Webseries Negeri 5 Menara; Siap Di Rilis Ramadhan 2019
Web Series Negeri 5 Menara Siap Rilis
E-MOTION, MELON dan MAXSTREAM bekerjasama memproduksi web series
Blora, Jakarta, Kabarindo- Negeri 5 Menara yang diangkat dari karya penulis novel Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi.
Tak terasa sudah 7 tahun sejak versi layar lebar dan Juni mendatang 1deikade sejak novelnya ia tulis.
Kini beberapa hari lalu, good news akan web series sebanyak 30 episode ini akan tayang di MAXSTREAM berdurasi 15 menit per episode selama bulan Ramadhan tahun 2019
Dari sesi syukuran dengan tumpengan bersama Dedi Suherman (MELON), Adhi Putranto (MAXSTREAM), Arnold J Limasnax dan Avesina Soebli yang kali ini didapuk menjadi produser bersama tim penulis skenario Oka Aurora dan Anggoro.
Sutradara Reka Widjaya memperkenalkan anak-anak Millenial yang siap jadi Santri IdoL yakni, Endy Alfian, Ajil Ditto, Naufal Azhar, Difa Riyansyah, Damara Finch, Farandira, Jennifer Coppen, Syafira Haddad, Donny Damara, Chand Kelvin, Tasman Taher dan Tri Yudiman.
Reka jelaskan lokasi syuting di Jakarta, Bogor, Ponorogo, Padang dan London (Inggris).
Sinopsis
Alif yang tengah sekolah di Amerika datang ke Inggris untuk memenuhi janjinya dengan alumni pondok pesantren untuk bertemu di Travalgard London. Ia hanya bertemu dengan Raja beserta istrinya Fathia dan Atang. Tiga sahabat lainnya
Baso, Said dan Dulmajid telah menemukan menara yang lain. Tak dinyana, Alif bertemu dengan Sarah, keponakan pak Kyai yang pernah ditaksinya dulu, saat mondok di pesantren Madani.
Kisah berawal dari Alif dari danau maninjau sumatera barat bermimpi ingin meneruskan sekolahnya untuk menggapai cita-citanya masuk ke ITB. Namun keinginannya ditolak oleh sang ibu, yang ingin Alif masuk ke pesantren karena ingin Alif menjadi seperti Buya Hamka.
Dengan berat hati Alif mengikuti kemauan ibunya untuk melanjutkan sekolah di pondok pesantren di ponorogo. Dipesantren Alif bertemu dengan Raja pemuda asal medan, Baso asal Gowa, Atang dari jawa barat, Dulmajid dari Madura dan Said dari Surabaya.
Dihari pertama mereka kaku dan kikuk dalam dunia pesantren, terutama Alif yang masih bermimpi masuk ke ITB. Baginya kehidupan pesantren sangat membosankan dan tidak menarik. Hingga pada suatu hari mereka seperti tersihir oleh kata-kata ustadz Salman tentang konsep “Man Jadda Wa Jadda” yakni siapa yang bersungguh-sunguh akan berhasil.
Mulai dari sinilah persahabatan mereka mulai terjalin, setiap sore menjelang magrib keenam remaja itu selalu berkumpul di bawah menara masjid sembari memandangi awan biru dan memimpikan masa depan. Sebuah impian diucapkan sambil berharap awan-awan itu menggambarkan mimpinya. Alif melihat awan seperti benua Amerika kelak lulus akan mengunjunginya. Baso, Raja, Atang menggambarkan awan itu seperti Negara Arab, Mesir dan Benua Eropa yng ingin dijelajahi.
Permasalah timbul ketika persahabatan mereka mulai erat, Baso harus meninggalkan pesantren karena diminta menjaga neneknya. Mereka mulai galau dan sedih harus kehilangan sahabat, disisi lain Alif goyah dan ingat akan citacitanya masuk ke ITB.
Masihkah ke enam sahabat (sohibul menara) yang biasa menunggu magrib di bawah menara bisa menggapai cita-citanya?
Web series ini mengemas dengan ringan dengan jalan cerita yang begitu kental dengan pesan moral dan mudah dicerna serta menggambarkan suasana pesantren yang akan membuat kita merenung dan kagum.
Makin penasaran ? Dont Miss it.....!
Comments ( 0 )