Dari Pantura untuk Indonesia, Swasembada Energi Pertamina Gerakkan Ekonomi hingga Daerah
SP BBS : Fasilitas Stasiun Pengumpul Bambu Besar (SP BBS) di Karawang, Jawa Barat yang menjadi salah satu kontributor Pertamina dalam menggapai Swasembada Energi. (FOTO : Kabarindo/Anton C)
KARAWANG – Sinar matahari pagi baru saja menyapa ufuk timur, memecah kabut tipis di hamparan sawah Kabupaten Karawang. Menara flare tampak gagah menyemburkan api yang bergoyang diterpa angin. Senior Supervisor Cicauh & BBS Prod. Pertamina EP Zona 7 Ratno Tri Prima Wahyudi tampak menikmati secangkir kopi hitam yang uapnya masih mengepul tipis. Nasi pecel Madiun terlihat menggoda di meja tempat pria asal Lumajang, Jawa Timur itu menikmati harinya.
“Ini kopi Arabica, kami tanam sendiri. Nasi pecel, kami pesan dari warga sekitar,”ucapnya kepada Kabarindo.com di Stasiun Pengumpul Bambu Besar (SP BBS) Karawang Timur, Selasa (28/10/2025). Burung Kenari berwarna kuning di dalam sangkar berkelir coklat yang tergantung kuat di pilar kayu tak henti bersiul sepanjang pagi, menambah suasana syahdu dan tenang di kawasan itu. Tak jauh dari tempat Ratno duduk, Asst. Manager Production Operation Subang Field Eko Tri Wahyudi terlihat serius dengan laptopnya. Pria yang wajahnya sekilas mirip Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak itu sesekali merapihkan posisi earphone nirkabel yang menempel di telinganya.
Tiga orang lainnya yakni Asst. Manager Petroleum Engineer Subang Field Arthur Satoto Bakar, Asst. Manager RAM Subang Field Emond Winarto , dan Superintendent HSSE Ops. Subang Field Arif Ardiansyah juga terlihat sibuk membaca dokumen yang berisi laporan produksi migas.
Lima perwira Pertamina itu masih muda, rata-rata belum berusia 40 tahun. Hanya Satoto yang terlihat paling tua. Dengan kumis dan jenggot menjuntai, pria asal Yogyakarta itu terlihat sangat serius memperhatikan angka-angka di kertas yang terhampar di mejanya.
Stasiun Pengumpul Bambu Besar (SPmBBS) Karawang adalah fasilitas pengembangan migas (minyak dan gas) yang dioperasikan oleh Pertamina EP dan terletak di Desa Tegal Sawah, Karawang Timur, Kabupaten Karawang.
Stasiun pengumpul ini merupakan satu dari 11 stasiun pengumpul di Subang Field yang memiliki beberapa lapangan di pantura Jawa Barat. Yakni Karawang, Subang, dan Purwakarta. Selain 11 Stasiun Pengumpul, Subang Field juga memiliki fasilitas 3CO2 Removal, 2 Test Unit, dan 2 EPF.
“Disini kami memiliki 88 tenaga kerja, dan 550 orang mitra,”ungkap Ratno. Subang Field merupakan salah satu pemasok energi yang dibutuhkan masyarakat, hingga industri di Jawa Barat. Produksi minyak lapangan Subang hingga Oktober 2025 tercatat mencapai 2.326 barel per hari (BOPD). Sedangkan produksi gas menembus 125,12 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
“Semua minyak dari lapangan Subang dikirimkan ke Unit Pengolahan Kilang Balongan untuk diolah menjadi BBM dan dipasok ke masyarakat oleh Pertamina Patra Niaga,”imbuhnya.
Sedangkan untuk gas, dialirkan ke PT Pupuk Kujang, PT Krakatau Steel, Kawasan Industri di Karawang dan Cikampek, PT Subang Energi Abadi (SEA), PT Samator, dan PT BBG. “Juga untuk kebutuhan jargas kebutuhan rumah tangga. Sehingga seluruh produksi minyak maupun gas habis terjual,”urainya.
