Diprotes Korsel, Jepang Tetap Ajukan Tambang Tua ke UNESCO

Diprotes Korsel, Jepang Tetap Ajukan Tambang Tua ke UNESCO

KABARINDO, TOKYO – Jepang akan mencalonkan beberapa tambang tuanya untuk dipertimbangkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO, kata perdana menterinya, Jumat (28/1), meskipun ada protes dari Korea Selatan yang memandang langkah itu tidak pantas.

Badan urusan kebudayaan Jepang memilih tambang emas dan perak Aikawa di pulau Sado sebagai kandidat untuk didaftarkan oleh Organisasi Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada bulan Desember 2021, dengan alasan perkembangan teknik kerajinan tangan tradisional. 

Situs tersebut juga merupakan penghasil emas terbesar di dunia pada abad ke-17, menurut badan tersebut.

Menambah Keruh Hubungan Bilateral

Kementerian luar negeri Korea Selatan memprotes langkah tersebut dengan alasan pekerja Korea dipaksa untuk bekerja di sana selama penjajahan Jepang 1910-1945 di semenanjung Korea, termasuk selama Perang Dunia Kedua.

Seorang juru bicara kementerian itu menyatakan "penyesalan yang kuat" bahwa pemerintah Jepang memutuskan untuk mempromosikan pendaftaran Tambang Sado meskipun peringatan berulang kali dari pihak Korea.

"Kami sangat mendesak Anda untuk menghentikan upaya ini," kata juru bicara itu dalam sebuah pernyataan.

Protes itu menambah kekeruhan hubungan bilateral kedua negara terkait masa lalu kelam mereka. Kedua tetangga Asia itu telah lama berselisih atas serangkaian masalah politik dan ekonomi yang berasal dari penjajahan Jepang di semenanjung Korea.

Ingin Dialog Bermakna

PM Jepang Fumio Kishida menganggap penting membuat situs itu terdaftar dengan segera. Keputusan penominasian Tambang Aikawa akan diresmikan pada rapat kabinet pada 1 Februari mendatang.

"Memulai debat lebih awal berarti kita dapat mencapai kesepakatan lebih cepat," katanya kepada wartawan, dengan mengatakan bahwa situs itu "sangat luar biasa".

Dia menambahkan bahwa dia tidak ingin membuat prediksi tentang keputusan akhir, dan dia mengakui reaksi Korea Selatan.

"Kami sadar bahwa Korea Selatan memiliki pendapatnya sendiri. Oleh karena itu, kami merasa perlu melakukan debat dan dialog yang bermakna dan rasional," tambahnya.

Kishida, yang menghadapi pemilihan majelis tinggi parlemen pada Juli, dilaporkan berada di bawah tekanan dari anggota parlemen konservatif untuk terus maju dengan pencalonan tambang itu, tetapi dia membantah telah dibujuk untuk melakukannya. ***(Sumber dan foto: The Straits Times/Reuters)