Penerima Transplantasi Jantung Babi Pertama Diprotes Keluarga Korban Kejahatannya
KABARINDO, WASHINGTON – David Bennett Sr. dirayakan di seluruh dunia minggu ini sebagai penerima transplantasi jantung babi pertama, namun anggota keluarga seorang pria korban kejahatannya di masa lalu merasa geram dengan keajaiban medis terbaru ini.
Didiagnosis dengan penyakit jantung terminal dan tidak memenuhi syarat untuk transplantasi manusia, pada 7 Januari lalu, dokter di Pusat Medis Universitas Maryland di Baltimore, Amerika Serikat, mengganti jantungnya dengan jantung babi berusia 1 tahun seberat 240 pon.
Sekarang, lebih dari seminggu kemudian, tubuh Bennett, 57, tidak menolak organ tersebut dan ia mulai bernapas sendiri tanpa ventilator, meskipun ia tetap menggunakan mesin ECMO (mesin penunjang hidup yang berfungsi seperti jantung dan paru-paru).
Artikel terkait: Transplantasi Jantung Babi Pertama ke Pasien Manusia
Kekecewaan Keluarga Korban
Leslie Shumaker-Downey sedang mengasuh cucu-cucunya di rumah ketika putrinya mengirimkan teks tautan ke sebuah artikel yang dengan hati-hati menyatakan keberhasilan awal prosedur medis itu.
Kekagumannya akan terobosan medis itu segera berubah menjadi ketegangan saat dia membaca nama pria yang telah dihukum dalam penikaman saudara laki-lakinya, Edward Shumaker, di tahun 1988, sebagai penerima transplantasi itu.
Shumaker menjalani 19 tahun sisa hidupnya di kursi roda karena lumpuh, menderita serangkaian komplikasi medis, mengalami stroke selama dua tahun terakhir, dan meninggal seminggu sebelum ulang tahunnya yang ke-41 di tahun 2007.
(Foto: Edward Shumaker tahun 2003 -Washington Post)
"Ed menderita," kata Downey kepada Washington Post. “[Belum lagi] Kehancuran dan trauma selama bertahun-tahun yang harus dihadapi keluarga saya.”
Adik terkecil mereka yang bekerja sebagai tenaga paramedis meninggal di usia 28 tahun akibat overdosis opium setelah bertahun-tahun merasa bersalah karena ia yang mengantar Edward ke bar malam itu, dan ia juga yang menjemputnya dengan ambulans, namun telah gagal mencegah kelumpuhan kakaknya.
Downey merasa kesal kebahagiaan kakaknya telah dirampok sementara Bennett "melanjutkan dan menjalani kehidupan yang baik." Menurutnya, kesempatan kedua hidup dengan jantung baru itu semestinya diberikan ke penerima yang lebih layak.
Kejahatan Sadis
Bennett, yang saat itu berusia 23 tahun, menyerang teman satu SMA-nya, Edward Shumaker saat dia bermain biliar di Double T Lounge di Hagerstown pada 30 April 1988 — setelah istrinya saat itu, Norma Jean Bennett, duduk di pangkuan Shumaker.
Menurut kesaksian pengadilan, Bennett menyerang Shumaker dari belakang dan menikamnya tujuh kali di perut, dada dan punggung. Dia kemudian melarikan diri dari tempat kejadian, memicu pengejaran berkecepatan tinggi dengan penegak hukum, yang akhirnya berujung pada penangkapannya.
Bennett menghadapi beberapa dakwaan sehubungan dengan kekerasan tersebut. Juri kemudian memutuskan dia bersalah atas kekerasan dan membawa senjata tersembunyi, tetapi membebaskan dia dari tuduhan niat untuk membunuh.
Dia diperintahkan untuk membayar ganti rugi $29.824 (Rp.426,9 juta) kepada korban dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, namun dibebaskan pada 1994 setelah menjalani enam tahun penjara.
Shumaker dan keluarganya juga menggugat Bennett, yang kemudian diperintahkan pengadilan untuk membayar ganti rugi sebesar $3,4 juta (Rp48,6 miliar). Downey mengatakan mereka belum menerima satu sen pun hingga kini.
(Foto: Kemarahan Leslie di kiriman pribadinya -Facebook)
Reaksi Keluarga dan Pihak Medis
Putra Bennett menggambarkannya sebagai pria yang tertutup dan murah hati, tetapi menolak untuk membahas masa lalu kriminalnya.
“Niat saya di sini bukan untuk berbicara tentang masa lalu ayah saya. Niat saya adalah untuk fokus pada operasi terobosan dan keinginan ayah saya untuk berkontribusi pada sains dan berpotensi menyelamatkan nyawa pasien di masa depan,” katanya menekankan keberanian ayahnya pada pernyataan resmi ke media.
(Foto: David Bennet Sr. di antara anaknya, David Bennet Jr. dan Dr. Muhammad Mohiuddin dari sekolah kedokteran Universitas Maryland -Washington Post)
Tidak ada undang-undang atau peraturan yang melarang seseorang dengan riwayat kriminal menerima transplantasi atau prosedur eksperimental seperti yang dilakukan Bennett.
“Prinsip utama dalam kedokteran adalah mengobati siapa saja yang sakit, tidak peduli siapa mereka,” kata Arthur Caplan, seorang profesor bioetika di Universitas New York. “Kami tidak sedang memilah-milah orang berdosa dari orang-orang suci. Kejahatan adalah masalah hukum.”
Scott Halpern, seorang profesor etika medis di University of Pennsylvania berpendapat,
“Kami memiliki sistem hukum yang dirancang untuk menentukan ganti rugi yang adil untuk kejahatan,” katanya. “Dan kami memiliki sistem perawatan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan perawatan tanpa memperhatikan karakter atau sejarah pribadi orang.”
Pejabat Pusat Medis Universitas Maryland menolak untuk mengatakan apakah mereka tahu tentang masa lalu kriminal Bennett. ***(Sumber dan foto: Washington Post)
Comments ( 0 )