Putera Sampoerna Foundation Bangun Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Numerasi yang Lebih Baik

Putera Sampoerna Foundation Bangun Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Numerasi yang Lebih Baik

Putera Sampoerna Foundation Bangun Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Numerasi yang Lebih Baik

Rayakan Hari Guru Nasional

Surabaya, Kabarindo– Dalam rangka merayakan Hari Guru Nasional, Putera Sampoerna Foundation (PSF) menggelar rangkaian acara dengan mengusung tema "Membangun Masa Depan Gemilang melalui Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Keterampilan Matematika untuk Semua",

Elan Merdy, Senior Director, Putera Sampoerna Foundation, mengatakan PSF menegaskan komitmennya untuk terus menjadi pelopor dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif dan adaptif. Langkah ini akan membantu mencetak generasi muda Indonesia yang unggul secara akademis, mampu bersaing di tingkat global dan berkontribusi bagi masyarakat.

"Guru adalah ujung tombak pendidikan. Melalui pelatihan dan dukungan yang kami berikan, kami percaya mereka dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Teknologi juga menjadi alat penting bagi guru untuk memperkuat kemampuan literasi numerasi siswa, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan masa depan," ujarnya pada Jumat (6/12/2024).

Pada kesempatan tersebut diadakan talkshow yang menghadirkan ahli dan praktisi pendidikan. Sesi pertama bertajuk "Menghadapi Stigma: Mengubah Persepsi tentang Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus" yang membahas tantangan stigma yang masih melekat di masyarakat. Pendidikan inklusif sering kali dikaitkan dengan persepsi negatif, padahal pendekatan ini bertujuan memberikan hak pendidikan yang setara bagi setiap siswa. Selain menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung, pendidikan inklusif juga mendorong empati, kerja sama dan keterampilan sosial yang penting di era globalisasi.

Menurut Putra Asga Elevri, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Ditjen GTK, dalam upaya mendukung inklusi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, penting untuk mengumpulkan data yang akurat dan dapat diakses oleh orang tua maupun guru. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.

“Dengan pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional dan lingkungan, kita dapat lebih memahami profil belajar siswa, terutama mereka yang mungkin mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis. Kesadaran di sekolah mengenai isu ini juga harus ditingkatkan, agar semua siswa, termasuk penyandang disabilitas, dapat belajar dengan lebih baik,” ujarnya.

Pada sesi tersebut diluncurkan buku “Menjembatani Perbedaan: Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus sebagai Pilar Kesetaraan” karya Tim Guru Binar yang berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikdasmen RI serta Platform Merdeka Mengajar. Buku ini menjadi bukti nyata bagaimana para guru berkontribusi dalam inovasi pendidikan di tingkat nasional.

Juliana, Head of Program Development and Guru Binar Putera Sampoerna Foundation, menambahkan guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang adaptif, dapat membantu setiap siswa agar merasa dihargai dan berkembang sesuai potensinya. Kolaborasi antara sekolah, orang tua dan masyarakat juga menjadi kunci untuk membangun ekosistem pendidikan yang benar-benar inklusif.”

Dalam talkshow sesi kedua bertema "Inovasi Teknologi dan Peran Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Matematika yang Efektif", PSF menyoroti pentingnya pengembangan kemampuan numerasi siswa di Indonesia.

Tasya Kamila, seorang public figure, membagikan pengalamannya belajar matematika semasa sekolah dulu. Menurut ia, matematika itu menyenangkan, karena bisa memecahkan soal-soal dengan berbagai pendekatan yang mengandalkan logika dan pemikiran kritis. Ia melihat banyak cara untuk menemukan solusi. Sekarang ia membagikan pengalaman positif tersebut kepada anak-anaknya dengan mengenalkan numerasi sejak dini melalui hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghitung barang.

“Aku ingin mereka tidak hanya mengerti konsep matematika, tapi juga menyukai dan merasa nyaman dengan angka, karena keterampilan numerasi itu sangat berguna di masa depan,” ungkap Tasya yang meraih nilai matematika 100 saat Ujian Nasional SMP.

Foto: istimewa