Senyum dari Dapur Pedesaan, Dijangkau Infrastruktur Gas Kantong Tak Lagi Terkuras

Senyum dari Dapur Pedesaan, Dijangkau Infrastruktur Gas Kantong Tak Lagi Terkuras
Senyum dari Dapur Pedesaan, Dijangkau Infrastruktur Gas Kantong Tak Lagi Terkuras

JARGAS : Ugiyono, pedagang makanan warga RT01 RW02 Desa Trajeng, Panggungrejo, Pasuruan beralih menggunakan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari. (FOTO : KABARINDO.COM)

___________

PASURUAN –Kehadiran Jaringan Gas Bumi (Jargas) untuk rumah tangga membawa perubahan signifikan di kehidupan masyarakat, bahkan hingga ke desa-desa di pelosok negeri. Dulu, masyarakat bergantung penuh pada gas LPG, yang seringkali harganya fluktuatif, proses pengisian ulang yang merepotkan, dan tak jarang terjadi kelangkaan.

Kini, di banyak wilayah, sambungan pipa gas telah mengubah rutinitas harian masyarakat dalam memenuhi energi bersih. Gas alam yang dialirkan dari Jargas menghadirkan energi yang lebih praktis, ekonomis, dan berkelanjutan.

Siti Aisyah terlihat bersemangat tatkala menceritakan dirinya tak lagi menggunakan gas LPG 3kg untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Tampias air hujan tak menyurutkan semangat wanita berusia setengah abad ini untuk menjelaskan keunggulan dan keuntungan beralih menggunakan gas bumi.

Bahkan, Aisyah kini merasa berkontribusi mengurangi subsidi LPG yang harus dikeluarkan pemerintah. “Tahun 2024 saya memutuskan total memakai gas bumi,”ungkap warga RT02, RW06 Desa Trajeng, Panggungrejo, Pasuruan itu saat ditemui Kabarindo.com Jumat (7/11/2025).

Keputusan itu diambilnya karena banyak penduduk di sekitarnya yang menggunakan gas alam sebagai pengganti LPG. Gas mengalir 24 jam tanpa henti. Para warga pun tidak perlu lagi panik kehabisan gas di tengah aktivitas memasak.

“Apinya bagus dan besar, tergantung setelan kompornya. Saya memakai kompor yang sudah dimodifikasi oleh petugas yg memasang gas bumi, lubangnya diperbesar,”ujarnya.

Selama menggunakan gas bumi, Aisyah mengaku tak ada kendala apapun. Untuk memasak waktunya juga sama dengan LPG “Tergantung besarnya api di kompor,”imbuhnya.

Sebelum beralih menggunakan gas, Aisyah harus merogoh kantong Rp120 ribu per bulan untuk membeli enam tabung LPG. Saat ini, ongkos energi yang harus dia keluarkan menurun. “Sekarang, setiap bulan saya hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp95 ribu. Gas bumi ini energi baik, dan saya merasa lebih aman saat memakainya,”ungkapnya.

Bagi masyarakat, khususnya di pedesaan, gas alam yang dialirkan melalui Jargas memberikan banyak keuntungan. Tak sekadar mengubah gaya hidup lebih ramah lingkungan, namun juga keuntungan ekonomi.

Selain praktis, murah, dan berkelanjutan, gas bumi merupakan energi bersih yang menghasilkan emisi karbon lebih rendah. Sehingga penggunaan gas bumi juga sejalan dengan komitmen Indonesia mencapai net zero emission dan swasembada energi.

Bagi penjual makanan seperti Ugiyono, warga RT01 RW02 Desa Trajeng, dengan beralih menggunakan gas bumi memberikan dampak signifikan dari sisi ekonomi.

“Setiap bulan biaya yg saya keluarkan untuk gas bumi sebesar Ro60 ribu. Tetapi kadang setelah tiga bulan saya tidak ditarik biaya. Alasan dari PGN karena saya masih ada sisa kelebihan bayar,”sebutnya.

Beralih menggunakan gas bumi sejak 2024,pria berusia 65 tahun itu merasakan perbedaan yang nyata. Mulai dari penurunan biaya, hingga ketenangan jiwa karena tak lagi resah kekurang pasokan gas.

“Dari segi keamanan lebih aman dari LPG karena bertekanan rendah, untuk jaringan pemasangan sangat aman.Tersedia 24 jam, saya tidak khawatir kehabisan gas,”ungkapnya.

Bagi warga desa yang memiliki usaha kuliner, seperti penjual nasi pecel, warung makan, atau pembuat kue, pasokan gas 24 jam tanpa henti adalah jaminan kelangsungan bisnis. Tidak ada lagi kerugian waktu dan potensi kehilangan pelanggan akibat gas habis di jam sibuk.

Penghematan biaya energi per bulan yang mencapai puluhan ribu rupiah. Penghematan ini dapat dialihkan untuk modal kerja, pembelian bahan baku, peningkatan kualitas produk, bahkan pemenuhan kebutuhan hidup.

Ugiyono menilai, gas bumi lebih menguntungkan, lebih bersih, dan yang paling penting, dirinya bisa membantu pemerintah dalam mengurangi subsidi LPG 3kg. Di Pasuruan dan Probolinggo, saat ini sudah puluhan ribu masyarakat yang menikmati energi bersih gas bumi yang dialirkan melalui Jargas itu.

