Akselerasi Digitalisasi Pasar Modal Tarik Jutaan Investor Milenial, Gelombang Baru Pemantik Pertumbuhan Ekonomi
INVESTOR SAHAM : Jumlah investor saham dari kalangan muda terus meningkat. Menunjukkan ekosistem pasar modal nasional seakin dipercaya masyarakat dari beragam usia. (FOTO : KABARINDO.COM).
_____
YOGYAKARTA -- Gelombang masif digitalisasi di pasar modal telah menyapu sekat akses masyarakat dalam berinvestasi. Kemudahan yang dihadirkan dari proses digitalisasi menjadikan investasi di pasar modal kini lebih mudah dijangkau dari ujung jari.
Inovasi digital yang dilakukan stakeholder pasar modal nasional terbukti ampuh menarik jutaan investor baru dari kalangan milenial dan Gen Z yang sadar akan pentingnya literasi keuangan melalui investasi sejak dini.
Meski hari sedang hujan, namun Nilam Widyasari tampak asyik menikmati es krim gelato di sebuah kedai khusus es krim di Jalan Prawirotaman No 38B Brontokusuman Yogyakarta Jumat (14/11/2025) pekan lalu. Bersama lima orang temannya, saat ditemui Kabarindo.com, anak muda berusia 24 tahun ini tampak asyik memainkan telepon pintar atau smartphone android di genggamannya. Jarinya lincah memainka layar di smartphone high end yang dibelinya setahun silam.
Gadis berhijab itu terlihat santai membuka aplikasi investasi saham dari salah satu perusahaan sekuritas sembari menikmati es krim rasa mocca yang disajikan di gelas kertas.
“Indeks lagi turun nih. Beli apa enggak ya?,”kata dia bertanya kepada kawan-kawannya. Suaranya yang nyaring sempat menarik perhatian pengunjung lain. Jawaban yamg diberikan hampir seragam, yakni menyarankan Nilam untuk membeli saham. Alasannya, harga-harga saham biadanya turun di hari Junat dan naik di pekan berikutnya. Nilam sendiri, sudah dua tahun berinvestasi saham. Tepatnya sejak dia masih duduk di bangku kuliah semester akhir.

“Sebenarnya sudah sejak semester empat. Tapi waktu itu titip ke kakak, sekarang menggunakan akun sendiri,”ucapnya. Ketertarikannya berinvestasi saham diakuinya karena dirinya memiliki pengalaman mendapatkan gain atau keuntungan yang lumayan besar saat berinvestasi melalui akun kakaknya. “Keuntungannya bisa untuk beli handphone, juga untuk membeli kebutuhan lainnya,”imbuhnya.
Dengan berinvestasi, lanjut Nilam, dirinya mengubah pola pikir finansial dari yang berfokus pada konsumsi jangka pendek menjadi akumulasi aset jangka panjang. Dia pun mengalihkan sebagian dana yang tadinya hanya untuk barang konsumtif menjadi investasi yang memiliki nilai di masa depan. “Jajan dikurangi, beli baju dikurangi. Sekarang sebagian besar untuk investasi,”cetusnya.
Tak hanya Nilam, kawannya, Savitri (23) pun kini mengaku mengurangi kegiatan konsumtif. “Sekarang lebih suka ditabung di saham,”ungkapnya ditemui di lokasi yang sama. Savitri pun menilai penting untuk menyiapkan tabungan masa depan, meskipun belum berkeluarga. “Karena kita tidak tahu masa depan akan seperti apa. Karenanya penting merencanakan keuangan untuk masa depan,”tutupnya.
Nilam dan Savitri mengaku tak kesulitan mengikuti perkembangan pasar modal. Kemudahan akses yang revolusioner membuat mereka bisa melakukan eksekusi transaksi beli dan jual kapan saja dan dimana saja melalui aplikasi mobile.
Banyak platform kini memungkinkan Gen Z memulai investasi hanya dengan dana yang sangat kecil, bahkan setara dengan uang jajan harian mereka. Hal ini menghilangkan hambatan modal yang dulu selalu menjadi momok bagi investor pemula.
