Satu Visi Demi Kemandirian Energi

Satu Visi Demi Kemandirian Energi
Satu Visi Demi Kemandirian Energi

LAPANGAN MIGAS : Salah satu lapangan migas di Jawa Bagian Barat yang memasok energi untuk kebutuhan di dalam negeri. (FOTo : ANTOAN CH/KABARINDO.COM)

_______

JAKARTA – Jam di dinding masih menunjukkan puku 14:00 WIB siang, namun cahaya sudah remang-remang. Sejak pagi, di wilayah Bekasi dan Karawang disapu hujan. Engineer Petroleum Pertamina EP Zona 7 Tambun Field Yuli Handayani bersiap di depan layar lebar dengan data-data disertai gambar.

 

Tambun Field merupakan wilayah Pertamina EP Zona 7 subholding upstream dibawah naungan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dibawah supervisi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Empat botol air mineral dan beberapa kotak makanan ringan tersaji di meja.

 

Kepada Kabarindo.com akhir Oktober 2025 silam, dia mengatakan, saat ini produksi minyak di sumur yang berlokasi di Bekasi dan Karawang mencapai 900 BOPD dan gas sebesar 32 MMSCFD. “Kami memiliki empat stasiun pengumpul. Rinciannya, SP Tambun memiliki 20 sumur produksi, 39 sumur tidak berproduksi dan 10 sumur injeksi. Kemudian SP Pondok Tengah memiliki 34 sumur yang terdiri dari 13 sumur Produksi dan 21 sumur non produksi. Untuk SP Rengasdengklok terdapat 11 sumur dengan rincian 2 sumur produksi, 7 sumur non produksi dan 2 sumur injeksi. Sementara SP Pondok Makmur memiliki 14 sumur dengan 2 sumur produksi dan 12 sumur non produksi,”katanya.

 

Produksi migas dari lapangan ini, semua dikirimkan ke Unit Pengolahan Balongan untuk diolah menjadi BBM. Minyak-minyak yang dihasilkan dari bumi Bekasi itu dialirkan melalui pipa sepanjang 104 kilometer untuk selanjutnya dijadikan produk BBM.

 

Lapangan migas Tambun, saat ini menghasilkan 258 BOPD minyak dan 31,2 MMSCFD gas. “Jika minyak dialirkan seluruhnya ke Balongan, untuk gas kami pasok ke PLTGU Muara Tawar, Pertagas, dan industri,”imbuh Senior Supervisor Pondok Makmur Production Prasetyo Adi. Pria asal Sidoarjo, Jawa Timur ini mengungkapkan, industri yang mendapatkan pasokan gas secara langsung yakni PT Bangun Wibawa Mukti dan PT EHK.

 

Lapangan migas Tambun hanyalah sebagian kecil dari lapangan migas mini di Tanah Air. Indonesia memiliki banyak lapangan migas kecil yang tersebar di berbagai wilayah. Meskipun cadangan di masing-masing lapangan tidak sebesar lapangan raksasa (giant field), namun secara akumulatif, potensinya signifikan. Memproduksi dari lapangan-lapangan ini berarti mengoptimalkan setiap tetes potensi migas.

 

Penambahan produksi, sekecil apapun kontribusinya, akan membantu menahan laju penurunan produksi alamiah (natural decline) dari lapangan-lapangan besar yang sudah menua.

Dalam jangka pendek dan menengah, pasokan tambahan ini sangat vital untuk menjaga stabilitas ketersediaan energi dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat ketahanan energi nasional. “Tentu kami akan berkolaborasi dengan stakeholder lain terutama SKK Migas untuk menjaga tingkat produksi,”imbuh Prasetyo.

 

Di Jawa Bagian Barat, banyak lapangan kecil berlokasi dekat dengan infrastruktur produksi dan transportasi yang sudah ada. Dengan mengaktifkan lapangan-lapangan ini, biaya pengembangan dapat ditekan karena tidak perlu membangun fasilitas utama dari awal. Selain itu, kegiatan operasi di lapangan kecil sering kali melibatkan tenaga kerja lokal dan pemasok barang/jasa dari daerah sekitar, yang secara langsung memberikan dampak positif pada perekonomian daerah.

