Perusahaan Kelapa Sawit Didorong Pemprov Kalsel untuk Dukung Sektor Peternakan

Perusahaan Kelapa Sawit Didorong Pemprov Kalsel untuk Dukung Sektor Peternakan

KABARINDO, BANJARMASIN - Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan berupaya mendorong perusahaan sawit di daerah ini untuk mendukung pengembangan sektor peternakan melalui program integrasi sawit dan sapi.

Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kalimantan Selatan Suparmi di Banjarmasin, Senin, mengatakan, melalui program sistem integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) ini, maka program swasembada sapi di Kalsel bisa segera terwujud.

Program SISKA merupakan suatu program yang mengintegrasikan ternak sapi potong dengan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit  melalui konsep penempatan dan pengusahaan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman.

Meski demikian, tambah Suparmi, program tersebut belum bisa berjalan dengan maksimal, karena sebagian besar perkebunan sawit di Kalsel masih enggan untuk menerapkan program tersebut.

"Mereka beralasan, mengurusi sawit saja sudah ribet, apalagi harus ditambah mengurusi sapi," katanya.

Suparmi memastikan pihaknya akan terus berupaya mendorong perusahaan sawit, untuk bisa bersinergi dalam mengembangkan program pemberdayaan tersebut.

Menurut dia, potensi pengembangan sektor peternakan Kalsel paling tinggi dibandingkan wilayah lain di Kalimantan, sehingga Kalsel layak untuk menjadi daerah penyangga pangan, khususnya daging untuk daerah ibu kota negara baru.

Saat ini, ternak sapi di Kalsel telah mencapai 148.026 ekor, dengan potensi betina produktif sebanyak 51.647 ekor. Jumlah betina produktif tersebut, akan mampu meningkatkan angka kelahiran sekitar 36.152 ekor dalam satu tahun.

Sedangkan, produksi daging Kalsel pada 2020 untuk sapi potong, tercatat sebanyak 6.661.770 kilogram atau setara 50.114 ekor, yang dipenuhi dari sapi lokal sebanyak 22.249 ekor dan sisanya masih dipenuhi dari luar Kalsel.

Melalui program SISKA, diharapkan produksi sapi dengan biaya rendah juga bisa dilakukan, sehingga pedagang sapi tidak perlu lagi mendatangkan pasokan dari luar daerah.

"Bila biaya produksi pengembangan sapi masih tinggi, maka pedagang dan peternak akan memilih mendatangkan dari luar daerah," katanya.

Sumber: Antara
Foto: Freepik Wirestock