Lapangan migas Subang, memiliki 178 total sumur. Dengan rincian 70 sumur produksi, 100 sumur suspend, dan 8 sumur injeksi. Khusus untuk struktur Bambu Besar, saat ini memiliki 20 sumur produksi dan 2 sumur injeksi.
“Beberapa lapangan di SP BBS memberikan kontribusi signifikan,”imbuh Manager Production Operation Subang Field Eko Tri Wahyudi. Dia menambahkan, saat ini, produksi minyak di SP BBS mencapai 893 BOPD dan gas sebesar 18,5 MMSCFD.
“Untuk kondensat langsung kami kirimkan ke industri yang membutuhkan bahan baku kondensat seperti pabrik cat. Sedangkan gas kami kirim melalui open access pipa Pertagas untuk industri di Jawa Barat,”paparnya. Sementara hasil produksi minyak disalurkan ke Main Oil Station (MOS) melintasi Cilamaya.
PEP Subang Field diakuinya, masih sebagai kontributor yang stabil terhadap rata-rata produksi gas Zona 7 Regional Jawa Subholding Upstream (SHU) Pertamina. Upaya PEP Subang Field untuk menggenjot produksi igas ditengah beragam tantangan terus dilakukan demi swasembada energi nasional.
Dalam rangka menyokong kemadirian energi, para perwira Pertamina itu terus menjaga simfoni produksi energi dari lapangan Bambu Besar (BBS). Lapangan ini tak sekadar deretan sumur dan pipa, melainkan denyut nadi yang terus memompa asa swasembada energi negeri, sekaligus menggerakkan roda perekonomian di tanah Pasundan.
Sumur step out terbaru, BBS-STO.01merupakan bukti nyata komitmen Pertamina EP yang merupakan bagian dari Subholding Upstream untuk terus menggali dan mengembangkan cadangan baru di tengah tantangan geologi yang kompleks.
Meski tak terlalu besar, namun SP BBS, bersama dengan struktur lain di Subang Field, merupakan kontributor vital bagi produksi migas nasional, khususnya untuk wilayah Jawa bagian Barat. Dari jantung bumi Karawang, SP BBS menyumbangkan aliran gas yang penting untuk pembangkit listrik, industri, dan bahkan rumah tangga. Produksi minyak buminya pun turut menopang kebutuhan energi, dan mengurangi ketergantungan impor. “Untuk gas, kami juga memasok untuk kebutuhan PLTGU Muara Tawar,”kata Eko.
Dalam menghadapi tantangan laju penurunan produksi alami atau natural decline, SP BBS menggunakan teknik water injection dengan kapasitas injeksi 9.000 barel air per hari. Menurut Asst. Manager Petroleum Engineer Subang Field Arthur Satoto Bakar, injeksi dilakukan ke lapisan-lapisan produktif. “Kami terlebih dahulu melakukan simulasi reservoir. Seperti apa nanti polanya dan titik-titik mana dilakukan injeksi dan struktur mana yang masih ada potensi reserve-nya. Menjadi komitmen kami untuk terus menjaga agar produksi stabil,”tegasnya.
Superintendent HSSE Ops. Subang Field Arif Ardiansyah menambahkan,SP BBS rutin melakukan maintenance untuk menjaga kondisi peralatan di lapangan, sehingga siap untuk memproduksi minyak dan gas. “Kami jaga agar pipa maupun tanki tidak bocor. Kami berkomitmen menjaga peralatan dengan melakukan pemeliharaan dan inspeksi,”ujarnya. Salah satunya dengan teknologi perekaman yang dimasukkan ke dalam pipa. Alat perekam mengikuti aliran air yang diinjeksikan, sehingga kondisi pipa mudah diketahui. “Apakah kondisi pipanya baik-bailk saja, ataukah ada kebocoran,”imbuhnya.
Menggerakkan Perekonimian Daerah
Keberadaan SP BBS tak sekadar terasa pada skala nasional, tetapi juga memberikan dampak signifikan bagi perekonomian lokal di Kabupaten Karawang dan Subang. Ribuan warga lokal terlibat langsung maupun tidak langsung dalam operasional migas di SP BBS. Mulai dari tenaga kerja yang terampil, hingga penyedia jasa katering, transportasi, keamanan, dan logistik, semua mendapatkan manfaat ekonomi.
