Perempuan Tanah Jahanam; Siap Berlaga di Ajang OSCAR

Perempuan Tanah Jahanam; Siap Berlaga di Ajang OSCAR

Film “ Perempuan Tanah Jahanam” akan berlaga di Piala Oscar.

Jakarta, Kabarindo- Sudah sejak 1987 PPFI jadi Komite Seleksi Oscar Indonesia (The Indonesian Oscar Selection Committe).

Beberapa saat yang lalu di tahun 2020 ini telah memutuskan memilih film “Perempuan Tanah Jahanam” sebagai utusan resmi Indonesia untuk berlaga di ajang Piala Oscar ke-93 tahun 2021 untuk kategori The International 
Feature Film Award.

Film disutradarai Joko Anwar itu adalah produksi bersama Base 
Entertainment, Ivanhoe Pictures, CJ E&M division, dan Rapi Films.

Film itu bercerita tentang Maya (Tara Basro) jatuh bangun hidup di kota tanpa keluarga, ia hanya memiliki sahabat bernama Dini. Saat usaha bersama mereka membutuhkan 
modal lebih, Maya yang mendapatkan informasi bahwa dia mungkin memiliki harta warisan dari keluarganya yang kaya di desa, membuatnya pergi mengunjungi kampung lainnya.

Film yang sudah dirilis 17 Oktober 2019 lalu termasuk dari 59 film Indonesia yang dinilai oleh komite.

Keputusan itu diambil dalam rapat terakhir komite 15 Oktober lalu. Komite Seleksi Oscar Indonesia yang dibentuk oleh pengurus Persatuan Perusahaan Film Indonesia ( PPFI) terdiri atas 13 anggota yang diketuai oleh sineas Garin Nugroho.

Mereka adalah: Alim Sudio, Tya Subiakto, Benni Setiawan, Widyawati, Chand Parwez Servia, Yudi Datau, Deddy Mizwar, Zairin Zain, Garin Nugroho, Hanung Bramantyo, Ilham Bintang, Sentot Sahid, dan Tittien Wattimena.

Komite mulai bekerja 10 September lalu. Saat webinar yang baru saja usai digarisbawahi bahwa memang komite seleksi tidak terpaku pada satu jenis genre saja tapi semuanya sehingga punya kesempatan yang sama.

Hal itu dipapar lugas oleh sineas kondang Garin Nugroho yang mmang karyanya sudah dikenal oleh dunia dan Daun Di Atas Bantal pernah ke ajang Oscar.

Garin pun tadi menyebut tentang urgensi soft diplomacy Kemlu dengan film sehingga adanya manajemen PR sangat penting membantu film Indonesia agar bisa terpublish baik oleh media di Amerika dan tiap juri academy punya kesempatan untuk menontonnya dengan presentasi dari negara seperti yang kita lihat dari Korea Selatan.

Indonesia harus belajar tentang hal tersebut sehingga tiap tahun tidak hanya mengirim film saja tapi dikawal oleh tim seperti yang dimaksud di atas, semoga......!