Aplikasi investasi yang disodorkan perusahaan sekuritas pun kini dirancang dengan antarmuka yang sangat ramah pengguna sehingga memudahkan navigasi, pemantauan portofolio, dan analisis kinerja saham. Tak hanya itu, informasi pergerakan harga, berita perusahaan, hingga laporan keuangan tersedia secara real-time. Gen Z terbiasa mendapatkan informasi instan, dan platform investasi memenuhi kebutuhan ini.
Kemudahan terssbut menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup digital mereka, di mana keputusan finansial dapat diambil kapan saja dan di mana saja.
Perencana Keuangan Safir Senduk menilai, saat ini saham menjadi instrumen investasi yang menarik dari kalangan anak muda. “Tentunya dengan jangka waktu yang panjang. Bukan untuk jangka pendek,”ujarnya kepada Kabarindo.com.
Akselerasi digital, yang didukung oleh platform-platform investasi online yang kian canggih, tidak hanya mengubah wajah pasar modal menjadi lebih inklusif tetapi juga menciptakan gelombang baru yang dipercaya akan menjadi pemantik signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional di masa mendatang. “Namun demikian, perlu bijak dalam berinvestasi. Perkuat literasi dan pengetahuan seluk beluk investasi saham,”urainya.
Setiap investasi memiliki risiko, namun Safir menilai dengan peningkatan literasi, risiko bisa ditekan seminimal mungkin. Dengan peningkatan literasi, investor, khususnya investor muda akan lebih memahami kondisi fundamental dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli.
Transaksi di pasar modal sendiri, menunjukkan tren positif. Data yang dilansir Otoritas Jasa Keuagan (OJK) menyebutkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level tertinggi sepanjang massa atau All Time High (ATH) di level 8.274,34 pada 23 Oktober 2025.
Selain itu, nilai kapitalisasi pasar juga sempat tercatat menyentuh ATH pada 10 Oktober 2025, mencapai Rp15.560 triliun. Secara keseluruhan, IHSG pada akhir Oktober ditutup di level 8.163, terapresiasi 1,28 persen month-to-month atau 15,31 persen year-to-date.
Edukasi yang Efektif
Bergairahnya pasar modal khususnya pasar saham tak lepas dari efektivitas program edukasi yang konsisten dilaksanakan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self Regulatory Organization (SRO) dan stakeholders lainnya, serta didukung penuh oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor pasar modal per 7 November 2025 mencapai 19.320.025, tumbuh signifikan 29,91 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 14.871.639.

Saat ini, nilai aset dari kelompok investor muda telah menembus Rp70,81 triliun. Capaian ini membuat investor muda masih berpotensi untuk mendorong kenaikan aset investasi di pasar modal.
Dari jumlah tersebut, investor baru pasar modal tahun 2025 mencapai 4.282.848 SID, atau meningkat 58,4% dibandingkan penambahan 2.703.578 investor baru pada tahun 2024. Jumlah investor saham di BEI telah mencapai 8.083.076 SID, dengan pertumbuhan 1.701.632 investor saham baru sepanjang 2025, naik 51,2% dibandingkan pertumbuhan 1.125.873 investor saham baru di tahun 2024.
“Peningkatan jumlah investor khususnya investor muda membuktikan edukasi yang dilakukan BEI tepat sasaran dan efektif,”ucap Pengamat Pasar Modal dari Dupoint Indonesia Lukman Haqeem.
Menurut dia, BEI secara konsisten menyelenggarakan berbagai program edukasi untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat, dari pelajar, mahasiswa, profesional, hingga masyarakat umum.
Pemanfaatan teknologi melalui webinar, media sosial, dan kompetisi virtual trading , dinilainya sangat efektif menjangkau generasi muda di bawah usia 30 tahun, yang kini menjadi motor utama pertumbuhan investor.
Edukasi yang terarah, lanjut Lukman, tidak hanya meningkatkan pemahaman (literasi) masyarakat tentang produk, mekanisme, dan risiko investasi, tetapi juga memperkuat kepercayaan mereka terhadap pasar modal sebagai instrumen keuangan yang aman dan transparan. “Peningkatan literasi membantu calon investor membuat keputusan yang bijak, mengurangi kasus investasi ilegal, dan tentunya meningkatkan partisipasi aktif dalam pasar modal yang legal,”paparnya.