Pengembangan lapangan kecil seringkali membutuhkan investasi yang tidak sebesar pengembangan lapangan besar (mega project), sehingga lebih menarik bagi investor skala menengah dan kecil. Ini membuka peluang partisipasi lebih luas bagi berbagai pelaku industri hulu migas, termasuk perusahaan daerah, dan mendorong diversifikasi investasi di sektor energi.

 

Sinar matahari pagi baru saja menyapa ufuk timur, memecah kabut tipis di hamparan sawah Kabupaten Karawang. Menara flare tampak gagah menyemburkan api yang bergoyang diterpa angin. Senior Supervisor Cicauh & BBS Prod. Pertamina EP Zona 7 Ratno Tri Prima Wahyudi tampak menikmati secangkir kopi hitam yang uapnya masih mengepul tipis. Nasi pecel Madiun terlihat menggoda di meja tempat pria asal Lumajang, Jawa Timur itu menikmati harinya.

 

Stasiun Pengumpul Bambu Besar (SPBBS) Karawang adalah fasilitas pengembangan migas (minyak dan gas) yang dioperasikan oleh Pertamina EP dan terletak di Desa Tegal Sawah, Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Stasiun pengumpul ini merupakan satu dari 11 stasiun pengumpul di Subang Field yang memiliki beberapa lapangan di pantura Jawa Barat. Yakni Karawang, Subang, dan Purwakarta. Selain 11 Stasiun Pengumpul, Subang Field juga memiliki fasilitas 3CO2 Removal, 2 Test Unit, dan 2 EPF.

 

Produksi minyak lapangan Subang hingga Oktober 2025 tercatat mencapai 2.326 barel per hari (BOPD). Sedangkan produksi gas menembus 125,12 juta kaki kubik per hari (MMSCFD),”tegasnya saat ditemui Kabarindo.com akhir Oktober 2025 lalu.Lapangan migas Subang, memiliki 178 total sumur. Dengan rincian 70 sumur produksi, 100 sumur suspend, dan 8 sumur injeksi. Khusus untuk struktur Bambu Besar, saat ini memiliki 20 sumur produksi dan 2 sumur injeksi. Saat ini, produksi minyak di SP BBS mencapai 893 BOPD dan gas sebesar 18,5 MMSCFD.

PEP Subang Field diakuinya, masih sebagai kontributor yang stabil terhadap rata-rata produksi gas Zona 7 Regional Jawa Subholding Upstream (SHU) Pertamina. Upaya PEP Subang Field untuk menggenjot produksi migas ditengah beragam tantangan terus dilakukan demi swasembada energi nasional.

 

Tak hanya di onshore, sinar terang penambahan produksi migas nasional muncul melalui Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Regional Jawa Subholding Upstream. Setelah 14 tahun nonaktif, Anjungan EZB di lepas pantai Kabupaten Subang berhasil diaktifkan kembali. Kini, lapangan migas di lepas pantai itu memberikan kontribusi produksi minyak mentah sebesar 374 barel minyak per hari (BOPD).

 

Keberhasilan ini dicapai melalui pengaktifan kembali dua sumur awal, yakni EZB-1S dan EZB-3S, melalui tes produksi pada 26 Oktober 2025. Apa yang dilakukan PHE ONWJ sejalan dengan komitmen PHE ONWJ sebagai KKS di bawah pengawasan SKK Migas, untuk memaksimalkan aset existing dan secara agresif mendukung pencapaian target produksi nasional demi ketahanan energi.

 

General Manager PHE ONWJ, Muzwir Wiratama, menjelaskan bahwa reaktivasi aset yang telah lama tidak beroperasi merupakan salah satu strategi kunci Perusahaan dalam menjaga laju produksi migas di tengah tantangan alamiah penurunan produksi di lapangan-lapangan yang sudah beroperasi puluhan tahun.

