Dilema dalam Pemilu Pilih Betul atau Benar ?
KABARINDO, JAKARTA - "Betul itu Belum Tentu Baik. Karena yang Baik itu yang Benar"
Ungkapan kalimat itu mungkin bisa dianggap aneh. Tetapi maknanya begitu dalam, dan filosifinya sarat dengan kebenaran hakiki, termasuk dalam dunia politik.
Demikian yang dapat ditangkap dari pendapat rimbawan senior Dr. Transtoto Handadhari yang kini sedang menekuni karier politiknya sebagai calon legislatif DPR-RI melalui Partai Perindo.
"Rimbawan berpolitik nampak sebagai perjuangan yang tidak lazim, bahkan menurut sebagian orang dianggap tabu. Padahal adanya konotasi buruk berpolitik hanya stigma oknum manusianya yang menggejala di masyarakat", kata Transtoto yang dengan segala pengalaman dan pemikirannya dianggap sebagai Begawan rimbawan itu.
"Mengkaitkan dunia politik dengan hutan sangat tidak salah. Karena hakikatnya sumber daya hutan adalah inti lingkungan hidup. Kehidupan yang sangat vital tersebut harus dikawal dengan politik. Tanpa pengawalan oleh kewenangan politik hutan akan menjadi bulan-bulanan peraturan", lanjut mantan Juru Bicara Kementerian Kehutanan, dan Direktur Utama Perum Perhutani 2005-2007 lulusan UGM Yogyakarta dan University of Wisconsin, USA tersebut.
Transtoto mengakui bahwa hanya dengan berpolitik, keilmuan dan kepiawaian manajemen serta biaya modal yang bisa menjaga kelestarian hutan.
"Namun politik praktis juga mengandung kekuatan yang paling berbahaya yang mampu merusak hutan dan sulit dibendung kekuasaannya", ujarnya lagi.
"Rimbawan berpolitik adalah sebuah keharusan. Rimbawan tidak bisa menutup mata atas berbagai pengalaman dan celaan dunia luar terhadap nasib pengelolaan hutan yang sudah terjadi", tegas Transtoto.
Hanya harus diakui bahwa hambatan untuk bisa berkompetisi menjadi anggota legislatif biayanya sangat mahal. Konon sampai bermilyar-milyar rupiah. Nyaris tidak terjangkau, karena praktik jual beli suara tidak dapat dibendung dengan aturan yang hampir selalu dilanggar secara berjama'ah oleh semua pihak. Lalu bagaimana kita bisa mendapat pemimpin yang jujur dan baik kalau sistem demokrasi terus seperti ini.
Transtoto juga mengingatkan bahwa "Betul itu belum tentu baik, karena yang baik itu yang bener" juga berlaku dalam praktik kepolitikan sumber daya hutan.
"Karenanya politik yang penuh dengan kata-kata yang sumir serta palsu tetaplah harus berpegang pada etika moral yang santun, kebenaran serta perilaku tanpa kecurangan", tegas Transtoto, yang juga dijuluki Bapak No Cheating Indonesia itu.
"Sekali lagi saya usulkan agar dipikirkan cara atau sitem serta mekanismenya untuk pbisa menjaring para wakil rakyat yang baik dan kapabel tanpa beban biaya besar".
"Perlu jatah kursi khusus perwakilan orang yang yang sangat dibutuhkan masyarakat. Para pemilik partai juga akan beruntung memiliki sumber daya manusia untuk ikut membangun bangsa". Tegasnya.
"Hanya investasi sosial dalam keseharian yang bisa menekan biaya caleg. Itupun, diluar korsa Perhutani yang solid, kadang juga sulit mengharapkan ketulusan dan kesetiaan pemilih untuk memilih caleg. Jadi pilihan sikap baik caleg dan atau pemilih semakin sulit. Betul atau bener untuk dikatakan baik?", tutup Transtoto yang mengaku caleg "bonek" kepada Kabarindo. Foto: Ist
Comments ( 0 )