Sedangkan Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam keterangan resmi yang dipublikasikan BEI menyampaikan bahwa peningkatan jumlah investor menunjukkan semakin kuatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi, terutama generasi muda di bawah usia 30 tahun yang kini semakin aktif dan percaya diri dalam berinvestasi. “Pencapaian ini merupakan hasil dari komitmen BEI bersama seluruh stakeholders dalam melakukan berbagai kegiatan edukasi dan literasi yang konsisten dan terarah, seperti Sekolah Pasar Modal, Guruku Investor Saham, dan CMSE,”paparnya.
Sepanjang Maret–Oktober 2025, BEI menggelar 101 kegiatan Road to CMSE di berbagai daerah, diikuti lebih dari 185 ribu peserta dan menambah 184 ribu investor baru. CMSE 2025 sendiri yang berlangsung dua hari, menghadirkan 13 narasumber, 6 moderator, 88 booth, dan 95 tenant mencatatkan antusiasme tinggi serta meningkat dibandingkan tahun 2024. Total pendaftar CMSE 2025 mencapai 25.180 orang (naik 105,9%), dengan 48.308 pengunjung (naik 12,3%). Dari jumlah tersebut, 11.682 hadir langsung (naik 51,4%) dan 36.626 mengikuti secara virtual melalui YouTube BEI dan nobar di berbagai Kantor Perwakilan BEI.
Hingga akhir Oktober 2025, BEI melalui jaringan Kantor Perwakilannya telah melaksanakan 14.993 kegiatan edukasi di seluruh Indonesia yang diikuti oleh 14.333.853 peserta. Dari jumlah tersebut, 5.415 kegiatan dilakukan secara digital dan 9.578 kegiatan dilakukan secara tatap muka dan hybrid. Dari seluruh kegiatan edukasi tersebut, sebanyak 319.177 peserta telah membuka rekening efek.
Berbagai capaian tersebut menegaskan komitmen BEI untuk terus meningkatkan inklusi pasar modal dan literasi keuangan masyarakat melalui pendekatan yang berkelanjutan, kolaboratif, dan inklusif. Ke depan, BEI berharap semakin banyak masyarakat yang tidak hanya mengenal pasar modal, tetapi juga berpartisipasi aktif sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional yang berdaya saing dan berdaulat
Pencapaian kuantitatif tersebut, merupakan indikator penting dari meningkatnya optimisme kolektif dan tingkat kepercayaan yang diberikan investor terhadap kondisi pasar modal dan stabilitas perekonomian nasional.
Meningkatnya jumlah investor, tentunya harus diimbangi dengan jaminan perlindungan yang kuat. BEI, bersama OJK dan SRO lainnya, telah membangun kerangka perlindungan yang berlapis untuk menjaga aset dan hak-hak investor.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi,dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK secara virtual, Jumat, 7 November 2025 mengatakan, likuiditas transaksi saham melanjutkan peningkatan, hal ini terlihat dari Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) saham pada Oktober 2025 membukukan rekor ATH nilai RNTH Rp25,06 triliun. “Secara year to date per akhir Oktober 2025 RNTH saham tercatat sebesar Rp16,62 triliun meningkat dari RNTH 2024 yang hanya Rp12,85 triliun,”tegasnya.
Inarno mengatakan, OJK akan terus memperkuat pengawasan terhadap transaksi efek untuk menjaga integritas pasar. “Kami menjaga efektivitas koordinasi dengan aparat penegak hukum, pemerintah, dan self-regulatory organization untuk memperkuat pasar modal yang sehat,” ujarnya.
Perlindungan juga diberikan melalui kewajiban keterbukaan informasi bagi Emiten (perusahaan tercatat). BEI dan OJK memantau Laporan Keuangan, Laporan Tahunan, dan Laporan Berkala lainnya. Hal ini memungkinkan investor untuk mengakses informasi yang relevan dan membuat keputusan investasi berdasarkan data yang akurat.
Meningkatnya jumlah investor di Indonesia merupakan bukti nyata efektivitas dan keberhasilan program edukasi BEI dan stakeholder pasar modal. Dukungan dari sistem perlindungan yang kuat dan regulasi yang ketat semakin memperkokoh fondasi pasar modal Indonesia, mendorong pertumbuhan basis investor yang stabil dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan memantik pertumbuhan ekonomi nasional.
Comments ( 0 )