Perluasan Jargas ke rumah tangga, terutama di pedesaan, merupakan bagian integral dari visi pemerintah untuk ketahanan energi nasional, dan transisi menuju energi bersih. Program ini diinisiasi dan didorong oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), serta operator seperti PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. (PGN) sebagai Subholding Gas PT Pertamina (Persero).

Pemerintah konsisten menjalankan program pembangunan Jargas. Pertimbanganya, memanfaatan gas bumi yang diproduksi di dalam negeri sebagai pengganti LPG dapat mengurangi beban subsidi dan impor. Sehingga dana subsidi dapat dialihkan untuk program pembangunan lain.

Jaringan gas rumah tangga yang terpasang di rumah warga. (FOTO : KABARINDO)

__________

Penggunaan gas bumi yang lebih bersih juga menjadi jembatan penting dalam transisi energi menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060.

Selain Jargas, pemerintah dan BUMN energi juga mengembangkan strategi lain, salah satunya pemanfaatan CNG (Compressed Natural Gas) untuk wilayah yang belum terjangkau pipa, CNG menjadi solusi agar masyarakat tetap dapat merasakan manfaat gas bumi yang efisien.

Area Head Pasuruan PGN Mochammad Arif memaparkan, pihaknya bersyukur keberadaan pipa gas mempermudah masyarakat dalam memperoleh energi yang lebih baik, dan lebih efisien . “Ini menggambarkan way of life yang modern,”cetusnya.

Pada 2026, pemerintah dengan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan memperluas Jargas ke beberapa wilayah, salah satunya di kawasan Bangil yang menjadi jantung perekonomian Pasuruan. Rencananya, sebanyak 20.000 sambungan gas rumah tangga akan terpasang tahun depan. “Selain rumah tangga, kami juga memiliki pelanggan dari segmen restoran, hotel hingga pondok pesantren,”ungkap Arief.

Sedangkan Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, menjelaskan bahwa PGN menjaga kesinambungan pasokan energi melalui optimalisasi portofolio gas bumi dan LNG serta koordinasi intensif dengan Pemerintah dan pemangku kepentingan strategis lainnya.

Pertumbuhan basis pelanggan juga menunjukkan tren positif, dengan total pelanggan mencapai 823.266, bertambah lebih dari 6.600 pelanggan baru sepanjang tahun, terutama berasal dari sektor rumah tangga dan pelanggan kecil. Hal ini mencerminkan meningkatnya pemanfaatan gas bumi sebagai energi bersih dan efisien oleh masyarakat.

Direktur Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, pembangunan Jargas sangat krusial untuj menekan subsidi LPG. Tak sekadar megurangi impor, program Jarhas berpotensi menghemat anggaran. Dari perhitungannya, setiap tambahan 1 juta sambungan rumah tangga, bisa mengurangi beban subsidi hingga Rp672 miliar.

Energi Bersih untuk Menekan Subsidi

Impor LPG Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri masih tinggi. Data Kementerian ESDM menunjukkan, selama 2024 tercatat 6,89 juta ton dengan nilai mencapai USD3,78 miliar. Porsi impor LPG dari Amerika Serikat(AS) mencapai 3,94 juta ton, dengan nilai impor USD2,03 miliar.

Indonesia juga mengimpor LPG dari Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Arab Saudi hingga Algeria. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, selain mendorong pemanfaatan gas bumi, pemerintah turut mendorong proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME), sebagai substitusi LPG. Menargetkan produksi massal DME dapat dimulai pada tahun 2027.

“Menjadikan sebagai substitusi impor (LPG), salah satu di antaranya dengan DME,”tegas Menteri Bahlil di Jakarta, Kamis (6/11/2025). Penggunaan DME dapat menekan impor LPG hingga 1 juta ton setiap tahun, dan menghemat devisa impor sekitar Rp 9,1 triliun per tahun. Selain itu, proyek DME juga berpotensi menarik investasi baru senilai USF2,1 miliar.

Sedangkan Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, pembangunan infrastruktur Jargas merupakan salah satu wujud nyata pemerintah dalam melaksanakan diversifikasi energi melalui pengembangan energi bersih. “Produksi gas bumi nasional cukup besar sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal untuk penggunaan dalam negeri dan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia,”paparnya.

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, akan membangun Jargas untuk rumah tangga di 15 Kabupaten/Kota secara multiyear pada tahun ini dan 2026.

Pengamat Kebijakan Publik yang juga Direktur Dehills Institute Hasyim Arsal Alhabsi menilai, Pembangunan Jargas hingga pedesaan adalah bukti nyata komitmen pemerintah untuk menghadirkan keadilan energi.

“Dengan masifnya pembangunan Jargas, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas hidup, mengurangi beban ekonomi rakyat, dan mengamankan masa depan energi yang lebih bersih bagi generasi mendatang,”paparnya.

Dia menambahkan, melalui sinergi antara pemerintah dibawah koordinasi Kementerian ESDM, BUMN, dan dukungan masyarakat, mimpi Indonesia menjadi negara yang berdaulat energi, dimulai dari dapur-dapur di desa, akan cepat terwujud.