Hari Film Nasional 2018; Makin Banyak Film Box-Office

Hari Film Nasional 2018; Makin Banyak Film Box-Office

Jakarta, Kabarindo- Memang tidak terasa di jalan-jalan, tidak ada spanduk atau baliho, apalagi di sekitaran bioskop.

HFN 2018 yang jatuh pas Jumat Agung, 30 Maret diperingati tiap tahun dan puncaknya kemarin malam saat Presiden Jokowi mengapresiasi film berbahasa lokal, Yowis Ben. Pas bersamaan Danur2; Maddah karya Awi Suryadi raih 100ribu penonton dalam waktu 6 jam saja dan sehari hampir 200 ribu.

SCTV Iboma 2018 lalu mencatatkan 10 emas untuk 10 film walau redaksi mencatat film satu lagi yakni Sweet20 yang capai 1 Juta lebih sementara 2018 para PH dimotivasi oleh produk dari Max Pictures, Dilan 1990 yang hampir jangkau 6,5 juta penonton.

Dalam obrolan di WAG Demi Film Indonesia-DFI, Slamet Rahardjo menyebutkan bahwa FILM INDONESIA masih menjadi kegiatan pribadi pribadi. Belum menjadi PERFILMAN INDONESIA dimana kegiatannya menjadi kegiatan bersama yang terukur, terstruktur dan terpadu.

"Hal inilah yg perlu kita akui dan sadari hingga kita bisa memahami mengapa ada PH-PH yang bernasib baik dan yang terdholimi. Untuk itu diperlukan kajian yang mendalam antar kita masyarakat film Indonesia untuk mengetahui NILAI eksistensi kita. Jangan cepat MENILAI orang lain sebelum kita selesai MENILAI diri kita. Untuk memperkuat diri, semua kekuatan kita termasuk pemerintah jangan diperlemah dengan adanya kesalah pahanam karena hanya menilai dari satu sudut pandang. Mari kita mawas diri sebagai awal menemukan jati diri Film Indonesia," tulisnya.

Sementara itu Gunawan dari elemen KFT sebagai salah seorang komisioner BPI mengingatkan akan persoalan hak dan kewajiban dan segala macam persoalan hubungan kerja bisa diselesaikan lewat Forum Tripartit Perfilman, dimana didalamnya ada unsur pengusaha, insan film dan pemerintah.

Faozan Rizal sebagai DOP menyebutkan bahwa Kalau secara kontrak kerja , krew kita masih lemah memang mas , gak ada itu pasal hak yg di berikan nanti jika film sukses. Di Jerman ketika pemerintah tahun 2002 menambahkan klausal „ best seller“ maka kameramen Das Boot - Jost Vacano menuntut hak nya yg akhirnya di menangkan oleh Vacano dengan mendapat tambahan dr kesuksesan film Das Boot dan 2,25% share dari keuntungan yg akan datang. Itu yang terjadi di Jerman ketika pemerintah menambahkan klausal „best seller“ tahun 2002, bagaimana dengan Bestseller atau Box Office film Indonesia apakah sudah berbagi dengan Dop atau sineas ?

"Film telah menjadi bagian dari revolusi budaya dunia sejak lama. lebih dari sekedar hiburan, film juga memainkan peran sentral dalam pendidikan, dokumentasi sejarah, pembangunan karakter, dan pelestarian budaya bangsa. memproduksi sebuah film bukanlah sebuah hal yang mudah, karena film adalah gabungan dari pemikiran, rasa, cinta dan kerja keras yang menggabukan karya sastra, seni dan teknologi. film berperan sebagai kekuatan Diplomasi Budaya dan film yang baik juga turut mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. mari bersama kita majukan industri film nasional ‘

#ayonontonfilmindonesia di bioskop
,"postingan dari Marcella Zallianthy
 selaku Ketua Umum PARFI’56
#HFN2018

#Filmindonesiagemilang

#FilmKulindonesia


Selamat Hari Film Nasional ke-68 !