Kontribusi SP BBS melalui pajak dan retribusi kepada pemerintah daerah memberikan suntikan dana yang dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan masyarakat setempat.
Kebutuhan operasional lapangan migas, mulai dari alat pelindung diri hingga bahan baku penunjang, seringkali disuplai oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar area operasi, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. “Kami memiliki komitmen kuat untuk menghasilkan energi yang menghidupkan negeri, dan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat di sekitar wilayah operasional kami. Kafrenanya, kami terus bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah daerah,”tutup Eko Tri Wahyudi.
Tak hanya SP BBS yang menjadi andalan Subholding Upstream dalam menjaga asa swasembada energi. Sumur migas lainnya yakni Pondok Makmur di Tambun, Bekasi. Pondok Makmur mengusung konsep eksplorasi terkini dimana minyak yang dihasilkan berasal dari lapisan paling dasar atau basement.
Engineer Petroleum Pertamina EP Zona 7 Tambun Field Yuli Handayani kepada Kabarindo.com mengatakan, saat ini produksi minyak di sumur yang berlokasi di Bekasi dan Karawang mencapai 900 BOPD dan gas sebesar 32 MMSCFD. “Untuk wilayah Tambun Field kami memiliki empat stasiun pengumpul,”ungkapnya. Rinciannya, SP Tambun memiliki 20 sumur produksi, 39 sumur tidak berproduksi dan 10 sumur injeksi. Kemudian SP Pondok Tengah memiliki 34 sumur yang terdiri dari 13 sumur Produksi dan 21 sumur non produksi. Untuk SP Rengasdengklok terdapat 11 sumur dengan rincian 2 sumur produksi, 7 sumur non produksi dan 2 sumur injeksi. Sementara SP Pondok Makmur memiliki 14 sumur dengan 2 sumur p[roduksi dan 12 sumur non produksi. “Produksi minyak semua kami kirimkan ke Unit Pengolahan Balongan untuk diolah menjadi BBM,”tegasnya. Minyak-minyak yang dihasilkan dari bumi Pasundan itu dialirkan melalui pipa sepanjang 104 kilometer untuk selanjutnya dijadikan produk BBM.
Lapangan migas Tambun, saat ini menghasilkan 258 BOPD minyak dan 31,2 MMSCFD gas. “Jika minyak dialirkan seluruhnya ke Balongan, untuk gas kami pasok ke PLTGU Muara Tawar, Pertagas, dan industri,”imbuh Senior Supervisor Pondok Makmur Production Prasetyo Adi. Pria asal Sidoarjo, Jawa Timur ini mengungkapkan, industri yang mendapatkan pasokan gas secara langsung yakni PT Bangun Wibawa Mukti dan PT EHK. “Kami berkomitmen untuk terus menghadirkan energi bagi kebutuhan masyarakat dan industri,”tutupnya.
Dua tahun lalu, PT Pertamina EP menemukan lapangan minyak baru yang terletak di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Temuan itu terletak di Sumur East Pondok Aren (EPN)-001 di wilayah kerja PEP Tambun Field. Berdasarkan uji alir produksi awal atau drill system test (DST), pengeboran sumur eksplorasi East Pondok Aren (EPN)-001 ditajak pada 18 Agustus 2023.
Kemudian, pada DST kedua, sumur itu berhasil mengalirkan rate minyak sebesar 402 barel per hari (bpd) dan gas sebesar 1,09 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) di kedalaman 2.590 meter.
PT Pertamina EP yang merupakan afiliasi dari PT Pertamina Hulu Energi selaku Subholding Upstream Pertamina terus berlari dalam mencapai kemandirian energi. Salah satunya dengan melakukan pengembangan Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG) Stage 1, di Lapangan Akasia Bagus. Lapangan migas di Indramayu ini dikembangkan berdasarkan Plan of Development (POD) yang disetujui pada 27 Desember 2017 dengan mekanisme dua tahap, Stage 1 dan Stage 2 untuk meningkatkan keandalan fasilitas dalam menampung hasil produksi migas, dari kapasitas awal 1.750 BLPD dan 3 MMSCFD, menjadi 9.000 BLPD dan 22 MMSCFD.
