Tantangan Perubahan Zaman, disertai Pandemi, Menuntut Sumber Daya Indonesia Perkuat Karakter
KABARINDO, JAKARTA - Dunia pendidikan menghadapi tantangan sangat serius dalam menghadapi derasnya perubahan di berbagai belahan dunia.
Salah satu tonggak yang mendorong perlu adanya perubahan mendasar dalam bidang pendidikan adalah pandemi Covid-19. Kehadiran pandemi, menurut Wakil Ketua Umum Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Juan Permata, telah mendorong para pelaku industri untuk terus mencari talenta-talenta berkualitas, inovatif, dan kreatif.
Kehadiran pandemi Covid-19, kata Juan, juga menciptakan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan keahlian dan karakter tertentu. Salah satu keahlian yang paling dibutuhkan saat ini adalah pemahaman akan teknologi. “Transformasi digital menjadi kunci bagi pelaku usaha untuk tidak tergerus dampak pandemi. Karena itu, dunia usaha sangat membutuhkan tenaga kerja yang dapat mendukung transformasi tersebut.”
Berdasarkan data KADIN, selama pandemi Covid-19 berlangsung, transformasi digital di berbagai tingkatan telah membantu pelaku usaha bertahan. Di sektor usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM, misalnya, sebanyak 12,5% pelaku UMKM tidak merasakan dampak pandemi berkat penerapan aneka strategi digital. Bahkan 27,6 persen UMKM Indonesia mencatatkan peningkatan penjualan. “Data ini memperlihatkan pentingnya pemahaman teknologi dalam pengembangan usaha.”
Senada dengan Juan, Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Dr. Djisman Simandjuntak menyoroti tentang peran serta dunia pendidikan untuk mendukung penyediaan talenta yang dibutuhkan untuk kemajuan negeri ini. “Perusahaan science based yang besar dan tumbuh di negeri ini masih sangat sedikit. Padahal hidup kita semakin tergantung pada teknologi. Karena itu, kita harus bisa menggerakkan siswa-siswa Indonesia untuk memilih pembelajaran yang mengarah kewirausahaan. Minyak bumi, gas, hutan habis, overfishing terjadi di mana-mana. Pilihan kita tidak lain selain membangun bisnis-bisnis yang berbasis ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Karakter Sumber Daya Manusia
Djisman juga mengemukakan konsep fundamental resetting dalam dunia pendidikan untuk menjawab tantangan perubahan. Konsep ini juga diangkat dalam perayaan ulang tahun Universitas Prasetiya Mulya ke 40 tahun yang jatuh pada 6 September dengan tema Embarking on Fundamental Resetting. “Konsep fundamental resetting adalah perubahan mendasar sebagai upaya menjawab tantangan perubahan zaman yang semakin pesat.”
Mulai dari perubahan iklim, perubahan demografi dengan kemunculan generasi penerus yang kian adaptif terhadap kemajuan teknologi, perubahan teknologi yang terus melaju kencang, hingga perubahan geopolitik dan ekonomi di mana kekuatan ekonomi global telah bergeser ke wilayah Asia.
“Melalui konsep fundamental resetting ini, Universitas Prasetiya Mulya, melalui pelayanan utamanya di bidang pendidikan, akan terus menggerakkan aneka kolaborasi berbasis keilmuan.”
Kolaborasi atau semangat gotong-royong merupakan budaya yang ada di lingkungan kampus sejak Universitas Prasetiya Mulya didirikan hingga berusia 40 tahun saat ini. Aneka kolaborasi itu bertujuan untuk menjadikan para sarjana lulusan Prasetiya Mulya memiliki kekuatan dalam keahlian bekerja sama, memiliki kemauan kuat, mentalitas pantang menyerah, serta perhatian terhadap detail (attention to details).
Anggota DPR RI, Dr. Ir. Harris Turino, menambahkan bahwa sejumlah hal lain yang tak kalah penting menjadi karakter sumber daya manusia saat ini adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan perubahan zaman. “Pandemi Covid-19 mengajarkan kita bahwa kemampuan beradaptasi yang cepat, menentukan peluang keberhasilan kita menghadapi ketidakpastian.”
Karakter lain yang perlu dimiliki sumber daya manusia saat ini juga ialah resiliensi. Dengan hal ini, kata Harris, individu yang punya kelebihan dalam sensing, seizing, dan reconfiguring, akan lebih mampu bertahan sekaligus bangkit lebih cepat dan pulih lebih kuat di masa pandemi maupun pascapandemi. “Berbagai kemampuan itu juga perlu diperkuat dengan keahlian berkolaborasi. Hal ini mutlak dibutuhkan dalam menghadapi turbulensi zaman, seperti pandemi.”
Sementara itu, Regional Managing Director PT. Mayora Indah Tbk, Maspiyono Handoyo mengatakan penyiapan sumber daya manusia dengan berbagai keahlian dan karakteristik tersebut tetap diperlukan kendati saat ini perekonomian domestik maupun global tengah mengalami perlambatan. “Saat ini, perekrutan tenaga kerja baru mungkin berkurang, akibat adanya perlambatan ekonomi di masa pemulihan.”
Namun, kata Maspiyono, siklus ini pun pada akhirnya akan berakhir dan perekonomian akan kembali pulih dan bangkit. “Dengan situasi tersebut, perusahaan pun nantinya akan kembali merekrut tenaga-tenaga kerja baru, seiring dengan pertumbuhan usaha.” Dalam situasi yang serba tak pasti tersebut, hal penting lain yang perlu dimiliki individu ialah keahlian dan kemampuan berwirausaha.
Menurut Juan Permata, keahlian berwirausaha tersebut menjadi relevan dalam situasi perlambatan ekonomi. Karena situasi bisa berubah dengan cepat dan sektor usaha tertentu harus mengurangi jumlah karyawannya. “Individu dengan jiwa wirausaha dapat mencari peluang baru untuk bertahan di tengah gejolak perekonomian. Bahkan, ia bisa menjadi solusi dengan membuka usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk banyak orang, hal ini akan sangat membantu mendorong percepatan pemulihan ekonomi.”
Perusahaan riset Kantar mencatat, 27% alumni Universitas Prasetiya Mulya terjun menjadi wirausaha dan hal ini merupakan angka yang tinggi dibanding jumlah rata-rata alumni kampus di tingkat nasional.
Salah satu bentuk perubahan yang telah dilakukan Prasetiya Mulya untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman adalah dengan memperluas portofolio layanan ke bidang STEM, alias sains, teknologi, engineering (rekayasa), dan matematika terapan. “Alasan transformasi ini adalah munculnya peradaban dunia yang berlandaskan kepada bidang STEM yang kompleks dan kolaboratif.”
Saat ini, penguasaan bidang STEM mutlak diperlukan untuk menjadikan bangsa Indonesia mendapat tempat terhormat di dunia. “Di Universitas Prasetiya Mulya, melalui semangat kolaborasi, kami memadukan rumpun ilmu sosial dengan STEM sebagai prakarsa untuk memecahkan aneka persoalan kehidupan,” tambah Djisman yang juga menjabat sebagai Lead Co-Chair of Think 20 (T20), grup keterlibatan resmi G20. T20 bertanggung jawab untuk menghubungkan dan berkolaborasi dengan think tank regional dan internasional dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis penelitian kepada G20.
Comments ( 0 )