Ini adalah bukti komitmen kami. Misi kami jelas, yaitu membangunkan kembali setiap potensi yang masih tersimpan demi kontribusi nyata bagi produksi migas nasional,” ujar Wira dalam keterangannya Jumat (7/11/2025).

 

Menghidupkan kembali fasilitas yang telah nonaktif selama lebih dari satu dekade tentru bukanlah pekerjaan sederhana. Operasi ini menuntut analisis mendalam dan standar keselamatan yang ketat. “Tim kami harus memastikan kembali integritas seluruh fasilitas, menganalisis ulang data bawah permukaan (subsurface), dan menerapkan teknologi yang adaptif untuk 'memancing' minyak keluar dari sumur-sumur tua ini,”katanya.

 

Memompa minyak di lepas pantai juga bukan perkara mudah. Namun, PHE ONWJ berhasil mengidentifikasi metode paling efektif, yakni optimalisasi gas lift. Sederhananya, sumur minyak diberikan 'napas buatan' atau dorongan energi baru untuk membantu mengangkat minyak yang tersisa ke permukaan. Pencapaian ini, selaras dengan visi besar Pemerintah Indonesia untutentu saja selaras dengan visi besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yakni mencapai kedaulatan dan ketahanan energi.

 

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, memompa minyak dari lapangan-lapangan kecil atau lapangan tua menjadi salah satu solusi peningkatan produksi migas nasional ditengah ikhtiar penemuan lapangan besar atau giant field. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Begitu filosofi yang perlu digaungkan oleh stakeholder industri hulu migas nasional. “Dari lapangan-lapangan kecil, termasuk sumur rakyat, jika dikumpulkan tentu akan memberikaan kontribusiyang signifikan,”ucapnya kepada Kabarindo.com

 

Semua Wilayah Adalah Kunci

 

Jawa adalah Kunci, begitu istilah yang kerap dilontarkan beberapa kalangan di sektor tertentu untuk mengilustrasikan betapa pentingnya pulau Jawa. Namun tak demikian di industri hulu migas. Semua wilayah menjadi kunci karena memiliki potensi.

Beberapa daerah yang memiliki sumur-sumur minyak kecil, kini sedang bersiap tancap gas menggenjot produksi melalui supervisi SKK Migas. Bupati Blora Arief Rohman kepada Kabarindo.com mengatakan, Kabupaten Blora memiliki 2.697 sumur rakyat yang diusulkan ke Kementerian ESDM. “Tinggal menunggu verifikasi lapangan,”ucapnya.

 

Apabila semua disetujui, lanjut dia, dan setiap sumur minyak masyarakat mempekerjakan 6 orang, maka akan terserap tenaga kerja lebih dari 16.000 orang. “Perekonomian masyarakat dipastikan akan meningkat, Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga akan meningkat karena adanya pajak dan Dana Bagi Hasil Migas yang meningkat seiring meningkatnya produksi migas dari sumur masyarakat,”tegasnya.

 

Sedangkan di blok Cepu, Exxon Mobil Cepu Limited (Exxon) memastikan menjalankan operasional yang aman, andal, dan efisien untuk memperkuat ketahanan pasokan minyak mentah nasional. Hingga saat ini, Blok Cepu telah menghasilkan kontribusi signifikan terhadap produksi minyak nasional, dengan angka yang tercatat lebih dari sepertiga atau sekitar 25–30 % produksi migas nasional.

 

Operasi ini tidak hanya mendukung pemenuhan kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menghasilkan pendapatan negara yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. “Produksi kumulatif dari blok Cepu sudah lebih 700 juta barel minyak, jauh di atas rencana POD awal dimana jumlah cadangan minyak yang diperkirakan sebesar 450 juta barel per minyak,”ungkap External Engagement & Socioeconomic Manager EMCL Tezhart Elvandiar dalam keterangan tertulis.

 

Produksi lapangan Banyu Urip naik signifikan setelah adanya tambahan produksi dari proyek pengeboran Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) yang berhasil diselesaikan 10 bulan dari perencanaan. Sebelum penambahan produksi, Lapangan Banyu Urip memproduksi sekitar rata-rata 150.000 barel per hari (BOPD), saat ini menembus 180.000 BOPD. Proyek BUIC sendiri mencakup pengeboran tujuh sumur produksi baru, dilaksanakan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia menggunakan rig canggih buatan dalam negeri.

