Ancaman Resesi: Lehman, dan Mufakat China

Ancaman Resesi: Lehman, dan Mufakat China

Oleh: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR

     LEHMAN BROTHERS tersungkur! Pailit! Siapa yang salah? Krisis kredit rumah murah (gagal bayar) "Supreme Mortgage" 2008-lah, salah satu penyebabnya.


    Kecerobohan ini, telah merusak. Mengorbankan salah satu, dari empat firma jasa finansial terbesar (Bank Investasi) yang beroperasi inklusif.


    Berdiri 1850 (lebih dari 150 tahun), Lehman Brothers. Di samping: Morgan Stanley, Merrill Lynch, dan Goldman Sach, merupakan bagian dari "kisah sukses" AS dalam merambah kapitalisasi dan pembiayaan di seluruh dunia.


      Kebangkrutan Lehman Brothers pula, yang menandai. Sejarah kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS. Saat krisis global tahun 2008 (subprime mortgage) berlangsung.


     Krisis "hipotek subprime" merupakan unsur utama penyebab kebangkrutan Lehman Brothers. Lehman Brothers mengalami kerugian, akibat memegang aset  terkait "hipotek subprime" (pinjaman jangka panjang). Terutama  saat gelembung (bubble) perumahan AS pecah.


      Sebagai ilustrasi, kepailitan ala Lehman Brothers. Itu, bisa saja terjadi lagi  di AS. Perang Tarif Trump, yang  saat ini mengguncang dunia,  menjadikan, "kawan" atau "lawan" Trump membuat permufakatan alternatif (baca:China). 


    Ini sekaligus demi "survival", juga melawan "kedigdayaan" Trump. Sejumlah negara saling "approach" satu sama lain. Tak ada lagi "border", semua sudah "borderless". Kebijakan Trump, dianggap mengubah tatanan (pranata) yang sudah mapan.


      Kebijakan Tarif Trump, tidak hanya me-"recycling", mengatur ulang  arus perdagangan (trading) dunia yang inklusif. Tetapi, pula dapat membahayakan stabilitas finansial global. 


    Apa yang terjadi pada Lehman Brothers, merupakan bagian dari "warning". Bahwa  krisis global, bisa terjadi lagi, dan dimulai dari kebijakan tarif Trump.   


     Trump, bukan tidak khawatir dengan kebijakannya. Kebijakan ini, bisa saja mengalami "feedback", menghantam kembali perekonomian AS.  Terbukti, seminggu setelah kebijakan tarif di "declared", terjadi aksi jual utang (obligasi) Pemerintah AS di "market".


      Satu pilihan (tak ada opsi lain), Trump lalu menghentikan  tarif "timbal balik"-nya. Pergerakan liar di pasar obligasi Pemerintah AS, sangat beresiko memunculkan krisis, seperti yang dialami Lehman Brothers (2008).


    China yang merupakan "kreditor" asing terbesar kedua bagi AS (setelah Jepang), bisa saja menjual obligasinya (surat utang) kembali.


    Bila China melepasnya, maka akan banyak perusahaan-perusahaan AS yang pailit sepertihalnya Lehman Brothers. Sektor finansial AS bisa terguncang.


     Catat! Satu dasawarsa lalu, China telah memiliki obligasi (utang AS) lebih dari US$ 1,3 triliun. Memasuki medio Januari 2025, obligasi (utangnya). Meski menurun, tapi masih mencapai US$ 760 miliar.


      China sangat "santai" melawan "genderang" tarif Trump. Produksi baja (steel) negeri "Tirai Bambu" itu, kini mencapai setengah dari produksi dunia.


       AS sendiri tak luput mengimpor sebanyak 508.000 ton baja China per tahun. Tarif impor yang tinggi (25 persen) tahun 2024, menjadikan China hanya mengekspor sebanyak 1,8 persen dari keseluruhan kebutuhan AS.  


     Perang tarif Trump (245 persen) tahun 2025 terhadap China. Dapat menjadikan ekspor (baja) turun drastis. Meskipun begitu, China masih memiliki pasar potensial di seluruh dunia, termasuk Indonesia.


     Resesi dunia! Pertanda buruk dunia! Sikap Donald Trump yang "lateral thinking".  Mengundang pemikiran paradok dari sekutunya sendiri. 


     Seperti: memangkas pendanaan bagi lembaga apa saja yang tidak mengutamakan kepentingan AS, Perang Tarif. Berseberangan dengan kompatriotnya (Eropa) dalam hal Perang Ukraina, membiarkan pelanggaran HAM Israel di Gaza. Ini berampak "devide et impera" pada paguyuban trans-Atlantik.


      Sekalipun tarif "timbal balik" (perang tarif) sewenang-wenang Donald Trump. Telah dihentikan sementara (90 hari). Luka "menganga" China, Eropa, dan dunia pada AS (baca: Trump) terlanjur "mengoreng".


       Trump telah menjadi tokoh bersejarah yang (mungkin), tak akan ada lagi tokoh seperti dia sampai kapan pun!


     Bahkan  hingga "Kiamat" tiba nanti. Tatanan dunia terlanjur berubah. Trump-lah aktornya.