Hari Ketiga Invasi Rusia, Kyiv Masih Bertahan

Hari Ketiga Invasi Rusia, Kyiv Masih Bertahan

KABARINDO, KYIV – Di tengah gempuran artileri dan rudal jelajah Rusia selama tiga hari belakangan secara berturut, Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan ibu kota Kyiv tetap berada di tangan Ukraina pada Sabtu (26/2).

"Kami telah bertahan dan berhasil menangkis serangan musuh. Pertempuran berlanjut," kata Zelenskiy dalam pesan video yang diposting di media sosialnya. "Kami memiliki keberanian untuk membela tanah air kami, untuk membela Eropa."

(Foto: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berbicara bersama pejabat Ukraina lainnya dalam video pendek yang dibuat dan dibagikan dari distrik pemerintahan Kyiv, membenarkan bahwa dia masih berada di Kyiv, Jumat (25/2) -Reuters)

Walikota Kyiv Vitali Klitschko sendiri mengatakan saat ini tidak ada kehadiran militer besar Rusia di Kyiv, tetapi kelompok-kelompok penyabot dari Rusia terus aktif beraksi. Sistem kereta di sana sekarang hanya berfungsi sebagai tempat berlindung bagi warga karena kereta api telah berhenti berjalan, tambahnya.

Klitschko mengatakan 35 orang, termasuk dua anak-anak, terluka semalam. Dia kemudian mengumumkan perpanjangan jam malam, yang sekarang akan berjalan dari jam 5 sore sampai jam 8 pagi.

Setelah malam serangan udara, ada beberapa tanda kepanikan di Kyiv. Tentara Ukraina dan sekelompok wanita terlihat berlarian di sepanjang jalan. Di dekatnya, tentara Ukraina memaksa seorang pria berpakaian sipil untuk berbaring di trotoar, lapor Reuters.

(Foto: Orang-orang berlindung saat sirene serangan udara berbunyi, di dekat gedung apartemen yang rusak akibat penembakan baru-baru ini di Kyiv, Sabtu (26/2). -Reuters)

Sedikitnya 198 warga Ukraina, termasuk tiga anak-anak, tewas dan 1.115 orang terluka sejauh ini dalam invasi Rusia, kata Kementerian Kesehatan Ukraina dikutip kantor berita independen Rusia Interfax. Tidak jelas apakah jumlah itu hanya terdiri dari korban sipil.

Kedutaan akan 'Digembok'

Ketika ratusan ribu orang Ukraina melarikan diri ke barat menuju Uni Eropa, pejabat tinggi keamanan Rusia, yang juga mantan presiden, Dmitry Medvedev mengatakan operasi militer Moskow akan dilakukan tanpa henti sampai tujuan mereka tercapai.

Medvedev juga mengatakan bahwa sanksi baru yang diberikan negara-negara Barat adalah tanda impotensi Barat dalam kebuntuan, serta mengisyaratkan pemutusan hubungan diplomatik, dengan mengatakan sudah waktunya untuk "menggembok kedutaan".

Kremlin mengatakan Vladimir Putin telah memerintahkan pasukan untuk berhenti maju pada hari Jumat (25/2) tetapi mereka bergerak maju pada hari Sabtu setelah Kyiv menolak untuk bernegosiasi.

***(Sumber dan foto: Reuters)