 

Peran EMCL sangat krusial dalam menjaga stabilitas pasokan migas nasional. Keberhasilan operasi EMCL menunjukkan pentingnya kolaborasi SKK Migas dan KKKS dalam menjaga ketahanan energi Indonesia,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Heru Setyadi. Melalui sinergi antara SKK Migas dan EMCL, operasi di Blok Cepu, Bojonegoro akan terus menjadi bagian penting dari upaya menyediakan energi bagi Indonesia yang tumbuh dan berkelanjutan.

 

Di Sumatera, SKK Migas bersama PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) terus menopang ketahanan energi nasional melalui operasi di South Sumatra Block. Blok migas ini merupakan salah satu tulang punggung pasokan gas domestik bagi industri strategis Indonesia. Dari awal pengembangannya pada 1990-an hingga kini di bawah pengelolaan Medco E&P, South Sumatra Block terus menopang kebutuhan energi Sumatera Selatan.

Pada 2024, blok ini mencatat produksi minyak sebesar 2.320 barel per hari (BOPD) dan gas 53,62 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Pasokan energi ini menopang kebutuhan PT PLN, PT PGN, PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), serta masyarakat di Sumatera Selatan.

 

Kami akan terus mendukung agenda Pemerintah dalam menjaga ketahanan energi melalui operasi yang aman dan efisien,” ujar VP Operation Onshore Asset Medco E&P Indonesia Irfan Eka Wardhana. Untuk menjaga keberlanjutan produksi, Medco E&P tengah mengembangkan dua proyek utama, yakni Flamboyan Rengas dan Arung Nowera melalui kegiatan pengeboran sumur untuk mempertahankan tingkat produksi migas di wilayah kerja yang meliputi tujuh kabupaten di Sumatera Selatan.

 

Saat ini, 139 sumur aktif dikelola melalui dua area operasi utama, Western Field dan Eastern Field. Sebagai bagian dari komitmen menuju operasi yang berkelanjutan, Medco E&P bersama SKK Migas menjalankan berbagai inisiatif pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Program 2024–2025 mencakup fuel gas optimization, flare gas utilization, penonaktifan Enclosed Ground Flare di Keramasan, serta pemanfaatan gas buang menjadi sales gas di Lapangan Matra.

 

Keberhasilan operasi Medco E&P menunjukkan pentingnya kolaborasi SKK Migas dan KKKS dalam menjaga ketahanan energi Indonesia. Melalui sinergi antara SKK Migas dan Medco E&P, operasi di South Sumatra Block akan terus menjadi bagian penting dari upaya menyediakan energi bagi Indonesia yang tumbuh dan berkelanjutan.

 

Direktur Center for Energy Policy Muhammad Kholid Syeirazi menilai, kolaborasi SKK Migas dan KKS menjadi kunci dalam mewujudkan swasembada energi nasional. “Sekarang yang menjadi pekerjaan rumah adalah bagaimana meramu regulasi termasuk insentif agar KKKS semakin bersemangat,”ucapnya.

Kholid menilai, pengaktifan lapangan-lapangan migas tua menjadi bukti bahwa industri hulu migas nasional sangat serius dalam mencapai swasembada energi. “Meskipun dari lapangan kecil, namun ada kontinuitas. Sehingga di masa depan bisa menjadi penyokong penambahan produksi migas nasional,”katanya.

 

Industri hulu migas merupakan pilar fundamental bagi pencapaian dan pemeliharaan swasembada energi nasional. Ketergantungan pada energi impor membawa risiko geopolitik, kerentanan nilai tukar, dan ketidakpastian pasokan yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keamanan negara.

Investasi yang konsisten dan kebijakan yang suportif terhadap sektor hulu migas adalah kunci untuk menjamin masa depan energi nasional yang cerah dan mandiri,”tegas Kholid