Ketegangan Membayangi Pekan KTT Virtual Pemimpin APEC 2021

Ketegangan Membayangi Pekan KTT Virtual Pemimpin APEC 2021

KABARINDO, WELLINGTON -- Inquirer.net melaporkan bahwa Pekan Pemimpin Apec 2021 yang diselenggarakan oleh Selandia Baru sebagai tuan rumah KTT kali ini menyimpan ketegangan antar beberapa negara yang menjadi anggotanya.

Ketegangan tersebut salah satunya berkaitan dengan niat Taiwan yang menggunakan pertemuan itu sebagai penggalangan dukungan bagi upayanya untuk bergabung dengan pakta perdagangan regional, Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

China, yang juga telah mendaftar untuk bergabung dalam pakta tersebut, menentang keanggotaan Taiwan dan telah meningkatkan kegiatan militer di dekat pulau yang diklaim Beijing tersebut dan tidak mengesampingkan kemungkinan pengambil-alihan kekuasaan dengan paksa.

Peningkatan ketegangan lain di KTT APEC bersumber dari tawaran AS untuk menjadi tuan rumah APEC pada 2023. Apabila usulan mereka diterima, maka ini akan menjadi kali kedua negara itu menjadi tuan rumah. Pada 2011, mantan Presiden Barack Obama memimpin pertemuan tingkat tinggi kelompok itu di Hawaii.

Upaya menarik perhatian dan sumber daya ke kawasan mereka telah menjadi agenda utama pemerintahan Presiden Joe Biden, sejak negara teresbut hengkang dari Afghanistan dengan menarik semua pasukannya.

Akan tetapi, rupanya Rusia belum secara resmi mendukung proposal A.S. Sebuah sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan, hali ini telah menciptakan situasi yang tidak biasa bagi blok tersebut, yang biasanya menyetujui penetapan penyelenggaraan tuan rumah KTT berikutnya jauh-jauh hari.

Rusia telah meminta jaminan bahwa perwakilannya akan dapat menghadiri pertemuan AS, bahkan jika beberapa dari anggota delegasi itu sedang berada di bawah sanksi, kata sumber itu, yang menambahkan bahwa China belum menyetujui atau menolak tawaran AS.

Hingga saat ini belum ada negara yang menanggapi proposal tersebut secara resmi dan terbuka. Kementerian luar negeri Rusia masih tidak dapat dihubungi, sementara kementerian luar negeri China belum ingin berkomentar.

“Saya yakin AS dan Selandia Baru ingin menyelesaikan ini sebelum Pertemuan Pemimpin, tetapi perselisihan seharusnya tidak menunda pernyataan, karena para pemimpin selalu dapat mengatakan bahwa mereka berharap untuk bertemu di Thailand tahun depan dan menetapkannya begitu saja,” kata Matthew Goodman, seorang penasihat di lembaga think-tank Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Washington.

Deklarasi Pemimpin selalu dikeluarkan setiap pertemuan para pemimpin APEC tahunan selesai sejak yang pertama pada tahun 1993, terkecuali saat di Papua Nugini tahun 2018 karena ketidaksepakatan antara AS dan Cina. ***