General Manager Zona 7 Regional Jawa Pertamina EP Afwan Daroni menjelaskan, upgrading fasilitas produksi di SP ABG akan dilengkapi dengan CO2 Removal Package dengan amine system (MDEA), Gas Dehydration Unit dan Thermal Oxidation (TOX). Tujuannya untuk mengurangi kadar CO2, H2S dan air, agar sesuai spesifikasi penjualan gas yang termaktub dalam Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) eksisting di wilayah Jawa Barat. SP ABG sendiri telah memenuhi kapasitas sekitar 1.750 BLPD dan 3 MMSCFD.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Oki Muraza berharap proyek pengembangan Akasia Bagus stage 1 berjalan mulus untuk berlanjut ke tahap berikutnya yaitu pengembangan pada stage 2.
"Kami mendukung penuh agar kapasitas produksi di seluruh lingkungan Pertamina, khususnya di lingkungan Subholding Upstream dapat meningkat," ujarnya.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sendiri, sebagai Subholding Upstream Pertamina terus berkomitmen mendukung Program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dengan mengedepankan target swasembada energi nasional sebagaimana yang dicanangkan pemerintah. Komitmen tersebut diwujudkan melalui kontribusi PHE sebagai perusahaan hulu migas andalan nasional yang memprioritaskan ketahanan energi, ketersediaan dan keberlanjutan.
Sebagai pengelola 24% blok minyak dan gas di Indonesia, PHE berkontribusi signifikan terhadap produksi migas nasional. Hingga Agustus 2025, PHE mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MMBOEPD), yang terdiri dari produksi minyak 556 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2,8 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD).
“Subholding Upstream Pertamina tidak hanya menjaga stabilitas produksi migas nasional, tetapi juga melakukan ekspansi, inovasi serta transformasi menuju operasi yang lebih berkelanjutan dalam mendukung ketahanan energi nasional,” kata Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina, Hermansyah Y Nasroen.
Pencapaian produksi hingga Agustus 2025 didukung oleh peningkatan aktivitas hulu yang masif, tercermin dari berbagai indikator operasional utama. Subholding Upstream mencatatkan realisasi pengeboran eksploitasi 580 sumur, kegiatan workover 836 sumur dan kegiatan well services 25.514 sumur.
Tidak hanya produksi, Subholding Upstream juga agresif memperkuat cadangan untuk mendapat sumberdaya energi baru, baik melalui kegiatan Survei Seismik 3D sepanjang 652 kilometer persegi (km2) maupun pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 15 sumur. Hasilnya, Subholding Upstream mendapat tambahan sumberdaya 2C (contingent resources) dengan realisasi 2C Validation sebesar 804 juta barel setara minyak (MMBOE) dan menambah cadangan terbukti (P1) migas sebesar 105 juta barel setara minyak (MMBOE).
Hermansyah menyampaikan bahwa pencapaian ini tidak lepas dari strategi optimasi portofolio, akselerasi pengeboran, serta implementasi teknologi untuk meningkatkan recovery factor lapangan existing. Dengan strategi tersebut, PHE menegaskan perannya sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional sekaligus kontributor signifikan dalam mendukung transisi energi Indonesia.
Produksi dan cadangan migas nasional akan semakin kuat dengan tuntasnya proyek strategis Subholding Upstream Pertamina antara lain pengembangan Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG) EP, Proyek Sisi Nubi, Proyek CEOR lapangan minas di Area A Stage-1 dan proyek Lapangan OO-OX PHE ONWJ. "Kami berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan produksi berkelanjutan, sekaligus memastikan aspek keselamatan dan lingkungan tetap menjadi prioritas utama," tegasnya.
Secara masif, PHE juga melakukan evaluasi atas peluang new venture dengan mempertajam peluang inisiasi potensi eksplorasi baru. Ke depannya dengan kegiatan yang masif dan agresif, melalui beberapa kegiatan joint study dan project new venture yang sedang berlangsung dan diproyeksikan akan menambah portofolio wilayah kerja eksplorasi baru di Subholding Upstream Pertamina.
 
               
           
             
     
     
    
Comments ( 0 )