JF3 Fashion Festival 2025: Menyulam Tradisi, Menenun Masa Depan
Memasuki tema "Recrafted: A New Vision", JF3 bukan sekadar panggung mode, melainkan gerakan transformatif yang membangun ekosistem fashion berkelanjutan, inklusif, dan mendunia.
KABARINDO, JAKARTA — Memasuki dekade ketiganya, Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2025 tampil dengan wajah baru yang lebih berani, reflektif, dan progresif. Mengusung tema "Recrafted: A New Vision", festival ini tak sekadar memamerkan koleksi busana, tetapi mengukuhkan posisinya sebagai ruang kolaborasi kreatif yang memadukan tradisi, inovasi, dan masa depan.
Lebih dari sebuah perayaan tahunan, JF3 2025 adalah sebuah deklarasi: bahwa fashion Indonesia sedang bergerak, menyusun ulang akar budayanya untuk menjawab tantangan global, tanpa kehilangan jati diri.
Recrafted: Dari Warisan Menuju Visi Baru
Menurut Thresia Mareta, pendiri LAKON Indonesia sekaligus penasihat JF3, tema tahun ini mengusung makna yang dalam dan mendesak. "Fashion bukan sekadar benda. Ia adalah bahasa, seni, etika, bahkan pengetahuan. Esensinya terletak pada keterampilan tangan dan pemaknaan budaya," ujar Thresia, di Gafoy Summarecon Mall Kelapa Gading, Kamis (17/7/2025).
Dalam narasi recrafted, fashion diminta untuk tidak berhenti pada nostalgia. Ia harus berani bertransformasi—tanpa melupakan akar, tapi juga tak terjebak dalam pengulangan.
“Sering kali kita nyaman dalam pola lama. Padahal, perubahan adalah bagian dari kelangsungan. JF3 hadir sebagai ruang yang mendorong semua pelaku untuk tumbuh bersama, saling memperkuat, dan melahirkan ekosistem baru yang lebih sehat dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Parade Kreativitas dari Lokal hingga Global
JF3 2025 akan diselenggarakan di dua lokasi: 24–27 Juli di Summarecon Mall Kelapa Gading dan 30 Juli–2 Agustus di Summarecon Mall Serpong. Lebih dari 45 desainer dan brand, termasuk dari mancanegara, akan menampilkan karya terbarunya dalam festival ini.
Nama-nama terkemuka dari panggung lokal seperti Howard Laurent, Adrie Basuki, Sofie, Hartono Gan, Ernesto Abram, hingga LAKON Indonesia akan berbagi panggung dengan desainer muda berbakat dan brand seperti Metamorph by Zack, Be Spoke, Brilianto, hingga Future Loundry.
Yang membedakan JF3 tahun ini adalah jangkauan kolaborasi internasional yang semakin luas. Salah satu highlight penting adalah kolaborasi eksklusif antara LAKON Indonesia dan desainer Prancis Victor Clavelly serta Héloïse Bouchot, menghadirkan pertemuan antara narasi mode Eropa dan keunikan tekstil Nusantara.
Desainer muda Prancis lainnya yang turut hadir termasuk Solène Lescouët, Ornella Jude Ferrari, dan Louise Marcaud, memperkuat kehadiran Prancis di panggung mode Jakarta. Kerjasama ini semakin dalam dengan kehadiran institusi seperti École Duperré Paris dan WSN—penyelenggara Paris Trade Show—yang menjadikan JF3 sebagai bagian dari diplomasi budaya yang bernilai strategis.
ASEAN dan Korea Selatan: Asia Bersatu dalam Semangat Inovasi
Kolaborasi regional juga diperkuat melalui kerjasama dengan AFDS (ASEAN Fashion Designers Showcase), menghadirkan desainer dari Vietnam, Laos, dan Thailand. Untuk pertama kalinya, JF3 juga menggandeng tiga desainer dari Korea Selatan: Chung Hoon Choi, Lee Joon Bok, dan Baek Ju Hee, yang membawa semangat inovasi streetwear Asia yang kini tengah mendominasi panggung global.
Niwasana, Code Street, dan Regenerasi Industri
Sebagai bagian dari dukungan terhadap sistem retail, JF3 kembali menghadirkan Niwasana by Fashion Village di Summarecon Mall Kelapa Gading (24 Juli–3 Agustus 2025), menampilkan lebih dari 50 brand terkurasi dari kategori ethnic apparel, modern wear, hingga aksesori perhiasan.
Sementara itu, Code Street by DRP Jakarta, festival streetwear asal Prancis yang kini memasuki edisi kedua, akan diselenggarakan di Summarecon Mall Serpong dari 30 Juli hingga 10 Agustus 2025.
Langkah konkret dalam regenerasi pelaku mode pun ditandai melalui peluncuran Future Fashion Award. Program ini memberikan dukungan finansial dan mentorship intensif bagi dua brand muda terpilih. Didampingi langsung oleh LAKON Indonesia, para pemenang akan mendapat akses untuk mengembangkan kapasitas produksi, strategi bisnis, dan jaringan distribusi.
Sementara itu, PINTU Incubator—inisiatif bersama JF3, LAKON, dan Kedutaan Besar Prancis melalui IFI—memasuki tahun keempat dengan hasil yang semakin terlihat nyata, menjembatani potensi muda menuju dunia industri profesional.
Lebih dari Panggung, JF3 adalah Gerakan
Tak hanya menjadi ajang peragaan, JF3 terus mendorong diskusi dan pemikiran kritis melalui JF3 Talk, forum strategis lintas generasi antara pelaku industri, pemerintah, dan media. Di sisi lain, JF3 Model Search telah melahirkan 8 model muda yang siap melangkah ke panggung nasional dan internasional.
Soegianto Nagaria, Chairman JF3, menegaskan bahwa transformasi JF3 adalah bentuk nyata dari strategi jangka panjang. “Kami membangun JF3 bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk 10-20 tahun ke depan. Dekade ketiga ini kami dedikasikan untuk regenerasi. Kami ingin menjadi ruang tumbuh bagi anak-anak muda yang berani bermimpi, bereksperimen, dan menciptakan sesuatu yang otentik,” ujarnya.
Dengan dukungan Summarecon Malls serta kolaborasi erat bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, hingga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, JF3 menjelma menjadi simpul penggerak baru dalam peta industri kreatif nasional.
Masa Depan Fashion Ada di Sini
JF3 bukan sekadar festival tahunan. Ia adalah ruang, gerakan, dan jembatan masa depan. Menyatukan kekayaan budaya dengan semangat inovasi, JF3 2025 hadir sebagai momentum untuk menggugah industri fashion Indonesia: bahwa saatnya telah tiba untuk menulis ulang narasi, melangkah ke depan, dan menjadi bagian dari percakapan mode dunia.
“Ini bukan sekadar tentang apa yang kita pakai. Ini tentang bagaimana kita memaknai masa depan. Fashion adalah warisan yang hidup—dan JF3 adalah panggung di mana warisan itu dipahat ulang menjadi visi baru,” – tutup Thresia Mareta. Foto: Orie Buchori/Kabarindo.com
Comments ( 0 )