjo. Aktor yang terlibat antara lain Deddy Sutomo dan Gito Rollies.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm), kembali berhasil merestorasi film lawas nasional tersebut. Film produksi Perusahaan Produksi Film Negara ini menjadi film keempat yang berhasil direstorasi oleh Kemendikbud.

Sebelum Kereta Api Terakhir, Pusbangfilm Kemendikbud juga telah merestorasi film Darah dan Doa (1950) pada tahun 2013; Pagar Kawat Berduri (1961) pada tahun 2017; dan Bintang Ketjil (1963) pada tahun 2018.

Restorasi film lawas tersebut merupakan komitmen Kemendikbud karena film-film itu dipandang memiliki nilai budaya tinggi. Sangat disayangkan banyak film yang kondisinya sudah rusak dan usang.

Keempat film hasil restorasi itu kini bisa disaksikan dalam program Pekan Restorasi di kanal Indonesiana TV pada 10-14 Januari 2022 atau di Indihome.

Berikut jadwal pemutaran film-film tersebut.

Kereta Api Terakhir

Tayang: Kamis, 13 Januari 2022 pukul: 19:00, 23:00, Jumat, 14 Januari 2022 pukul: 03:00, 07:00, 11:00, 15:00 WIB.

Bintang Ketjil

Tayang: Rabu, 12 Januari 2022 pukul: 19:00, 23:00, Kamis, 13 Januari 2022 pukul: 03:00, 07:00, 11:00, 15:00 WIB.

Pagar Kawat Berduri

Tayang: Selasa, 11 Januari 2022 pukul: 19:00,  23:00, Rabu, 12 Januari 2022 pukul: 03:00, 07:00, 11:00, 15:00 WIB.

Darah dan Doa

Tayang: Senin, 10 Januari 2022 pukul: 19:00, 23:00, Selasa, 11 Januari 2022 pukul: 03:00, 07:00, 11:00, 15:00 WIB.

Sinopsis film

Dikutip dari laman indonesiana.tv, Bintang Ketjil merupakan film yang disutradara Wim Umboh, Misbach Jusa Biran, dengan produser Annie Mambo. Pemeran film itu antara lain  Rd Ismail, Maria Umboh, Suzy Mambo, Nana Awaludin, Mansjur Sjah, Tuty S, AN Alcaff, Fifi Young, Noortje Supandi, Anna Susanty. Dikisahkan kedua orangtua anak kecil yang panik. Anak-anak mereka tidak pulang. Diculik? Ternyata tidak. Mereka berusaha mencari jalan sendiri pergi ke Kebon Binatang, Sebagaimana pernah dijanjikan orangtua mereka masing-masing. Maria (Maria Umboh) dan Suzy (Suzy Mambo) ditolong oleh seorang lelaki tua (Rd. Ismail), untuk bisa pergi ke Kebon Binatang dan tempat-tempat hiburan lain.

Dikisahkan bahwa dalam sebuah kamp Belanda di masa revolusi fisik terdapat sejumlah pejuang yang ditawan. Hampir semua berusaha lari, tapi tidak gampang.

Pagar Kawat Berduri disutradarai Asrul Sani. Penulis ialah Asrul Sani, Wahyu Sihombing, Trisnojuwono dan diperankan oleh Sukarno M Noor, Ismed M Noor, Bernard Ijzerdraat, Wahab Abdi, Mansjur Sjah. Dikisahkan bahwa dalam sebuah kamp Belanda di masa revolusi fisik terdapat sejumlah pejuang yang ditawan. Hampir semua berusaha lari, tapi tidak gampang. Sementara yang lain coba mencari jalan meloloskan diri, Parman (Sukarno M. Noor) justru bersahabat dengan Koenen (B. Ijzerdraat), salah seorang perwira Belanda. Parman mendekati Koenen dengan maksud mencari informasi. Yang didapatnya antara lain akan dihabisinya Herman dan Toto.

Darah dan Doa disutradarai Usmar Ismail. Penulis oleh Usmar Ismail, Sitor Situmorang. Pemeran antara lain Del Juzar, Farida, Aedy Moward, Sutjipto, Awal, Johana, Suzanna, Rd Ismail, Muradi, Muhsjirsani, Ella Bergen, A Rachman, Rosihan Anwar. Film ini mengisahkan perjalanan panjang (long march) prajurit RI, yang diperintahkan kembali ke pangkalan semula, dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Rombongan hijrah prajurit dan keluarga itu dipimpin Kapten Sudarto (Del Juzar). Ditunjukkan ketegangan sepanjang jalan dan dalam menghadapi serangan udara dari musuh, Belanda. Juga ketakutan dan penderitaan lainnya. Tak ketinggalan disinggung adanya pengkhianatan. Perjalanan diakhiri dengan telah berdaulat penuhnya Republik Indonesia pada 1950. (*)

Sumber ilustrasi: Kanal Indonesiana TV